-12-

4.9K 417 29
                                    





"Beam!" Forth memanggil kekasihnya begitu memasuki penthouse. Dia telah mencari Beam dan dia benar-benar berharap Beam kembali ke penthouse mereka.


Forth dengan cepat bergegas menaiki tangga ke kamar mereka setelah dia mencari di seluruh lantai bawah. Dia benar-benar takut Beam akan meninggalkannya karena Pring. Dia masuk ke dalam ruangan, tapi Beam tidak ada. Dia mengamati sekeliling dan melihat pintu balkon terbuka lebar. Dia mempercepat langkahnya, berjalan ke balkon dan jantungnya memompa dengan cepat saat dia melihat Beam duduk di sudut, memeluk lututnya dan dia menangis dalam diam.


"Beam!" Forth berlari ke arahnya dan menarik pria itu ke pelukannya.


"Forth ..." Beam menangis di dada Forth seperti anak kecil.


"Luapkan semua, Beam." Forth mengusap punggung Beam dengan lembut berulang kali.


"Aku bukan alasan Pan bunuh diri. Aku bukan alasan dia melakukan itu." Kata Beam sambil menangis dalam pelukan Forth.


"Kalau begitu, katakan padaku mengapa dia bunuh diri?"


"Aku tidak bisa... Aku sudah berjanji padanya. Aku benar-benar tidak bisa." Beam menolak untuk memberi tahu.


Forth menghela napas, meraih Beam di pelukannya dan membawanya ke tempat tidur. Dia berbaring di samping Beam lalu menarik pria itu untuk bersandar di lengannya.


"Aku tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi, tapi kau perlu mengatakan yang sebenarnya untuk menghentikan orang-orang  menuduhmu." Forth berharap agar Beam mengikuti nasehatnya. Dia tidak tahan melihat Beam menangis seperti itu. Hal itu juga membuat hatinya sakit.


"Aku tidak bisa .. aku tidak bisa karena jika rahasia itu terungkap, terlalu banyak orang yang akan terluka. Jika itu terjadi, itu berarti  Pan meninggal sia-sia."


"Beam, bisakah kau menceritakannya padaku? Ini akan meringankan bebanmu."


"Aku tidak bisa, Forth. Aku takut kau akan memberitahu Pring, jika kau mengetahuinya."


"Kau tidak percaya padaku? Aku kekasihmu, Beam."


"Aku tahu, beri aku waktu untuk memikirkannya."


"Baiklah, Beam. Tenangkan dirimu sekarang dan berhenti menangis. Mungkin kau bisa tidur untuk bersantai. Tapi bagaimana  wajahmu, masih sakit?" Tanya Forth sambil melihat pipi merah Beam.


"Ya, sedikit."


Forth mencium pipi Beam yang ditampar.


"Apakah masih sakit?"


"Masih."


"Hmm..mungkin aku perlu melakukan sesuatu untuk mengalihkan perhatianmu dari rasa sakit."


"Bagaimana?"


Forth tersenyum dan mencium dalam bibir sensual Beam.


"Kau belum mandi, kan?"


Beam menggelengkan kepalanya.


"Tunggu disini." Forth berdiri dan pergi ke kamar mandi untuk mengisi bak mandi dengan air hangat dan busa. Begitu sudah terisi, dia kembali ke Beam, menariknya berdiri dan mulai menanggalkan pakaian Beam, lalu menanggalkan pakaiannya sendiri.


"Ayo kita mandi bersama." Forth menyarankan.


Beam tersenyum malu-malu saat Forth mengangkat dan membawanya ke bak mandi. Forth masuk ke dalam bak mandi terlebih dahulu untuk duduk dan membuat Beam duduk di antara pahanya.


"Santai saja dan biarkan aku memandikanmu." Forth meraih spons, dan perlahan menggosok tubuh Beam  sambil membumbui ciuman di bahu dan leher Beam.


Beam menggigit bibir bawahnya karena terasa sangat nikmat. Dia bersandar dan membalikkan wajahnya untuk mencium Forth.


"Hmmphh ..." Beam mengerang saat merasakan penisnya yang sudah dimainkan(?) oleh tangan Forth.

"Forth..."


Forth menyeringai.


"Nikmati saja, Beam ku yang indah." Forth berbisik dan mulai menyenangkan kekasihnya dengan sepenuh hati untuk membantu melupakan kesedihannya.


*Kadang ane susah nyari bahasa yang tepat biar gampang dipahami :v tp kalo pas bener-bener buntu..ya udah sekenanya aja.

YOU ARE MY HOME (ForthBeam Fanfict)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang