Kupikir, kau masih mengharapkannya. Dan kuharap itu tidak benar, mari kita buktikan.
***
Sudah seminggu sejak kejadian di parkiran itu, Syasya sama sekali tidak menelpon atau chattingan dengan Aksa. Di sekolah pun Syasya menghindar untuk bertemu dengannya, Aksa sama sekali tidak merasa bersalah. Bahkan menanyakan Syasya kenapa menjauh pun tak ia lakukan.
Aksa terlalu bodoh untuk memahami perasaan Syasya, hanya karena masalalu ia bisa terjebak seperti ini.
Tidakkah Aksa tau bahwa Syasya sepanjang hari menangis karena dirinya? Aksa tidak tau, bahwa hati Syasya patah.
Seperti saat ini, Syasya berpapasan dengan Aksa, bukannya menghampiri Syasya, ia hanya bersikap seperti dulu.. Datar. Seharusnya yang bersikap seperti itu adalah Syasya.
Aksa berlalu meninggalkan Syasya, ia menaiki motornya dan keluar dari parkiran sekolah.
Syasya melihat motor Aksa yang semakin jauh dengan tatapan nanar, sakit mengetahui bahwa Aksa biasa-biasa saja seolah-olah yang ia lakukan seminggu yang lalu tidak membuat Syasya menangis.
Apa karena cewek itu kamu kayak gini, Sa?
Bahkan kamu chat aku gak ada sama sekali? Aku takut, Sa. Kamu berubah terus ninggalin aku.
Bukannya memperbaiki, kamu malah membuat semuanya jadi merenggang. Status kita masih pacaran, tapi kamu kenapa gini sih?
Tetesan itu membasahi pipi Syasya, ia tidak tahan dengan semua ini. Tiba-tiba saja seseorang menepuk pundak Syasya. Syasya melihat ke belakang, ternyata itu Vino.
"Ngapain disini sendirian, Sya? Entar kesambet loh." tanya Vino. "Eh, kamu nangis ya?" sambung Vino, Vino refleks menghapus air mata Syasya.
"Enggak nangis kok, hehehe." elak Syasya pasti. Siapapun tau jika Syasya berbohong, tampak dari matanya yang memerah.
Vino memicingkan mata sambil menatap Syasya curiga, sedetik kemudian ia mengangguk paham, "Tumben gak balik sama Aksa?"
"Anuu-- Aa--ksaa lagi siibuk." Syasya mengigit bibir bawahnya, takut kalau ia ketahuan berbohong ke Vino.
Vino menatap Syasya curiga, tak urung ia hanya menganggukkan kepala, "Pulang bareng aku, ya? Rumah kita searah."
Syasya mengangguk kaku, Refleks Vino menggenggam tangan Syasya untuk menuntunnya ke arah parkiran.
Aku tau, Sya. Kamu bohong, lagi ada masalah kan sama Aksa? Cuma karena cowok php kayak dia, kamu udah bisa bohong. Hebat. Batin Vino.
Mereka berdua melaju meninggalkan parkiran sekolah, di seberang sana seseorang cowok melihat mereka berdua dengan tatapan yang sulit di artikan.
"Mungkin ini salah satu cara buat lepasin lo, Sya."
Saat di perjalanan, Vino dan Syasya mampir ke toko buku untuk membeli kado ulang untuk adeknya Vino--Vivi. Kebetulan hobi Syasya dan Vivi sama yaitu membaca buku.
Vino sengaja untuk mengajak Syasya pulang bukan karena ia ingin modus, melainkan Vino hanya ingin menghibur Syasya kala ia lagi sedih karena disakiti Aksa

KAMU SEDANG MEMBACA
FEELING
Fiksi RemajaTAMAT. (Tersedia dalam versi ebook) Kehidupan tidak ada yang tau, pun dengan perasaan. Seseorang yang baik tidak akan selalu baik, seseorang berpotensi berubah, selalu begitu. Menyakitkan saat terlalu berharap, lebih-lebih ke manusia. Dan juga, sem...