4# Hanya masalalu.

163 52 1
                                        

Racuh aku, jika kau mau.
***

"Anak-anak, kalian kerjakan soal di halaman 35. Bapak ada urusan, bel istirahat berbunyi, kalian harus mengumpulkannya ke ketua. MENGERTI?" ucap pak Bambang, guru matematika terkiller di SMA Pertiwi Bangsa.

Setelah pak Bambang keluar, semua siswa siswi di kelas XI IPS 2 bersorak ria. Rombongan Aska, Ray, Gaga, Wirnasa pergi keluar kelas. Yang pasti, tujuannya saat ini adalah kantin.

Setelah sampai di kantin, mereka duduk dipojok kemudian memesan minuman.

"Gila, bro. Body si Liza bikin gak nahan." sahut Wirnasa yang kemudian melirik ke arah pintu kantin. Dan benar, Liza, Ratna dan Kirna memasuki kantin dengan seragam yang kurang bahan. Semua serba ketat hingga tercetak jelas.

Kemudian Liza melirik ke arah Wirnasa, ia hanya bersikap angkuh. Lalu Liza melihat ada Aksa disana, mata mereka bertemu. Liza menatap Aksa dengan gaya sok imut, sedangkan Aksa menatap Liza dengan tatapan tajam.

Liza pun menghampiri meja Aksa dkk yang disusul oleh kedua temannya. Liza langsung duduk di samping Aksa. Aksa hanya melirik kemudian membuang nafas kasar.

"Pergi." ucap cowok itu dengan suara yang dingin, datar, dan tajam. Liza seolah tidak peduli dengan tatapan yang dilontarkan Aksa, ia masih saja memegang pergelangan tangan cowok di sampingnya ini. Tak sengaja, payudara Liza terkena sikut Aksa. Alhasil membuat Aksa jengkel.

Siswa-siswi sudah banyak yang memasuki kantin karena sebentar lagi bel berbunyi. Mereka melihat tontonan gratis. Syasya bersama temannya juga menonton tontonan ini. Yaitu, wajah Aksa yang super tampan dan badan Liza yang kelewat seksi.

"Badan lo bagus, cuma murahan." Aksa mencibir kemudian melirik tajam ke arah Liza.

"Ha?"

"Badan lo gak pantes buat di jadiin tontonan. Lebih baik lo pergi."

Liza hanya mengelus dada sabar, harus mendekati Aksa itu butuh kesabaran dan juga tenaga. Liza hanya melemparkan senyuman manis yang membuat mood Aksa hancur.

"Gak mau, gue maunya sama lo. Gue pengen makan bareng, boleh?"

Aksa mendengus kesal, "Gak boleh, lagian jadi cewek murahan banget. Itu sama aja derajat lo kayak sampah. Gak tau diri emang." kadang omongan Aksa bisa semenyakitkan ini, Aksa hanya mencoba jujur atas apa yang ia lihat.

Jleb!

Liza diam, perkataan Aksa sungguh menusuk. Tapi ia sudah sering di perlakukan seperti ini, jika yang di sampingnya ini bukan Aksa, mungkin saja Liza sudah menjambak rambutnya sampai botak.

Aksa beranjak pergi, kemudian mata Aksa dan Syasya bertemu. Syasya yang ditatap oleh Aksa langsung ketakutan, ia tidak tahan berlama-lama di kantin ini.

"Nya, gue pergi dulu ya. Nyokap gue ada di depan." itu hanya kebohongan Syasya, entah mengapa saat Syasya mendengat ucapan Aksa ia seakan-akan teringat oleh Vino.

Aksa yang melihat Syasya keluar kantin langsung bergegas menyusul. "Bro, gue pergi dulu ya." teman-teman Aksa bingung, tapi mereka mengangguk serempak.

Syasya berlari masuk ke dalam kelas yang disusul oleh Aksa. Di dalam kelas sepi, hanya ada anak nerd yang sedang membaca buku sendirian.

FEELINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang