-19-

4.7K 398 24
                                    






Beam benar-benar gugup saat memasuki rumah itu. Dia beruntung Forth bersamanya, memegang tangannya dengan kuat saat mereka berjalan untuk duduk di depan seorang wanita tua.

"Duduklah, Beam, Forth." Wanita itu tersenyum kecil untuk menghapus kegugupan mereka. "Jangan khawatir. Aku tidak marah sama sekali."

"Serius, Mom? Setelah semua yang telah dilakukan Beam pada keluarga kita?" Pring sangat marah karena ibunya terlalu lunak terhadap Beam.

"Duduklah, Pring. Mungkin sudah waktunya bagimu untuk belajar menerima kebenaran." Ibu Pring bergumam dengan tenang.

"Mom, kau tahu sesuatu yang tidak aku ketahui?" Pring mempertanyakan ibunya sendiri.

"Sebagian. Aku masih punya banyak pertanyaan untuk Beam. Aku harap kau akan mengatakan yang sebenarnya, Beam. Aku ingin menyatukan semua teka-teki ini, jadi aku tidak akan salah paham lagi." Wanita itu berkata dengan tenang.

"Tapi bibi Mae, apakah menurutmu  itu baik untuk berbicara di depan Pring?" Tanya Forth atas nama Beam.

"Dia sudah besar. Dia harus tahu jadi dia akan berhenti menuduh Beam."

Beam mengangguk sambil meremas tangan Forth untuk mendapat kekuatan.

"Pertama, aku tahu bayi itu bukan anakmu. Kau tahu siapa ayahnya?"

Beam mendesah sambil melihat Pring kemudian mengalihkan pandangannya kembali ke wanita itu.

"Kata Pan, dia juga tidak tahu. Bisa jadi itu suamimu atau salah satu teman suamimu dimana Pan dijual." Jawab Beam dengan kepala tertunduk.

"Beraninya kau menghina almarhum ayahku! Dia tidak akan pernah menjual anaknya sendiri, apalagi menyentuhnya!"

"Duduklah, Pring !!" Wanita itu berteriak pada putrinya sendiri.

"Mom!" Pring marah tapi dia tetap mematuhi perintah ibunya.

"Jadi, dia memperkosa anak perempuannya sendiri." Air mata wanita mulai mengalir di pipinya. "Aku tahu sekarang mengapa ayahmu membiusku malam itu. Jadi, itulah malam dimana dia memperkosa Pan."

Pring terkejut dengan pernyataan ibunya.

"Mom, apa kau benar-benar percaya pada ceritanya? Dia sedang berbicara sampah tentang almarhum suamimu! Dan mengapa ayah ingin menjual Pan ?! Dia tidak memiliki alasan sama sekali!" Pring sangat marah.

"Kau ingin tahu mengapa ayahmu menjual adikmu? Karena ia membutuhkan uang untuk membayar uang kuliahmu yang mahal. Kau putri kesayangannya. Dia akan melakukan apa pun untukmu karena kau adalah harapan dalam keluarga kita."

"Aku minta maaf, bibi Mae. Aku benar-benar tidak tahu apa yang terjadi dengan kehidupan Pan sampai dua hari setelah kematiannya. Aku tidak tahu kapan dia melakukan aborsi. Aku mengetahui tentang bayi itu sehari setelah hasil dari post mortem-nya keluar. Dan selebihnya, aku mengetahui dari surat yang dia kirimkan kepadaku, aku ingin memberitahukan surat tersebut padamu, tapi Pan menyuruhku berjanji untuk tidak memberitahukannya demi masa depan Pring. " Beam mengaku.

"Tunjukkan suratnya, atau aku tidak akan pernah mempercayaimu!"

Beam mendesah sambil mengeluarkan surat yang selalu ia simpan dalam dompetnya dan memberikannya kepada Pring untuk dibaca.

Pring terkejut saat ia membaca surat itu kata demi kata. Dia gemetar hebat dan terjatuh dari kursinya dengan tak percaya.

"Ini tidak benar." Pring menyangkal.

"Ini benar, Pring. Karena aku menemukan buku harian Pan. Aku terkejut sama sepertimu. Tapi kita tidak bisa melakukan apapun untuk mengubah masa lalu. Satu-satunya hal yang dapat aku lakukan adalah meminta maaf kepada Beam untuk semua yangbtelah ia lalui.

"Kau tidak perlu minta maaf, bibi Mae. Aku sudah memaafkanmu dan Pring karena kalian berdua juga merupakan korban dari keadaan ini."

"Aku rasa, tidak ada yang perlu kubicarakan lagi. Forth, antarkan Beam pulang. Aku masih perlu berbicara dengan Pring. Jangan khawatir pada kami. Kami masih saling memiliki satu sama lain untuk diandalkan."

"Kalau begitu, kami pergi dulu, bibi Mae. Silahkan hubungi kami jika kalian butuh sesuatu." Kata Forth dan segera mengajak Beam keluar dari rumah itu.

YOU ARE MY HOME (ForthBeam Fanfict)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang