Aku sempat kecewa. Iya, kecewa karena kamu aku jadi begini.
-Syasya Ananda.***
"Kamu kenapa nangis, Sya? Jelek tau." celetuk Vino yang tanpa sadar malah membuat Syasya semakin menangis sekaligus kesal. Sudah tau moment lagi seperti ini, Vino malah nyeletuk receh.
"Aa-ku pu-tus, Vin." Syasya membenamkan kepalanya di dada Vino. Hanya Vino yang menjadi tempatnya untuk berkeluh kesah.
Vino sempat tertegun kala Syasya memeluk dirinya, apa yang Aksa lakukan sampai-sampai membuat Syasya menangis? Sungguh brengsek, Vino akan menghajar Aksa karena sudah bersikap bodoh.
"Udah lah, Sya. Dia memang gak pantes buat kamu. Kamu itu gak cocok kalau di buat nangis, tapi--"
"Tapi apa?" tanya Syasya polos.
"Kamu itu cocoknya di bahagiain, dan tugas bahagiain kamu itu bukan Aksa, tapi aku."
Syasya mengerjapkan matanya berkali-kali, lagi-lagi Vino membuat Syasya blushing, detak jantung Syasya berdetak dengan kencang.
Suasana menjadi canggung, Syasya belum membalas perkataan Vino.
"Apasih, Vin. Bercanda mulu." elak Syasya, ia mencoba menetralkan pipinya agar tidak terlihat blushing.
Vino mendengus pelan, "Bisa bedain gak sih, mana yang serius dan mana yang bercanda?" tatapan Vino tajam melirik Syasya.
"Manusia tuh juga punya kadar capek, capek nunggu seseorang yang masih belum mau buka hati untuk kita." batin Vino.
Syasya nyengir lebar, tidak merasa bersalah dengan ucapannya barusan. Vino memalingkan wajah saat melihat Syasya memasang pupy eyes. Vino tidak merespon tatapan Syasya yang membuat Syasya menghembuskan napas pelan.
"Ngambek nih? Ish, jangan gitu." Syasya menyenggol lengan Vino dengan sikutnya.
Vino masih memalingkan wajah, ia tidak ngambek. Hanya sedikit, sedetik kemudian ia tersenyum. Namun Syasya tidak mengetahui itu.
"Kadang aku mikir, Vin. Kamu terlalu baik jadi orang. Emang sih kamu dulu udah nyakitin hati aku. Tapi sekarang kita malah jadi temen deket. Di saat aku lagi ada masalah sama Aksa, aku selalu curhat ke kamu, dan kamu selalu ngasih aku saran. Kamu bukan cuma temen doang, tapi kamu udah kayak abang aku sendiri yang siap ngejagain aku kapan pun. Ternyata gini ya punya temen rasa abang. Aku gak tau gimana bales kebaikan ini sama kamu, kamu itu emang the power of temen rasa abang. Makasih banget, Vin. Karena kamu, hidup aku gak flat-flat banget."
Vino hanya mendengarkan tanpa berniat membalas. "Hati kamu terbuat dari apasih, Vin? Sampe segitunya peduli sama orang. Jangan pergi ya kalau kamu udah nemuin cewek lain yang nempatin hati kamu. Aku gak mau lagi kehilangan orang yang aku sayang."
Vino tersenyum, sangat sakit mengetahui bahwa Syasya menganggapnya sebagai teman dekat rasa abang. Padahal yang Vino harapkan bukan itu. Oke benar, tujuan Vino peduli pada Syasya cuma karena sebagai tempat cewek itu untuk berkeluh kesah. Tapi hari ke hari perasaan itu tumbuh lagi, Vino jadi semakin ingin melindungi Syasya karena melihat cewek ini harus berjuang sendirian. Bukan melindungi sebagai teman curhat, melainkan melindungi seseorang yang memang kita sayang.

KAMU SEDANG MEMBACA
FEELING
Novela JuvenilTAMAT. (Tersedia dalam versi ebook) Kehidupan tidak ada yang tau, pun dengan perasaan. Seseorang yang baik tidak akan selalu baik, seseorang berpotensi berubah, selalu begitu. Menyakitkan saat terlalu berharap, lebih-lebih ke manusia. Dan juga, sem...