Percayalah, aku dan dia tidak akan pernah bisa menjadi kita.
***
"AKSAA!!" sapa seseorang. "Udah jarang gak ketemu," seseorang itu bergelayut manja di lengan Aksa.
Dengan kasar Aksa menepisnya kemudian menatap cewek itu sinis dan datar, "apasih, Liz. Ganggu aja lo."
Liza mengerucutkan bibirnya, "kamu kok gitu sih, Sa." dan dengan tanpa dosa, Liza mengacak jambul milik Aksa.
Aksa lagi-lagi menepis tangan Liza dan memegang jambulnya yang saat ini ternodai, "cewek. Gila!" ucapnya sinis kemudian pergi meninggalkan Liza sendirian.
Aksa sekarang ingin menghampiri Syasya ke kelasnya, bel istirahat sudah berbunyi dari tadi. Namun sosok Syasya belum terlihat di kantin, maka dari itu Aksa menghampiri kelas Syasya untuk memastikan dia baik-baik saja. Hanya saja, 'iblis' itu datang dan membuat Aksa enek.
"Cepetan dong, Wind. Entar Aksa nunggu elah." Celoteh Syasya karna melihat temannya ini masih mengerjakan tugas, padahal bel istirahat sudah berbunyi daritadi. "Makanya daritadi ngerjainnya." ucap Syasya sambil mendengus pelan.
"Bacot ae lo, sabar elah. Lo pikir gue siput yang jalannya cepet?" kekeh Windi.
"Siput jalannya lambat, ogeb. Duh, punya temen kok otaknya sableng semua." Timpal Hani.
Windi mengumpulkan bukunya di atas meja guru, "Udah kok gue. Kuy kantin." lalu Windi menggandeng tangan mereka bertiga.
Aksa yang berdiri di belakang pintu berniat untuk menunggu Syasya saja di luar, "Aksa keknya di belakang pintu, kerjain yuk." ucap Syasya sambil berbisik.
Hani, Windi dan Anya hanya mengangguk, satu... Dua.... Tiga....
"DOR!!!!!" ucap mereka serempak. Namun ekspresi Aksa tidak menunjukkan keterkejutan. Wajahnya netral-netral saja.
"Mau ngerjain gue? Hahaha, basi." pandangannya datar ke arah mereka bertiga, kecuali Syasya.
Syasya hanya nyengir-nyengir, "yaudah, yuk. Kita ke kantin." Syasya lalu menggengam tangan Aksa dan menuju ke kantin, karna perutnya sudah keroncongan dari tadi.
Saat sampai di pintu kantin, para siswa-siswi di kantin ini memfokuskan pandangannya ke arah Syasya dan Aksa. mereka berdua mendapat tatapan yang bermacam-macam sambil berbisik,
"Kok Aksa mau ya sama Syasya, padahal Syasya itu kurus dan pendek banget loh. Gak banget, iyuhh."
"Ya ampun Aksa, ganteng banget lo. Cocokan sama gue ketimbang sama Syasya."
"Lo cantik banget, Sya. Walaupun agak pendek, tapi imut banget."
Aksa memandang sinis ke arah cewek-cewek yang terang-terangan meremehkan Syasya. Dan juga memandang sinis ke arah cowok-cowok yang menggoda Syasya. Bukannya Aksa posesif, ia hanya menjaga apa yang memang harus di jaga.
Ray, Wirnasa dkk hanya memandang Akaa dengan tatapan biasa-biasa saja, kecuali Vino. Vino memandang Syasya dan Aksa dengan tatapan penuh arti, namun mereka tidak tau.
Teman-teman Syasya bergabung dengan meja teman cewek yang lainnya, mereka tidak ingin menggangu Syasya dan Aksa Mereka berdua kemudian menuju ke arah bangku yang kosong sambil bergandenggan tangan, yang membuat para siswi berteriak histeris.

KAMU SEDANG MEMBACA
FEELING
Novela JuvenilTAMAT. (Tersedia dalam versi ebook) Kehidupan tidak ada yang tau, pun dengan perasaan. Seseorang yang baik tidak akan selalu baik, seseorang berpotensi berubah, selalu begitu. Menyakitkan saat terlalu berharap, lebih-lebih ke manusia. Dan juga, sem...