5# Marah?

160 53 2
                                    

Ternyata alasan lo bahagia bukan karena gue, melainkan dia.
***

"Uh, empuk banget kasur lo, nyaman gue." Ucap Syasya.

"Ahh, lo bisa aja. Biasanya kalo gue yang nidurin, kasurnya tajam banget serasa ada duri gitu, HAHAHAHA lucu banget ya?"

"Garing." Syasya lalu menempelkan pungung tangannya ke jidat Dira. "hmmm pantesan, jidat lo aja panas, kurang obat lo ya?

"Ish, apaan si lo, ini lucu tau. Lo gak mau peluk-peluk gue apa? Cium gue? Kita udah 2 tahun gak ketemu, dasar lo ya, udah lupa aja sama gue." Dira pun berpura-pura ngambek.

"Yee lo emang dasar, sini gue peluk, sini gue cium. Btw, gue kangen banget sama lo Dir."

Setelah Syasya mencium pipi Dira berkali-kali, hingga lipstick yang di pakai Syasya nempel, untung bibirnya gak nempel juga.

"Gara-gara lo cium, pipi gue gak mulus lagi alias jadi kasar, bibir lo terbuat dari apaan sih?" Dira merengut kesal, tapi itu hanya candaan saja.

"Ntar gue timpuk pake batu pala lo.
Asal lo tau, bibir gue ini lembut, dan terbuat dari bahan yang elastis,"

Syasya diam, dia tampak seperti sedang berfikir keras. Apakah ia harus jujur kepada Dira?

"Dir, gue mau curhat." raut wajah Syasya begitu tegang. "Dan gue pikir cuma lo yang ngerti perasaan gue, ini masalah tenta--" belum selesai pembicaraan Syasya, Dira pun paham dan langsung memotong pembicaraannya.

"Masalah keluarga ya? Atau masalah bokap lo lagi?" Dira tau dari raut wajah Syasya yang begitu tegang.

"Tau aja lo, iya masalah bokap. Bokap gue mau cerai, sekarang kondisi keluarga gue lagi buruk. Kemaren gue ngelihat bokap gue ena-ena sama wanita lain, pas gue lihat sendiri, gue marah sama bokap, eh dianya nampar gue. Gue benci Dir, benci sama bokap, bokap gue gak tau kalau nyokap gue itu terpuruk, bokap gue terlalu egois." tak terasa air mata Syasya jatuh, lalu sesegera mungkin ia hapus air mata itu.

"Gue tau penderitaan lo kayak gimana, lo sabar aja. Tuhan itu adil kok, dia tau mana yang baik buat lo, bokap, sama nyokap." ucap Dira sembari mengelus pipi Syasya.

***

Tepat saat bel istirahat berbunyi, Aksa menghampiri meja Syasya dan menggandeng tangan cewek itu menuju kantin, saat di perjalanan, banyak pasang mata yang melihat mereka iri, termasuk Liza.

"Apaan sih lo, malu tau dilihatin banyak orang." ucapnya lalu menundukkan kepala, ia malu karena harus berpapasan dengan cewek-cewek alay yang memberi tatapan sinis ke arahnya.

"Nah udah nyampe. Lo duduk aja, biar gue yang pesen makanan." lalu Aksa meninggalkan Syasya sendirian.

Tumben banget Aksa perhatian banget sama gue? Malah malu lagi dilihatin banyak orang.

Tak lama Aksa pun datang dengan membawa nampan berisi bakso dan jus jeruk, memang mirip seperti pramusaji, hahahaha.

"Nih," Aksa lalu memberikan Syasya semangkuk bakso. "Gak usah pake sambel, ntar lo sakit perut." sambungnya lagi.

"Bawel banget sih lo, perut gue gak marah juga kalo bakso ini di kasih sambel."

Aksa hanya diam saja, tidak menjawab. Ia lebih memilih memakan makanannya dengan diam sambil sesekali menatap Syasya.

FEELINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang