18

1K 175 171
                                    

Perhatian, ini gak jelas. Serius.

*****

"Kamu ini apa-apaan Kyla!" Bentak Beby kasar dengan mata menatap Kyla tajam. Beby berdecak lalu menunjuk ke arah map dimana di dalamnya terdapat laporan nilai semester milik Kyla. "Lima pelajaran di bawah KKM. Kamu ini mikir apa sih?"

Kyla yang sedang merapikan kaset koleksinya melirik ke arah map yang tadi Beby lempar lalu meraihnya. Matanya menatap serius laporan nilai miliknya lalu sedikit meringis.

"Kamu ini di bebasin malah makin menjadi ya! Mulai sekarang, kamu kemana-mana saya antar. Kamu ikut pelajaran tambahan setiap sore," Beby menarik napasnya lalu berdecak. "Dan turuti perintah dari saya dan Shania. Paham?'

Kyla menggeram. Kyla beralih menatap Beby. "Udah cukup ya saya di atur-atur seperti ini. Saya sudah dewasa. Saya tau apa yang saya mau. Dan saya cukup paham untuk masa depan saya sendiri."

"Apa? Kalau saja saya tidak berusaha mati-matian kepada Kepala Sekolah kamu untuk mempertahankan kamu disana, entah kamu jadi apa saat ini." Jawab Beby penuh penekanan. "Kamu tidak sadar segala sesuatu yang kamu lakukan itu hanya merusak masa depan kamu sendiri! Berkelahi, bolos, dan lain sebagainya."

Rahang Kyla mengeras. Air mata Kyla mengembang di pelupuk matanya. Tangannya terkepal kuat-kuat menahan emosinya. "Anda pikir Anda siapa?" Tanya Kyla sakarstik.

Beby yang mendengar itu langsung diam membeku. Lidahnya langsung kelu. "Anda pikir, memisahkan anak dengan Ayahnya bukanlah hal yang buruk?" Tanya Kyla sinis. "Bahkan Anda lebih buruk dari saya."

"Jaga mulut kamu!" Teriak Beby menatap Kyla tajam. Matanya memerah karena emosi.

Kyla berdecih. "Terserah."

"Ingat selama ini siapa yang merawat kamu." Kata Beby penuh penekanan.

"Memang kalian berdua. Saya berterima kasih. Saya lebih baik tinggal dengan Ayah saya daripada bersama kalian." Jawab Kyla cepat. "Bahkan kalian tidak pernah mengerti apa mau saya."

Plak!

Satu tamparan mendarat dengan mulus di pipi kanan Kyla. "Jaga kata-kata kamu."

Beby menghela napasnya panjang lalu setelah itu memutuskan untuk keluar dari kamar Kyla dengan hatinya terasa sangat nyeri.

Kyla mendaratkan tubuhnya di atas kasur. Air matanya menetes membasahi pipinya. Dia meraih map berwarna merah itu lalu menatapnya sebentar, setelah itu ia meremukkan kertas tersebut membentuknya menjadi seperti bola lalu melemparnya ke sembarang arah.

"Bahkan gue gak tau dimana Ayah gue berada sekarang," lirih Kyla pelan.

Kyla beranjak dari duduknya lalu ia mengambil tas ranselnya dan memasukkan beberapa pasang baju dan celana jeans dari dalam lemarinya.

"Lo mau kemana?" Tanya Zara menatap Kyla heran. "Key?"

Kyla menggeleng lalu meresleting tas ranselnya. Dia mengusap sisa-sisa air matanya lalu memutar tubuhnya guna menatap Zara. "Gue gak mau kemana-mana. Kenapa?"

"Serius?" Tanya Zara dengan mata menyipit curiga. "Tadi ngapain masukin baju ke tas lo?"

"Ah, enggak." Kyla menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal. "Itu, baju ganti buat nanti. Gue kan mau latihan."

Honest [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang