Kamu itu cuma ilusi yang gak bakal bisa jadi nyata.
-Dirga Fernisa Yoland.
***
"Hai mimi perih kuh," ucap Dira kepada kembarannya itu.
Dirga sok sibuk memainkan ponselnya, ia pura-pura tidak mendengar kembarannya itu berbicara.
Dira mendengus kesal, "Ihh, abang. Ntar Dira ngambek, nih."
"Apaan, sih?" ucap Dirga yang masih fokus menatap ponselnya.
"Bang, Dira mau ngom--"
"DEK, BANG. MAKAN DULU YUK, MAMA TUNGGUIN, NIH."
Dirga mendengus pelan, padahal ia hampir saja menyelesaikan game memasaknya. Ia pun me-lock ponselnya.
"Ngompol maksud, lo?" Dirga terkekeh melihat adiknya itu cemberut.
"Ish, abang. Dengerin du--"
"Udah, kuy lah. Mama udah nungguin." Dirga lalu menggandeng tangan Dira menuju lantai bawah.
"HAI, EFERIBADEH. Cie yang nungguin kita, perhatian amat." celetuk Dirga sambil mengedipkan matanya.
Pletak!
"Ish, apasih dek. Jangan ditoyor, ntar gue makin bego elah."
Mereka berdua langsung duduk di hadapan kedua orang tuanya. Kemudian Dirga mengambil piring lalu menyendokkan nasinya. Ia mengambil ayam 2 potong sekaligus. Seharusnya Dirga harus mendahulukan kedua orang tuanya.
Dira dan kedua orang tuanya melongo melihat kelakuan Dirga yang kelewat bego.
"Pa, lambaikan tangan ke kamera. Gak kuat mama lihat anak kita."
"Ck, papa juga gak kuat ma."
Lagi-lagi Dira hanya menghembuskan nafas pelan, Dirga memang seperti itu. Sebenarnya Dira tidak mengakui kalau Dirga ini abangnya, ia lebih memilih jadi anak tunggal ketimbang mempunyai abang super seperti Dirga.
Mereka pun melanjutkan makan malamnya dengan tenang. Hanya suara dentingan garpu dan sendok yang terdengar. Dira melihat Dirga tidak melanjutkan makanannya. Cewek itu mengernyit heran melihat abangnya ini, padahal tadi ia sangat antusias.
"Anjir, bau apaan nih. Busuk banget." mereka refleks menutup hidung kecuali Dirga.
Mereka semua langsung melihat ke arah pelaku, siapa lagi kalo bukan Dirga. "Kamu kentut ya, Ga?" ucap mama sambil geleng-geleng kepala.
Dirga menatap mereka polos, "Lah kok aku, ma? Aku salah apha?" Dirga langsung memasang wajah sendu.
"Tai lo, bang." batin Dira.
"Ck, sok polos. Biasanya yang kentut lo kan?"
Mama mendengus pelan melihat anak kembarnya yang satu ini, ia kemudian bangkit dan mengambil sisa makanan yang tidak termakan lagi karena sudah ternodai.
Papa juga bangkit, dan langsung menuju ke ruang kerja.
"Mampus lo, bang. Ganggu suasana makan aja." Dira juga bangkit kemudian menuju kamarnya yang berada di lantai atas.
![](https://img.wattpad.com/cover/120433583-288-k300391.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
FEELING
Roman pour AdolescentsTAMAT. (Tersedia dalam versi ebook) Kehidupan tidak ada yang tau, pun dengan perasaan. Seseorang yang baik tidak akan selalu baik, seseorang berpotensi berubah, selalu begitu. Menyakitkan saat terlalu berharap, lebih-lebih ke manusia. Dan juga, sem...