Kalau kalian dihadapkan oleh dua pilihan, kalian ingin memilih dia si masa depan, atau dia si masa lalu?
-Author.***
Aksa's POV.
Malam ini begitu dingin, sedingin hati yang sekarang sedang membeku. Gue rindu dia, si kehangatan, yang bisa merubah gue jadi seseorang yang dulu. Namun ia pergi, pergi akibat kesalahan gue sendiri karena telah salah memilih. Gue akhirnya terjebak dimasa lalu.
Semilir angin menembus hingga ke kulit gue, merasuk ke dalam tulang-tulang yang dingin. Entah bagaimana ini, I miss her.
Dia yang gue sakiti--
--namun dia tidak pernah menyakiti.
"I'm sorry."
"Sorry."
"Give me some chance, Sya."
Tetesan itu membasahi pipi gue, oh shit. Saking bersalahnya gue sampe nangis.
Apakah semua cowok segengsi ini?
Di dalam lubuk hati gue, gue merasakan sakit yang luar bisa, sakit yang gue rasakan mungkin gak sebanding sakit yang Syasya rasakan.
Mata gue memerah menahan tangis, persetan, gue gak peduli.
Tetesan itu akhirnya jatuh untuk kedua kalinya diikuti tetesan yang lain. Gue sangat-sangat menyesal. Perlahan gue menyadari, bahwa gue sangat mencintai Syasya.
Sebegitukah cowok menangis jika ia sangat merasa bersalah?
"I'm sorry."
Gue terus minta maaf seolah-olah Syasya ada disini, gue membayangkan wajahnya yang cantik, mulus, imut. Tawanya yang merdu, I like it, all about him, I like it.
"I love you."
"But, you hate me."
"I'm sorry."
***
A
uthor's POV.
Malam hari yang dingin ini, Vino lebih memilih untuk tidur dan memakai selimut, semilir angin masih bisa menembus ke dalam selimut yang tebal itu.
Menyebalkan.
Vino membaringkan diri, sambil memikirkan Syasya.
Sudah makankah dia?
Apakah dia baik-baik saja?
Pertanyaan-pertanyaan itu membuat diri Vino khawatir. Syasya kuat, ia tau itu.
"Jadi kangen kamu, Sya."
"Coba aja kamu nginep disini, masuk ke dalam selimut, pasti enak."
"Kamu tau gak, Sya? Makin hari aku makin sayang sama kamu, enggak tau kenapa."
Seolah-olah Syasya ada, Vino masih terus berbicara.

KAMU SEDANG MEMBACA
FEELING
Teen FictionTAMAT. (Tersedia dalam versi ebook) Kehidupan tidak ada yang tau, pun dengan perasaan. Seseorang yang baik tidak akan selalu baik, seseorang berpotensi berubah, selalu begitu. Menyakitkan saat terlalu berharap, lebih-lebih ke manusia. Dan juga, sem...