-14-

4.6K 399 13
                                    




Beam duduk di sofa, meraih bajunya yang terlempar ke lantai dan memakainya dengan cepat. Dia benar-benar marah. Dia berjalan melewati Forth, bergegas ke kamar dan mengambil dompet, kunci mobil, telepon dan kunci penthouse kemudian bergegas meninggalkan tempat itu sebelum dia melakukan sesuatu yang akan dia sesali nanti.

"Kau akan pergi kemana, Beam?" Forth mencengkeram lengan Beam dan memutar badannya untuk menghadapnya.

"Aku perlu menjernihkan kepalaku. Aku bisa saja membunuh Pring karena merusak waktu kita." Beam benar-benar marah. Forth belum pernah melihat Beam seperti itu sebelumnya.

"Tapi kau belum menjawab pertanyaanku. Apa itu benar anakmu?" Forth menatap mata Beam untuk mencari jawabannya.

"Apa menurutmu itu anakku?" Beam bertanya kembali pada Forth. Dia ingin tahu apakah kekasihnya akan menganggap itu anaknya.

Forth menggelengkan kepalanya. "Tidak, aku sama sekali tidak berpikir bayi itu anakmu." Forth tahu bahwa Beam tidak bodoh untuk memiliki diusia muda, apalagi membantu Pan melakukan aborsi.

"Terima kasih telah mempercayaiku." Beam merasa lega. Dia takut Forth tidak mempercayainya.

"Tapi anak siapa? Kenapa sulit bagimu mengatakan yang sebenarnya?" Forth benar-benar penasaran. Dia berharap agar Beam paling tidak mengatakan padanya siapa ayah bayi itu.

"Kau  ingin tahu kenapa? Karena jika aku mengatakan yang sebenarnya, aku takut jika Pring akan melakukan hal yang sama seperti yang Pan lakukan!" Beam berteriak sambil menarik tangannya dari tangan Forth dan meninggalkan penthouse dengan marah.

Forth tercengang oleh apa yang dikatakan Beam. Apa yang dia maksud dengan itu? Apakah dia bermaksud bahwa Pring juga akan bunuh diri? Itu tidak mungkin  benar. Ia Ingin jawaban lebih. Dia cepat mengejar Beam untuk menghentikannya agar tidak pergi.

"Beam! Tunggu!" Forth meneriakkan nama kekasihnya sambil ia berlari secepat yang dia bisa menyusul Beam, tapi ia terlambat. Beam sudah berada di dalam mobil dan mungkin dia tidak mendengar Forth yang memanggilnya.

Forth khawatir ketika ia melihat mobil Beam melaju dengan cepat menuju jalan utama.

"Astaga, Beam!" Forth dengan cepat menelepon Beam. Dia berdoa agar Beam tak mengabaikan panggilannya.

"Apa lagi yang ingin kau tahu?" Tanya Beam tegas saat menjawab teleponnya.

Forth terengah lega saat mendengar suara Beam.

"Tidak ada, Beam. Aku tidak ingin bertanya apa-apa lagi. Hanya berjanjilah kau tidak akan minum malam ini. Jadi aku tidak perlu khawatir padamu. Berhati-hatilah menyetir dan juga berjanji bahwa kau akan kembali dalam keadaan utuh. " Forth berkata pelan.

"Baiklah, aku berjanji."Suara Beam tidak sekuat sebelumnya.

"Terima kasih, dan Beam ..." Forth memanggil nama kekasihnya lagi.

"Ya, Forth."Tanya Beam.

"Aku mencintaimu, Baby Beam."

"Aku juga mencintaimu, Daddy Forth." Balas Beam sebelum menutup telepon.

Forth merasa lebih baik. Dia mempercayai Beam. Dia tahu Beam membutuhkan ruang untuk melepaskan tekanannya. Dia hanya berdoa agar tidak ada yang bisa membahayakan kekasihnya yang berharga.

YOU ARE MY HOME (ForthBeam Fanfict)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang