10

1.4K 218 98
                                    

Dua hari setelah insiden dimana Kyla menemukan Zara di sebuah club malam yang terletak di Ibu Kota, Kyla masih mogok bicara dengan Zara. Bahkan menatap ke arahnya pun Kyla enggan. Kyla benci sekali dengan kebohongan. Kyla tidak pilih-pilih, siapapun yang membohonginya meskipun Adik atau orang tuanya Kyla tetap akan tetap membenci orang itu.

Dan selama dua hari belakangan ini Zara juga berusaha untuk berbicara dengan Kyla. Namun Kyla selalu mempunyai cara untuk mengabaikan Adiknya itu dan bahkan menghindar serta menjauh dari Zara. Sakit. Tentu, Zara merasa hatinya seperti di tusuk berkali-kali dengan benda tajam. Tidak jarang Zara menangis di kamarnya, ia menyesal. Amat sangat menyesal. Tidak mendengengar suara Kyla, tidak diperlakukan manis oleh Kyla, hidupnya menjadi sangat hampa.

"Kyla, denger gue plis gue mau ngomong." Zara berusaha meraih tangan Kyla yang baru saja keluar dari dalam kelasnya. Namun dengan kasar Kyla menghempaskan tangan Zara dan berjalan dengan cepat meninggalkan Zara di depan kelasnya dengan air mata yang tanpa sadar mulai menetes.

Aura gelap Kyla kali ini sangat terasa. Matanya menatap lurus ke depan dengan tatapan dinginnya. Telapak tangannya terkepal kuat-kuat. Kyla berjalan menuju kelas IPA-I. Tempat dimana Ketua Osisnya berada. Niatnya ia akan menghajar orang itu habis-habisan.

"Julian! Keluar lo!" Teriak Kyla saat dirinya baru saja sampai di depan kelas Ketua Osis sekolahnya yang bernama Julian itu.

Seluruh pasang mata yang berada di kelas itu langsung terfokus kepada Kyla yang tiba-tiba berteriak mencari Julian. Kyla menggeram, Kyla masuk ke dalam kelas Julian lalu matanya mencari-cari pria yang ia maksud. Setelah ia menemukan Julian yang tengah berkumpul dengan teman-temannya di meja paling belakang, Kyla langsung berjalan mendekat ke arahnya dan langsung menarik kerah seragam Julian dengan kasar.

"Eh, apa-apaan nih!" Ucap Julian tidak mengerti.

Kyla berdecih lalu tanpa banyak bicara ia memberikan pukulan ke arah wajah Julian cukup keras. Julian terhuyung kebelakang. Beberapa teman Julian berusaha untuk memegang tangan Kyla, namun Kyla berontak dan memberi pelajaran juga kepada orang-orang yang menghalanginya.

"Lo apaan sih! Jangan kurang ajar lo!" Bentak Julian sambil menyeka sudut bibirnya yang sedikit mengeluarkan darah.

Kyla tersenyum miring. "Harusnya gue yang ngomong begitu ke lo, bajingan." Jawab Kyla dingin. "Ketua Osis yang kalian banggakan ini, kelihatan baik di sekolah bukan? Cih, dasar busuk."

Julian menggeram. "Apa? Lo gak berani bales gue?" Tanya Kyla menantang. "Berani ajak Adek gue ke club kok ngelawan cewek aja gak berani." Lanjut Kyla sambil berdecak malas.

Seluruh pasang mata langsung beralih menatap Julian yang selama ini memang salah satu siswa terdisiplin di sekolah. Tidak pernah membuat onar, dan selalu berprestasi.

"Lo gak punya otak ya? Bahkan dia belom tujuh belas tahun." Kyla kembali menatap Julian dengan tatapan tajamnya. "Biasanya yang muka dua kan perempuan. Gue baru tau kalau laki-laki juga ada yang muka dua."

"Sialan lo!" Julian mendekat ke arah Kyla lalu hendak membalas perbuatan Adik kelasnya itu. Namun dengan cepat Kyla menghindar. Julian menggeram. Julian melempar tas entah milik siapa ke arah Kyla guna mengecoh lawannya lalu setelah itu menendang perut Kyla ke belakang dan terakhir meninju pipi kiri Kyla.

Kyla tertawa kecil, Kyla bersiap kembali untuk membalas pukulan Kakak kelasnya. Namun perkelahiannya terinterupsi oleh Aya. Lagi-lagi dia, pikir Kyla. "Julian, lo apa-apaan sih?" Tanya Aya menatap Julian tajam.

"Lo tanya ke dia," jawab Julian sambil merapikan seragamnya.

"Kok harus gue yang jawab? Dasar bodoh!" Tukas Kyla cepat hendak menghajar Julian lagi, namun dengan cepat Aya menarik tangan Kyla untuk keluar dari kelas Julian.

Honest [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang