Chapter 12

149 9 2
                                    

Hai author kambek
Hehehee
Happy reading
Mianhae typo bertebaran


Paramitha pov

"Kau sudah siap, ayoo Jimin turunlah" ucapku mengelus pundaknya yang sedari tadi mematung di depan cermin di kamarnya tanpa sepatah kata apapun, hanya ada air mata.

Dia masih diam dan hanya terisak.

"Hidup harus tetap berjalan Jimin" ucapku yang sejujurnya aku sendiri tak kuasa membendung air mataku, bukankah hal gila kalo aku masih mengusahakan tersenyum di depannya sedangkan kenyataan yang kita alami sekarang begitu menyakitkan ?

Dia menatapku sekarang,
Aku menganggukan kepalaku meyakinkannya.

Dia mulai bangkit dari duduknya dan menghadap ku.

"Semua akan berlaku bukan ?" Ucapnya masih dengan isak tangisnya.

"Yahhh yahhh semua akan berlalu" ucapku tersenyum pait, sangat pait.

Kemudian dia berjalan berlalu dari ku dan menuju ruang tamu untuk menemui para tamu yang datang membanjiri rumahnya hari ini.

Aku lemas,
Aku terduduk di sofanya dan menangis sejadi-jadinya.

"Semua ini tak mungkin terjadi bukan ? Ini mimpi kan ? Ini semua hanya mimpi kan ?" Ucapku dengan isak ku, aku hampir gila rasanya.

Rumah Jimin sudah ramai akan tamu yang hadir memberi bela sungkawa pada keluarga Jimin,
Keluarga ku juga datang,
Kita semua hadir,
Melepas kepergiannya untuk selamanya,
Memberi penghormatan terakhir,
Dan mengikhlaskan kepergian saudara, adik, anak, teman, sahabat bahkan separuh semangat hidupku.

"Chrisopras Bagus Wicaksono (Jungkook)"

Yaaaa,
Selamat jalan bagian dari hidupku,
Terimakasih untuk warna baru dalam hidupku yang membuat hidupku tak membosankan lagi,
Karenamu aku belajar banyak hall,
Mencintai, mengikhlaskan, menahan sakit demi orang lain bahkan bekorban,
Yaaa dari mu aku belajar dengan baik apa itu arti cinta.

Jimin sekeluarga menggunakan setelan putih,
Begitu juga denganku.

Di saat ini aku yakin yang paling merasa kehilangan adalah Jimin,
Walau entah kenapa semenjak dia menemui para tamu ia tak menangis sedikitpun.

Berbanding terbalik dengan omma mereka yang terlihat kehilangan segalanya padahal dalam lubuk hatinya dia tak merasa sekehilangan itu, aku tau,
Pandangan matanya jelas menggambarkan.

Aku terus menahan air mataku,
Aku benar-benar lemas,
Aku tak bisa terus berdiri di depan petinya,
Aku pergi menjauh dari kerumunan,
Aku tak bisa,
Aku tak bisa melepaskannya.

"Feel better right ?" Ucap Jimin tiba-tiba membuatku memalingkan badan ku segera.

"Yahhh, aku merasa nyaman di sini" ucapku kembali menatap air mancur di taman kota.

"Jungkook, dia suka sekali ke sini, aku rasa aku tau alasannya" ucapku dengan suara yang parau.

Jimin menatapku kemudian seakan menunggu kalimat yang akan aku keluarkan berikutnya.

"Heemmm dengan keadaan seperti ini aku merasa lebih tenang dan nyaman saat ku lihat dan ku dengar air berjatuhan, sinkronasinya menciptakan kenyamanan" ucapku tersenyum tipis.

"Yaaaa kau benar" ucap Jimin kemudian menatap air mancur yang ada di depan kami.

"Aku tak percaya dia pergi secepat ini, bahkan aku belum sempat mengatakan kalau dia amat berarti dalam hidupku, aku rasa aku sudah terlambat" ucap Jimin menunduk.

THE TWINSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang