12

1K 182 105
                                    

Kyla berdecak kesal saat Yeye -kucing baru Zara- bermain-main di kakinya, mengendus-endusnya dan bahkan sesekali mencakar punggung kakinya. "Zara! Tolong dong ini anak lo singkirin jauh-jauh dari gue," teriak Kyla sambil mendorong kucing berwarna coklat itu untuk menjauh darinya.

"Yeye! Sana ah, lo ya gue kurbanin besok kalo ganggu gue terus." Ucap Kyla sambil menatap tajam si Yeye, sedangkan yang di tatap hanya melengos tidak peduli. "Dasar kucing gak tau diri."

Kyla melanjutkan aktifitas menyalin tugas dari buku Ori yang ia pinjam di sekolah tadi. Keningnya sesekali mengerut saat membaca tulisan Ori yang sedikit tidak jelas. Bukan tidak jelas, Kyla susah mengejakan nama latin sebuah bakteri. Kyla memang sedikit payah di pelajaran Biologi sebab terlalu banyak hafalan dan sedangkan kapasitas otak Kyla tidak terlalu besar untuk menyimpan memori tentang nama-nama latin dari berbagai makhluk hidup dan lainnya.

"Tadaa, mie telur buatan Zara sudah jadi." Zara ikut bergabung untuk duduk di sebelah Kyla. Kyla melirik ke arah piring yang Zara genggam lalu hendak menyomot satu buah mie telur buatan Zara, namun dengan cepat Zara memukul tangan Kyla. "Nanti, gue tawarin ke Yeye dulu." Ucap Zara yang langsung membuat Kyla berdecak.

"Kucing mana doyan makanan kayak gitu sih, Zar." Gerutu Kyla sambil menggaruk pipinya heran. "Sekalipun doyan juga berarti itu kucing nggak waras." Lanjut Kyla.

"Mau tuh," ucap Zara sambil menunjuk ke arah Yeye yang sedang mengunyah mie telur itu di atas lantai.

Kyla berdecak. "Bener kan, majikannya aja gak waras. Peliharaannya pasti gak waras juga." Kata Kyla sambil tersenyum miring. "Besok-besok Yeye lo dandanin sekalian, biar cantik kayak lo."

Zara menatap Kyla tajam. Sedangkan yang di tatap hanya mengangkat bahunya acuh. "Nih, mau gak?"

"Gak ah, bekas Yeye."

"Ish, kan Yeye gue potekin."

"Gak ah, bekas Zara."

"Mati aja sana lo." Zara menggerutu kesal.

"Gak ah, ntar ada yang kangen." Jawab Kyla dengan nada menggoda.

Zara menaikan sebelah alisnya. "Gue gak bakal kangen sama lo."

Kyla ikut mengangkat alisnya. "Lho, gue gak berharap lo kangen juga sih sama gue." Jawab Kyla santai. Kening Zara berkerut bingung. "Ada kali, bukan lo yang kangen. Orang lain."

"Hih, emang ada? Lo kaku gini, mana ada sih yang ngangenin."

"Kalo gak ada, ya di ada-adain aja." Jawab Kyla yang langsung mendapat pukulan di kepalanya. "Jangan kurang ajar deh, kepala nih."

"Kadang kepala lo sama dengkul suka sama, susah bedainnya." Kata Zara sambil tersenyum jahat.

Kyla menggeram. "Untung gue sabar." Gumam Kyla pelan.

"Sabar buat masuk senbatsu?"

"Hah?"

"Gak, tadi Yeye tiba-tiba nari balet."

Kyla mendengus lalu menutup buku tulisnya serta merapikan alat tulisnya. Ia merubah posisinya menjadi duduk bersila di atas sofa dengan tubuh mengarah ke arah Zara. "Heh, lo masih ada utang penjelasan ke gue."

Kening Zara berkerut. "Apa ya?"

"Gak usah sok lupa," Kyla menarik secara paksa piring dari tangan Zara lalu ia letakkan di atas meja. Kyla bersedekap dada guna menunggu Zara membuka mulutnya untun menjelaskan kejadian beberapa minggu yang lalu.

Zara mengerucutkan bibirnya. "Gak mau, nanti lo marah lagi sama gue."

Kyla memutar bola matanya. "Jelasin dulu, kalo lo pantes buat gue marahin, ya gue marahin. Kalo enggak, ya enggak."

Honest [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang