Chapter 10

194 12 20
                                    

Anyeong
Hope you all like this chapter
Hehehe
Happy reading
Hati-hati typo dimana-mana



Jimin pov

"Tempat ini terang sekali"
"Aku dimana ?"
"Apa aku sudah disurga ?"
"Ahhh benar, Jungkook semoga selepas ini kau lebih bahagia"
"Tunggu"
"Tidak suara ini ?"
"Ahhhh tidak tolong, aku masih di sini, di kamar UGD ini lagi, suara mesin pengukur detak jantung ini, aku hafal, diluar kepala"

Pandangan ku mulai jelas sekarang,
Disampingku terlihat jelas seorang youja menangis terisak.

"Wait Paramitha, kenapa kau menangis ?" Tanyaku memandang wajahnya.

"Aku takut, aku takut tak bisa melihatmu lagi, kenapa kau begitu bodoh, kenapa kau mengunci pintu kamarmu" ucapnya sambil memukul ringan lenganku.

"Ahhh mianhae, kau jadi sekhawatir ini" ucapku menarik tangannya membawanya dalam pelukanku.

"Jelas aku khawatir, kau sahabat yang paling ku sayang, jangan ceroboh seperti ini lagi" ucapnya masih dengan isaknya.

"Iyaa baiklah, berhentilah menangis" ucapku mengelus rambutnya.

"Sahabat yaa ? Hanya sahabat ? Tak apalah setidaknya dia masih sangat mengkhawatirkan ku seperti ini" ucapku dalam hati.

Jimin pov end



Jungkook pov

"Bagaimana keadaannya ?" Ucapku tanpa basa-basi saat aku menemukan Paramitha keluar dari ruangan Jimin di rawat, tunggu, dia habis menangis ?

"Ahhh dia baik-baik saja, pergilah masuk temui dia" ucapnya dengan nada khas selepas menangis.

"Ahhh tidak, tidak perlu" ucapku tersenyum tipis padanya.

Tapi wajah Paramitha berbeda,
Aku merasakannya,
Apa yaa ?
Tunggu kenapa dia semakin pucat ?

"Hei" ucapku menempelkan punggung tanganku pada keningnya.

Astaga telur mentah saja bisa matang jika ditaruh di kening Paramitha, suhu tubuhnya meninggi kembali,
Entah kenapa kali ini aku benar-benar khawatir.

"Kau pusing ?" Tanyaku padanya.

"Emmm ? Tidak kok aku baik-baik saja" ucapnya yang aku tau dia pasti berbohong.

"Aku bukan anak kecil Paramitha, dengan suhu tubuh setinggi ini kau tak mungkin baik-baik saja" ucapku.

"Seriusan aku baik-baik saja" ucapnya kemudian berjalan menjauh namun baru beberapa langkah dia sudah terhuyung seakan-akan mau jatuh dari jalannya.

"I told you" ucapku kemudian berusaha memeganginya agar tak jatuh dari jalannya.

"Ayo kita pulang saja" ucapku membawanya pulang.

"Jimin bagaimana ?" Ucapnya mengkhawatirkan Jimin.

"Aku akan minta tolong mbok Ginuk menjaganya, kau juga butuh istirahat" ucapku kemudian membopongnya untuk membawanya pulang.

"Ahhh, enggak aku kaut kok, aku baik-baik saja, biar aku saja yang menjaga Jimin" ucapnya berusah melepas peganganku.

"Jangan keras kepala, ayo pulang" ucapku mengeratkan peganganku hingga membuatnya sedikit merintih.

"Lepaskan Jungkook sakit ! Kenapa kau sekasar ini" ucapnya menangkis tanganku kuat namun tenaganya tak seberapa dibanding tenagaku.

"Heiii, mian" ucapku sekilas dan merenggangkan peganganku sedang dalam hatiku berteriak kencang kalau aku sangat mengkhawatirkan dirinya sekarang.

THE TWINSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang