Pagi-pagi, baca FF agar supaya😋😋😋
*****
"Passpor udah?" Tanya Shania. Beby memeriksa tasnya lalu kepalanya mengangguk. Shania meletakkan jari telunjuknya di depan dagu. "Oh, laptop? Berkas-berkas penting? Obat-obatan? Makanan instant? Ish!"
"Apa lagi sih, Shania?" Beby menggelengkan kepalanya. Kayaknya Shania nggak pernah seribet ini deh, pikir Beby.
Wajar sih kalau perempuan ribetnya bukan main. Definisi ribet bukan main itu di peruntukkan untuk cewek tulen kayak Shania yang apa-apa maunya sempurna tanpa ada kurang sedikit pun.
Perlahan senyuman mulai muncul di bibir Beby. Lagi-lagi kepalanya menggeleng. Kadang Shania kalau sudah khawatir suka bikin pusing kayak sekarang. Apalagi kalau manjanya sudah keluar. Satu lagi, apalagi kalau jurus ngambek ditambah wajah merengutnya sudah muncul. Beby tidak bisa melakukan apa-apa selain mengalah.
"Di bilang aku ikut, ikut, ikuttt!" Rengek Shania bahkan manjanya Zara pun kalah. Alis Beby naik sebelah. Hal itu membuat wajah Shania merengut dan ia bersedekap dada. "Lagian kenapa sih aku gak boleh ikut? Mau macem-macem ya kamu? Awas aja."
Beby memutar bola matanya. Shania ini apa-apaan sih? Terka Beby dalam hati. Biasanya tidak pernah seperti ini. Risih sebenarnya, tetapi rasa senang sedikit muncul sebab Beby juga rindu masa-masa dimana Shania super overprotektif kepadanya. Kemana-mana selalu menggelendot manja layaknya anak koala. Dimana ada Beby, disitu ada Shania.
"Aku kerja Shania, bukan liburan." Jawab Beby berusaha untuk membuat nada bicaranya selembut mungkin. Siapa tau bisa membuat Shania luluh dan tidak merengek lagi.
"Ya kamu kira aku ikut kamu mau leha-leha gitu? Jalan-jalan? Update di instagram buat snapgram kayak kids zaman now? Nggak!" Kata Shania dengan nada membentak. "Kamu masih meragukan kinerja aku ya? Kesel deh."
"Nggak ada space, Shan." Ucap Beby sambil tertawa geli.
Shania menggeram. Tangannya mulai mengepal menahan emosinya. Deru napasnya tidak beraturan alias, Shania marah. "Kamu kira badan aku segede apa ha?!" Teriak Shania histeris.
Beby menepuk keningnya. Dia lupa kalau wanita paling sensitif kalau berhubungan dengan berat badan.
"Aku minta cerai!" Kata Shania lagi lalu dia keluar dari kamarnya dengan kaki menghentak keras di atas lantai.
Beby berdecak. Dia menyudahi kegiatan mengemas barang-barangnya lalu membuntuti Shania dari belakang.
Shania memutuskan untuk duduk di kursi yang terletak di halaman belakang rumahnya. Shania bersikap seperti ini karena satu hal, khawatir. Itu saja.
"Lagian ikut doang aja gak boleh, padahal mah niat baik." Gerutu Shania dengan bibir mengerucut.
"Shan, kamu kayak anak kecil deh." Shania berdecak malas. "Jangan ngambek dong, lagian kan gak lama. Cuma seminggu."
"Pala lu,"
Beby terkekeh lalu ikut duduk bergabung di sebelah Shania. "Terakhir kamu bersikap kayak gini waktu kapan?" Tanya Beby.
Shania malas merespon. Lagian dia juga lupa kapan terakhir dia bersikap kayak anak kecil begini.
"Idih beneran ngambek, heh?" Beby mencolek dagu Shania menggoda sambil tertawa kecil. "Kalo kamu ikut Kyla sama Zara siapa yang jaga?"
"Y-ya gampang!" Jawab Shania cepat. "Kita titip aja ke Kak Ve, atau ke siapa gitu."
"Kamu kira Kyla sama Zara barang?" Tanya Beby sinis. "Main titipin-titipin aja."
KAMU SEDANG MEMBACA
Honest [Completed]
Fanfic#528 in Fanfiction (10 Agustus 2017) Terkadang sebuah kejujuran bisa menjadi hal yang sangat menyakitkan. Sekuel dari Love Affair dan Afire Love 4/8/17 - 10/10/17