Wait Me, Adelia

8.6K 348 19
                                    

"Loren??" teriak Adelia saat melangkah ke kamar sahabatnya yang bernama Loren

"Kemana sih, anak itu?"

Semenjak menghilang dipesta semalam, adelia tidak pernah bertemu Loren, bahkan saat dia sudah mencari-cari sahabatnya itu disekeliling gedung, tidak terlihat seinci pun Batang hidungnya.

Yang dia temui hanya seorang pria asing yang sepertinya pernah dilihatnya, tapi entah dimana.
'Tidak penting'.batin Adelia

Samar-samar terdengar sebuah isakan dari arah kamar yang ditujunya. Karena penasaran, Adelia membuka pintu kamar Loren perlahan.

"Loren" panggil Adelia pelan.

Namun tak ada yang menyahuti, hanya suara isakan itu yang semakin jelas.

Adelia mencari saklar lampu dan tampillah sebuah kamar broken white dengan interior klasik yang sangat elegan.

Tapi..
Bukan itu yang membuat Adelia tercengang.

Sahabatnya lah..

Disana, tepatnya diatas kasur 'khas Putri' miliknya, seorang gadis tengah menangis tersedu-sedu dengan penampilan yang tidak bisa dikatakana 'baik-baik saja'.

Dia sangat... Mengerikan!!

Kantung mata, Lipstick dan Mascara telah meluntur kemana-mana.

Adelia yang melihatnya sampai tersentak kaget. Dia berlari sambil berteriak histeris "Yaampun, Loren. Kenapa kamu seperti ini? Apa yang terjadi?" tanya Adelia beruntun, dia sangat khawatir dengan sahabat satu-satunya ini.

"Ak-ku. Ak-ku... Di--- " belum sempat menyelesaikan kalimatnya, Loren telah menangis sejadi-jadinya

Adelia yang tidak tega, menarik sahabatnya itu kedalam pelukan hangatnya, mencoba menenangkan

"jangan dipaksa kalau kamu tidak bisa cerita, Ren" Adelia menepuk-nepuk pelan bahu Loren sambil terus menerus merapalkan kata-kata yang seolah mantra penenang bagi Loren

Adelia sangat tahu apa yang menimpa sahabatnya ini, entah feeling seorang wanita atau keadaan Loren yang berantakan serta bercak keunguan dileher gadis itu, memang sangat memperjelas persepsinya.

"Aku tidak sanggup hidup lagi, Del" gumam Loren sendu

Sosoknya yang dulu sangat jenaka seolah terhapuskan oleh kesedihan yang sangat mendalam yang menimpa gadis itu.

"Jangan pernah berkata seperti itu, aku disini Loren, aku membutuhkanmu!, ayahmu membutuhkanmu!, kau ingin dia terpuruk sendiri karena kepergian ibumu, dan sekarang kamu ingin meninggalkannya juga?"

Tangisan yang sedari tadi ditahan Loren, akhirnya pecah.

'Dia menangis meraung-raung'.

Adelia yang sigap, terus mengeratkan pelukannya bermaksud mengalirkan semangat untuk sahabatnya.

"Kau ingat aku? " Adelia membisikkan sesuatu ditelinga Loren

"Aku tidaklah lebih beruntung darimu, honey. Aku bahkan tidak tahu siapa 'dia'." lanjut Adelia sendu

Adelia mencoba menyadarkan sahabatnya bahwa didunia ini, banyak wanita yang tidak beruntung. Dipertemukan dengan orang yang tidak tepat atau 'mungkin' pada waktu yang tidak tepat.

Merasa bahwa Adelia mengetahui masalahnya, Loren melepaskan pelukannya, kemudian menatap Adelia dengan bingung "kk--kam--u.. Tahu dari mana? "

"Satu masalah itu, milik berdua, apapun kesedihanmu aku akan Tahu, kamu sahabatku dan tidak akan kubiarkan kamu melewati kesedihanmu sendiri" jawab Adelia bijak

Loren yang mendengarnya mengangguk disertai air mata yang mengucur deras dipipinya. -air mata haru ia meraih sahabatnya dan memeluknya sayang

'Setidaknya ia harus hidup untuk ayah dan sahabatnya'.

LA, California

Setelah beberapa hari kepulangannya dari Indonesia, kini terdengar sebuah perdebatan kecil antara ayah dan anak di dalam sebuah mansion mewah milik keluarga Morata tersebut.

"Dad, please. Varo tidak bisa putus dengan Stella, dia Cinta pertama Varo, Dad" pria yang dipanggil Varo berbicara dengan kesal kepada pria yang berpredikat sebagai Daddy'nya itu

Pria yang dipanggil 'Dad' hanya mengangkat bahu 'acuh'
"Dad hanya menyampaikan perkataan mommy mu"

"Apa tidak ada pilihan lain?" Dave mencoba menawar

"Ada. Kamu urus tuh Rumah sakit eyang kakung mu di Indonesia" jawab David 'ayah' Dave

"Pilih mana?" lanjut David

"Tidak ada yang lain lagi, Dad?" kali ini dengan tampang memelas

"Nothing" David menjawab sambil menggoyangkan jari telunjuknya didepan wajah.

Dave putus asa dengan pilihan yang diberikan ayahnya. Tapi, dia juga tidak sanggup untuk memutuskan Stella.

"Arghhh... " Dave menarik rambutnya kasar

"Baik, Varo akan ke Indonesia, sekarang juga!" putus Dave dengan emosi

"eitss. tunggu dulu, di Indo kamu harus tinggal dirumah eyang, biar ada yang jagain. Daddy nggak rela kalau mommy pulang ke Indo. Padahal ada kamu yang bisa mewakilkan mommy mu". Ucap David

Terdengar egois memang,tapi percayalah. Seburuk apapun orang tua, mereka selalu menginginkan yang terbaik untuk anak-anaknya.

'Tapi ujungnya. Tetap Gue juga yang repot'. Batin Dave

Dave berjalan kearah kamarnya, menendang apa saja yang bisa dijangkau kakinya. David yang memperhatikan anaknya itu hanya bisa geleng-geleng kepala 'benar-benar duplikat diriku' batin David

'Tapi tidak apa. Mungkin ini kesempatannya mencari tahu siapa sebenarnya gadis Yang selalu menhantui fikirannya akhir-akhir ini, dia terasa sangat dekat'.Dave memegang dadanya.'tapi juga terasa sangat jauh'

'Adelia.. tunggu aku'. Batin Dave

TBC

***

Dave minta Adelia tungguin dirinya, buat apa yah?
Apa Dave udah tahu semuanya berkat insting ke-'Ayah'an-nya, atau kah ada hal lain yang sebenarnya sedang direncanakan Dave terhadap Adelia

Pantengin terus lapak yasmin

Vote dan komen yang BANYAK biar Author LEBIH semangat UPDATE

Dan berinspirasi menulis cerita yang berbobot untuk kalian Reader Setia Author

See ya..

Adelia (2nightstand)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang