23

1.3K 200 90
                                    

"Ah, hai." Sapa Kyla setelah ia mendarat dengan sempurna di kursi depan tepat di sebelah Aya. "Sorry agak lama, tadi itu. Ya itu pokoknya." Lanjut Kyla sambil memasang sabuk pengaman dan setelah itu memberikan senyuman kepada Aya.

"Hari ini kita jalan-jalan, dan kata Kak Aya, lo yang traktir kita." Tiba-tiba kepala Zara muncul di tengah-tengah mereka yang sontak membuat Kyla terkejut bukan main. Zara tertawa geli lalu kembali duduk dengan tenang di belakang.

"Lo ngapain ada disini?" Tanya Kyla sinis.

Zara menunjuk ke arah Aya lengkap dengan senyum miringnya. Kyla beralih menatap Aya menatapnya meminta penjelasan. Aya meringis. "Y-yah, gak salah kan ajak Zara? Lagian dia juga nggak ada kegiatan di rumah."

"Pasti ada," tukas Kyla cepat. "Lo tuh mending bantu Mama Shania di toko. Ngapain ngintilin dia sih?" Kyla menatap Adiknya dengan tatapan tajam. "Sana turun, balik naik taksi."

Zara memberengut. "Paham, paham yang baru jadian mah. Da aku mah apa atuh, jomblo." Gerutu Zara sambil mengambil tas tangannya lalu setelah itu hendak turun dari dalam mobil Aya kalau saja tidak di cegah oleh Aya sendiri.

"Kyla, jangan gitu sih." Desis Aya menatap Kyla tajam. "Kasian itu Zara. Lagian kan jalan sama-sama lebih seru."

"Ya terserah." Jawab Kyla malas berdebat. Dia memutuskan untuk menatap ke arah luar jendela.

"Kak Aya aja yang bilang baru lo nurut hih," kata Zara sambil menjitak kepala Kyla dari belakang. Kyla memutar bola matanya sedangkan Zara mulai cekikikan sendiri di belakang sana. Alias, dia gesrek.

"Tadi gimana tesnya?" Tanya Aya menyairkan ketegangan yang menyerang beberapa menit yang lalu. "Kata nyokap lo, lo lupa bawa surat keterangan lulusnya. Terus gimana tuh?"

"Ya untungnya boleh, gue masang muka melas." Jawab Kyla sambil tertawa geli mengingat betapa menjijikkannya dia tadi memohon-mohon kepada pengawas dengan wajah melasnya.

"Lagian lo, kan udah gue ingetin malemnya. Heran deh."

"Namanya juga lupa."

"Aku-kamu dong." Sela Zara dengan kepala kembali muncul di tengah-tengah mereka. "Masa lo-gue, gak seru nih."

Kyla berdecak. Dia mengangkat tangannya lalu mendorong kepala Zara untuk kembali duduk dengan tenang di belakang. "Gak usah ikut campur urusan orang dewasa."

Zara mendengus. "Gue sama lo cuma beda setahun. Sama lah."

"Iya sama, mendukung dari muka soalnya." Kyla tersenyum miring lalu tertawa terbahak-bahak. Alhasil, Zara kembali memberengut. Secara halus Kyla menyatakan bahwa muka Zara itu tua.

"Oh iya, nih udah gue gantung." Kata Kyla sambil menunjukkan gantungan kunci pemberian Aya kemarin. "I'll keep it save." Lanjut Kyla sambil tersenyum tipis.

"Gantungan doang yang lo jagain. Kak Ayanya enggak?" Suara Zara kembali terdengar.

"Di jagain lah. Lo aja gue jagain. Gimana dia." Jawab Kyla yang langsung membuat pipi Aya memanas seketika. "Karena lo jauh, jadi gue jagain dari doa aja ya haha."

"Hati-hati Kak, nanti Kyla berubah jadi genit kalau udah kuliah nanti." Kata Zara sambil menaik-turunkan alisnya.

Kyla memutar bola matanya. "Fitnah aja lo rempeyek udang."

"Itu enak, by the way." Balas Zara cepat.

"Jadi, pilihannya apa aja?" Tanya Aya dengan mata tetap fokus ke jalan setelah terjadi keheningan beberapa saat.

"Pertama sama kedua di Jakarta. Yang terakhir, kampus lo." Jawab Kyla sambil memainkan ponselnya.

Aya berdecak. "Masih tetep mau pindah juga?"

Honest [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang