"Apa kau merasa lelah? Apa pergelangan kakimu baik-baik saja?" Tanya Forth begitu teman-teman mereka meninggalkan penthouse.
"Aku baik-baik saja. Tapi kita harus membersihkan meja makan dan dapur."
"Biarkan saja, aku akan membersihkannya nanti." Jawab Forth dan menarik Beam untuk duduk di sampingnya di depan piano.
"Mengapa kita disini?"
"Aku akan menyanyikan lagu untukmu, karena kau sudah menjadi milikku." Forth menjawab sambil mencium ujung hidung Beam. "Dengarkan liriknya." Dia mengatakan kepada Beam sebelum dia mulai menyanyikan lagunya.
(sorry ga ada liriknya)
Mata Beam meneteskan air mata setelah lagu berakhir.
"Kau menangis?" Tanya Forth. "Kemarilah, duduk di pangkuanku." Dia menarik Beam untuk duduk dipangkuannya dengan lengan Beam di lehernya dan kaki Beam melingkari pinggangnya.
"Ini adalah air mata kebahagiaan." Beam bergumam lirih.
"Daripada menangis, aku pikir akan lebih baik jika kau menciumku, Beam."
Beam tersenyum sayang sambil menunduk untuk mencium bibir Forth lembut. Ciuman yang dimulai dengan gerakan lambat, mulai menjadi intens karena keduanya dipenuhi dengan keinginan dan nafsu ketika menikmati manisnya ciuman mereka.
Tangan Forth mengusap punggung Beam dan masuk ke dalam kemeja, membuat Beam menggeliat dengan kepala mendongak, saat Forth menggerakkan bibirnya menelusuri rahang Beam, turun ke lehernya dan mengisapnya untuk meninggalkan tanda.
"Forth .." Beam mengerang bergairah karena sensasi yang dirasakannya yang merebak di sekujur tubuhnya.
Forth menarik baju Beam dan melemparnya. Beam sekarang bertelanjang dada dan Forth terangsang hanya dengan melihat tubuh bagian atas Beam.
"Kau begitu seksi, Beam." Forth menjilat bibirnya dan dengan lembut dia bermain-main dengan puting Beam menggunakan lidahnya, menggigit puting susu yang lucu dengan enamelnya sementara Beam bersandar ke piano, mencengkeramnya keras saat dia menikmati jilatan, ciuman dan gigitan Forth.
Sementara bibir Forth sibuk mencumbui sekujur tubuh Beam, tangannya sibuk membuka retsleting celana Beam. Begitu Forth berhasil membukanya, dia mengangkat Beam, mendudukkannya di atas piano dan menarik celana sekaligus boxer Beam dari kakinya. Forth menyeringai saat melihat penis Beam yang sudah menegang. Dia menarik Beam sedikit ke bawah, sehingga dengan mudah dia bisa meletakkan penis Beam ke dalam mulutnya, mengisapnya keras-keras sambil menggerakkan kepalanya maju mundur berulang kali.
"Forth! Aku tidak tahan!" Beam menjerit sementara tubuhnya melengkung saat mencapai orgasme, mengeluarkan air maninya di dalam mulut Forth yang lalu menelan cairan putihnya.
Forth membawa Beam turun dari piano dan memutarnya untuk menghadapi piano. Dia kemudian dengan cepat menanggalkan pakaiannya, mendorong bangku piano lebih dekat ke Beam dan menekan Beam untuk berlutut di bangku. Forth membuka pantat Beam agar lubangnya terlihat, lalu dia membungkuk untuk membasahi lubang sempit Beam dengan ludahnya, menjilat dengan lidah basah. Lalu dia meluruskan tubuhnya kembali, melapisi penisnya yang sudah tegang dengan air liurnya sendiri sebelum dia perlahan mendorong penisnya ke lubang yang sempit itu.
Forth membiarkan penisnya diam di dalam untuk sesaat sambil ia menciumi punggung Beam, kemudian ia mulai bergerak dalam tempo tertentu yang meningkat di setiap dorongan. Lengan Forth memegangi pinggul Beam sambil ia terus menggerakkan penisnya keluar masuk lubang sempit Beam, mempercepat gerakannya sampai dia tidak tahan lagi dan menyemburkan setiap tetes air maninya ke dalam tubuh Beam yang juga mencapai orgasme pada saat bersamaan.
Baik Beam dan Forth terengah-engah. Tapi begitu Forth telah kembali kekuatannya, ia menarik penisnya keluar, mengangkat Beam ke sofa dan membaringkannya dengan lembut sebelum ia berbaring di sebelah Beam.
"Hmm.. aku kira aku akan lebih banyak berada di sini sekarang, karena aku sudah memilikimu." Forth berbisik pada Beam-nya.
"Kenapa?"
"Karena di sinilah tempat aku bisa bercinta denganmu terus-menerus."
"Hmm..kalau begitu lebih baik kita berdua pindah ke sini."
"Itu ide yang baik, rumahku adalah rumahmu juga."
"Tapi bagiku, kau adalah rumahku. Bersamamu terasa seperti berada di rumah." Beam menyatakan dengan malu-malu.
Forth terkekeh dan mengunci bibirnya dengan bibir Beam dan menekannya lebih keras.
"Jadi, apakah kau mau pindah ke sini bersamaku?" Tanya Forth lagi saat bibir mereka terpisah.
"Tinggal di penthouse ini? Hmm ... Tentu. Selama kau bahagia." Balas Beam pelan.
"Aku bahagia."
"Tapi aku punya permintaan untukmu sebelum aku benar-benar pindah ke sini."
"Apa itu??"
"Ayo kita berenang telanjang di kolam renangmu. Aku sudah lama ingin melakukan itu sejak aku melihat kolam renang itu."
"Hmm..kedengaranya menarik. Tentu Beam, keinginanmu adalah perintahku."
"Forth, aku mencintaimu. Berjanjilah kau tidak akan menghancurkan hatiku."
"Aku berjanji."
"Jadi, apa yang kita tunggu? Ayo kita berenang telanjang!" Beam berteriak keras lalu mereka berdua melompat dari sofa dan berlari telanjang ke kolam renang.
*Ane cuma mau bilang..kalo seandainya ane bales komen kalian rada nylekit..itu berarti komen kalian bikin ane ga nyaman.
Dah gitu aja happy reading :-*
KAMU SEDANG MEMBACA
YOU ARE MY HOME (ForthBeam Fanfict)
FanfictionBeam, pria manis yang telah mencuri hatinya, namun ia bahkan tak tau bahwa dia telah memilikinya. Aneh sekali kalau Forth benar-benar jatuh cinta pada seseorang dari jenis kelamin yang sama, apalagi dia seorang casanova.