Aku tidak tau apakah ini sebuah kebetulan. Namun kala ku tengok, sesuatu yang kita jalanin tampak berbeda. Entah itu apa, aku tidak tau.
Syasya kini tengah duduk bersama mamanya, sangat jarang sekali. Oleh sebab itu, ia ingin menghabiskan waktunya bersama mama, family time. Tanpa papa.
"Mama kok jarang banget pulang sih? Sesibuk itukah kerjaan mama?" rengek Syasya kepada mamanya. Mama Syasya pulang kerumah setiap hari minggu saja, kadang tidak sama sekali.
"Mama kan cari uang untuk kamu, Sya. Kamu ngertiin mama ya?" Mama Syasya mengusap kepala anak semata wayangnya itu. Memang berat meninggalkan Syasya, hanya saja... Semenjak Andi memutuskan pergi, Syahna lah yang menjadi tulang punggung.
Syasya mangut-mangut, ia paham betul kalau mama Syasya bekerja untuk memenuhi kebutuhan dirinya. Syasya tidak ingin egois, ia harus memaklumi, toh yang menjadi tulang punggug keluarga adalah mamanya.
Mama hanya terseyum, "selama mama gak ada, kamu jaga kondisi kamu ya sayang? Mama gak mau kamu kayak dulu."
"Iya, ma."
Syahna melirik ke jam tangan yang ia pakai, "Sya, kayaknya mama harus ke butik lagi deh. Kamu jaga diri ya?" Syahna lalu bergegas ke kamar untuk mengambil tas, dan memoles make up tipis.
Syahna melirik ke arah Syasya dan tersenyum tipis, "yaudah, mama pergi dulu ya. Inget pesen mama tadi." Syahna bergegas keluar dan memanggil pak Gelna--supir pribadi mereka.
Syasya melihat kepergian mamanya, ia sekarang sedang ingin menangis. Family time yang ia harapkan bukan seperti ini, hanya beberapa jam ia bersama mamanya. Syasya tau, mama nya kerja untuk dirinya. Tapi ia juga butuh kasih sayang orang tua, tidak hanya sekedar di kasih uang jajan lalu menikmatinya.
Percayalah, bukan itu yang Syasya harapkan. Mood Syasya semakin buruk.
Dridt! Dridt!
"Halo, Aksa? Kenapa nelpon?"
"Emang gak boleh nelpon pacar sendiri?"
Syasya terkekeh pelan, "emang bener-bener si Aksa." batin Syasya.
"Hehe, boleh kok."
"Hati-hati, Sya."
"Kenapa?"
"Jangan rindu, ia ringan. Pasti akan melayang."
Syasya mengernyit heran, bukankah kata Dilan seperti ini 'jangan rindu, ini berat. Biar aku saja.'
"Salah gak, sih? Seharusnya kata Dilan gini, jangan rindu, ini berat. Biar aku saja."
"Lebih baik beda daripada sama, karna aku mau jadi Aksa bukan Dilan. Entar kalo aku jadi Dilan, terus Milea nya bingung dong mau jalan sama siapa."
"Hehehe, iya juga sih. Makin suka deh."
"Gak usah suka, kalo suka itu cuma sekedar suka. Gak ada keinginan untuk memiliki. Beda kalo sayang, sayang itu ada keinginan untuk memiliki dan berusaha untuk mengejar dan mempertahankan. Tapi akan ada masanya, yang sayang itu bakalan pergi. Karna enggak semua hati berhak dimiliki."

KAMU SEDANG MEMBACA
FEELING
Teen FictionTAMAT. (Tersedia dalam versi ebook) Kehidupan tidak ada yang tau, pun dengan perasaan. Seseorang yang baik tidak akan selalu baik, seseorang berpotensi berubah, selalu begitu. Menyakitkan saat terlalu berharap, lebih-lebih ke manusia. Dan juga, sem...