Tanpa ada kamu, hidupku tidak akan berarti.
***Syasya melirik ke arah jam, baru pukul 3 sore. Kemudian ia mengetikan sesuatu. Namun ia hapus karena ragu. "Whatsapp Aksa gak ya? Gue kangen." tanpa berpikir panjang, Syasya mengetikkan sesuatu.
Syasya Ananda.
Hai, pacar.Send.
Padahal mereka berdua terakhir ketemu saat jam 2 siang.
Syasya mendengus pelan, "Kebiasaan." Syasa bosan, ia membanting ponsel ke kasur kemudian menuju toilet. Ponsel Syasya bergetar, buru-buru ia keluar dari toilet. Kemudian ia membaringkan tubuhnya di atas kasur dan mengambil ponsel yang ada di depannya.
Syasya melihat pop up whatsapp dari Aksa. Ia menyunggingkan senyuman. Ingin sekali Syasya berteriak sekencang-kencangnya karena melihat balasan dari Aksa. Hanya balasan dari Aksa bisa membuat Syasya sesenang ini.
Aksa Pangestu.
Iya, sayang. Apa?Syasya Ananda.
Gkpp, kangen aja:'Dari balik sana, Aksa menyunggingkan senyumannya, buru-buru ia membalas pesan dari Syasya.
Aksa Pangestu.
Padahal terakhir ketemu jam 2 siang. Mau ketemuan lagi? Biar aku jemput ya.Syasya terkekeh saat membaca pesan dari Aksa. Ia pun mengetikkan sesuatu,
Syasya Ananda.
Iyaa, aku siap-siap dulu.Syasya bercermin. Hari ini ia ingin tampil lebih cantik di depan Aksa.
Terdengar bunyi ketukan pintu beberapa kali, Syasya pun membuka pintu. Ia melihat Aksa sangat tampan dengan balutan T-shirt warna biru tosca dan dilengkapkan dengan celana jeans berwarna putih serta sepatu sneakers.
Kamu ganteng banget, Sa.
Aksa juga, ia melihat Syasya hari ini sangat cantik sekali. Walaupun di poles dengan make up tipis malah semakin menambah kecantikannya berkali-kali lipat.
Kamu cantik banget, sayang.
Perfect couple. Sekiranya kata itulah yang menggambarkan mereka berdua.
***
Mereka kini tengah berada di sebuah taman. Taman yang indah, seindah kisah cinta mereka. Namun belum tentu taman akan selalu indah, bisa saja ada yang mengotori taman itu. Paham?
"Sa, aku mau beli itu." tunjuk Syasya pada seorang penjual es krim.
Aksa menghela nafas berat, "Ini udah 3 kali kamu makan es krim, Sya."
Syasya terkekeh. Ia memandang penjual es krim itu dengan rasa lapar. Ia suka sekali es krim, karena saat orang tuanya lagi bertengkar ia hanya butuh es krim untuk menenangkan diri.
Aksa mendengus kesal, ia lalu mengenggam tangan cewek itu kemudian menuju ke penjual es krim itu. "Pak, es krim nya 2." Aksa kemudian duduk di bangku yang sudah tersedia disana.
Penjual es krim itu lalu memberikan es krim rainbow. Aksa melihat Syasya yang terkagum-kagum. Padahal ini hanya es krim bukan?
Syasya langsung mengambil es krim itu, kemudian memakannya perlahan. Syasya mengerjapkan matanya berkali-kali, ini sangat enak menurutnya.
Aksa mengaduk-aduk es krimnya, ia lebih memfokuskan pandangannya kepada Syasya.
Aksa yang melihat itu hanya tersenyum, "Kenapa kamu suka banget sama es krim?"
Syasya langsung melihat ke arah Aksa, es krim yang ia makan sudah belepotan di dekat bibirnya, yang membuat Aksa sangat ingin membersihkan bibir itu dengan bibir miliknya.
Aksa terkekeh, "Jangan buat aku bersihin bibir kamu pake bibir aku."
Syasya memutar bola matanya malas, "Saat ortu aku berantem, aku kadang kesel sendiri. Untuk itu, makanya aku makan es krim untuk nenangin diri dari pada harus ke club sebagai pelarian."
Aksa mengambil tissue kemudian mengelap bibir Syasya. Mata mereka bertemu, mata cokelat milik Aksa dan mata berwarna hitam milik Syasya. Pandangan mereka sangat teduh.
Akankah mata ini yang akan menjadi penyembuh luka?
Jantung Syasya berdetak kencang, ia blushing. Dengan secepat kilat ia mengalihkan pandangannya ke arah lain. Jangan dikatakan Aksa bagaimana. Ia sama seperti Syasya, jantungnya berdetak kencang, namun ia bisa menetralkannya.
"Kamu tau gak apa bedanya kamu sama kulkas?" tanya Aksa.
"Kulkas gendut, aku kurus." ucap Syasya polos.
Aksa lagi-lagi terkekeh, "Kulkas letaknya di dapur, kalo kamu di hati aku." Aksa tertawa sambil mengacak rambut Syasya.
Syasya menatap Aksa polos, "Itu kamu habis ngegombal ya?"
Aksa mendengus kasar, Syasya memang seperti ini. Syasya menghancurkan ini semua, harusnya Syasya bilang, 'ih, kamu bisa aja. Atau, 'masak sih?' hanya saja Syasya sangat lelet dengan kode-kode seperti itu.
"Kamu kenapa diem, Sa? Marah ya?" padahal Syasya tidak melakukan apapun yang membuat Aksa marah.
Aksa diam, ia menatap ke arah lain tidak berniat menatap Syasya. Aksa pura-pura marah dengan mengabaikan berbagai pertanyaan dari Syasya.
Syasya yang melihat Aksa seperti ini semakin bingung. Apakah ia menyakiti Aksa? Tidak kan? Lantas mengapa cowok yang ada dihadapannya ini seperti itu.
"Kamu kenapa sih, Sa? Maafin aku ya, aku emang jahat." ia memegang tangan Aksa, mencoba mencari kehangatan dibalik tangan itu.
Aksa menggubrisnya. Ia diam, tak bergerak, hanya menatap ke depan tanpa berniat menatap Syasya balik.
Mata Syasya berkaca-kaca, ia takut Aksa akan meninggalkannya. Padahal Syasya tidak salah. Air mata sudah menggenang di pelipis mata Syasya, siap terjun jika mata itu berkedip.
"Maafin aku." air mata itu akhirnya lolos hingga jatuh ke tangan Aksa. Aksa terkejut, ia melirik ke arah Syasya dan melihat Syasya sedang menangis.
Aksa mengangkat dagu Syasya dan membuat mata mereka bertemu, "kamu kenapa nangis?" Cowok itu alu menghapus air mata Syasya.
"Habisnya kamu ngambek, aku kan gak tau kalo aku salah apa. Jangan tinggalin aku, ya? Apapun keadaannya."
Aksa tertawa, "Aku tadi pura-pura sayang. Kamu lucu tau kalo kayak tadi." Aksa terkekeh melihat wajah Syasya yang kesal. Ia lalu memegang tangan Syasya, namun segera ia tepis.
"Kalo gitu, kita putus." ucap Syasya kesal.
"Aa-pa? Puu-tuss? Jangan ih."
"Iya, putus."
Syasya terkekeh saat melihat raut wajah Aksa berubah masam. Kemudian Syasya menoel hidung pacarnya itu, "Bercanda, ih. Kamu lucu kalo kayak tadi."
Perkataannya iti sukses membuat Aksa membelalakkan matanya, "Aku kira beneran. Kamu ih, suka gitu." Aksa menggelitik pinggang Syasya.
"Rasain, siapa juga yang duluan?"
Mereka masih tertawa bersama, mengukir sebuah kenangan indah yang akan mereka rindukan suatu saat nanti. Untuk sekarang, nikmati saja.
"Pulang yuk, udah mau malem." Aksa merogoh saku celananya mengambil uang 10 ribuan lalu memberikannya ke Penjual es krim itu.
Mereka berdua pergi dari taman ini, kemudian menuju ke parkiran.
Terlihat seseorang perempuan yang melihat sepasang kekasih ini dengan wajah yang di tekuk. Hati ia sakit, mengetahui bahwa orang yang ia sayang yaitu Aksa sudah memiliki kekasih.
"Janji lo mana, Sa?" Ucap perempuan itu lirih.

KAMU SEDANG MEMBACA
FEELING
Fiksi RemajaTAMAT. (Tersedia dalam versi ebook) Kehidupan tidak ada yang tau, pun dengan perasaan. Seseorang yang baik tidak akan selalu baik, seseorang berpotensi berubah, selalu begitu. Menyakitkan saat terlalu berharap, lebih-lebih ke manusia. Dan juga, sem...