Forth merasa hatinya hancur saat mendengar Beam mengucapkan kata benci.
"Apa kau benar-benar membenciku ..?" Forth melihat ke balik bahunya, dia sangat ingin memeluk Beam dan menghiburnya.
"Ya, aku membencimu."
"Kenapa?"
Beam tetap diam. Forth menghela napas, lalu dia bangkit dari tempat tidur dan berjalan menuju lemari pakaiannya untuk mengambil beberapa pakaian yang bisa dikenakan Beam. Dia meletakkannya di samping tempat tidur, lalu pergi ke kamar mandi untuk mengambil handuk baru, satu besar dan satu kecil, dan semangkuk air hangat.
"Duduklah, Beam." Forth berkata sambil ia membantu Beam duduk dengan benar. Kemudian ia mengambil handuk kecil yang telah dicelupkan ke dalam air dan menyeka wajah Beam lembut. "Berhentilah menangis ..." Gumamnya pada pria itu.
Forth berhenti mengelap dan ia menatap dalam ke mata Beam.
"Aku benar-benar menyesal telah berpikir buruk tentangmu. Aku rasa, aku tidak harus mengatakan hal seperti itu. Aku hanya iri melihatmu mencium wanita-wanita itu. " Forth mengaku sebelum dia mencelupkan handuk ke dalam air hangat sekali lagi dan meremasnya, lalu menyeka tubuh Beam berulang kali sampai dia benar-benar bersih. Begitu dia selesai, dia mengeringkan tubuh Beam dengan handuk besar dan membantu Beam mengenakan pakaian dengan hati-hati.
"Terima kasih." Gumam Beam sambil menyeka air matanya yang tersisa.
"Benci aku sesuka hatimu, Beam. Kau juga bisa memukulku jika kau menginginkannya. Tapi apapun yang kau lakukan, aku tetap mencintaimu, Beam." Forth memeriksa pergelangan kaki Beam. "Ayo ke klinik. Aku tidak ingin kau kesakitan." Dia mengambil dompet dan kunci mobilnya, melemparkan bungkus es ke dalam mangkuk, lalu memapah Beam.
Mereka berdua diam. Tidak ada kata-kata yang diucapkan sampai Forth membawanya kembali ke penthousenya lagi setelah kunjungan ke klinik.
"Forth, kenapa kau tidak mengantarku kembali ke asrama?"
"Karena kau masih sakit. Aku tidak bisa tidur jika tahu bahwa tidak ada yang akan mengurusmu." Jawab Forth sambil merebahkan Beam di tempat tidurnya dengan hati-hati. Dia memeriksa perban di kaki Beam, lalu meraih selimut dan menutupi tubuh Beam. "Istirahatlah, aku akan turun, panggil aku jika kau menginginkan sesuatu."
"F..Forth, jangan tinggalkan aku sendiri."
"Kau ingin aku tetap di sini?"
Beam mengangguk.
"Baiklah, aku akan di sini. Tidurlah. Aku akan keluar ke balkon sebentar." Forth meninggalkan tempat tidur, meraih sebungkus rokok dan korek api di samping meja samping tempat tidur, lalu pergi ke balkon untuk merokok. Dia menatap langit malam sambil mengisap asap saat dia merasakan ada yang mengambil rokok dari tangannya.
"Beam, Kau belum boleh berjalan!" Forth memarahi pria itu.
"Aku harus menghentikanmu merokok."
"Aku perlu merokok, Beam. Jadi aku bisa menghilangkan stresku."
"Kalau kau merokok, aku akan melakukannya juga." Beam menyelipkan rokok di antara bibirnya dan menghisapnya.
"Jangan!" Forth dengan cepat meraih rokok itu dan mengeluarkannya.
Beam terbatuk dan membuat Forth khawatir. Dia menepuk punggung Beam berulang kali untuk membantunya merasa lebih baik.
"Jangan pernah melakukannya lagi!" Forth memarahi Beam dan membawa pria itu kembali ke tempat tidur.
"Aku tidak akan melakukannya jika kau berjanji untuk tidak merokok lagi."
"Aku tidak bisa melakukannya." Forth menentang permintaan itu.
"Kalau begitu, jika aku melihat atau mendengarmu merokok, aku akan melakukan hal yang sama juga sampai kau berhenti." Beam mengancam Forth.
"Beam..."
"Ku pikir kau mencintaiku. Jika kau benar-benar mencintaiku, kau harus melakukan apa yang aku katakan."
"Kenapa kau tiba-tiba peduli?" Tanya Forth sambil tersenyum penuh arti.
"Err ... aku mengantuk. Aku ingin tidur. Tapi jangan meninggalkan ruangan, karena ... aku takut." Beam berkata malu-malu sebelum mengambil selimut dan menutupi seluruh tubuhnya.
*Eaaaaaa...emak Beam mulai malu malu :v
Cubit emeess pipi emak Beam :-*
KAMU SEDANG MEMBACA
YOU ARE MY HOME (ForthBeam Fanfict)
Fiksi PenggemarBeam, pria manis yang telah mencuri hatinya, namun ia bahkan tak tau bahwa dia telah memilikinya. Aneh sekali kalau Forth benar-benar jatuh cinta pada seseorang dari jenis kelamin yang sama, apalagi dia seorang casanova.