27

1.4K 208 123
                                    

"For all the love that we shared. For all the times that we bled. For all the paths we walked down. How could you do this to me?" Tanya Shania menatap seseorang yang tengah berdiri di hadapannya dengan mata berkaca-kaca. Orang itu hanya diam dengan kepala menunduk dalam.

"Jawab aku!" Suara Shania kembali terdengar dan sedikit bergetar. "Jawab aku, Beb. jawab!" Shania mencengkram kedua bahu orang itu dan menggoyangkannya cukup kasar.

Kyla menarik bahu Zara lalu membawa Zara untuk masuk ke dalam dengan tanda tanya besar di kepalanya. "Untuk saat ini, lebih baik kita diam dulu." Ucap Kyla kepada Zara dan Zara mengangguk paham setuju dengan saran Kakaknya.

"M-maaf."

Shania menutup wajah dengan kedua telapak tangannya. Air matanya turun dan  sudah tidak terkontrol lagi. Shania benar-benar tidak habis pikir. Betapa gilanya orang yang saat ini sedang berdiri di hadapannya.

"A-aku, Shania listen to me," orang itu berusaha meraih tangan Shania, namun dengan cepat Shania menyingkir dan mundur beberapa langkah untuk menjaga jarak darinya.

"Shan, please...." Lirih orang tersebut dengan suara bergetar, air mata orang itu siap turun meluncur ke pipinya kalau saja dia tidak mendongakkan kepalanya ke atas.

"I love you just the way you are." Kata Shania pelan. "Gak peduli seberapa buruknya diri kamu. Gak peduli orang di luar sana mencaci-maki diri aku. Kenapa kamu melakukan hal bodoh ini?"

"Aku melakukan semua ini karena aku sayang kamu. Aku cinta kamu. Aku gak mau kehilangan kamu. Tolong mengerti, Shania."

"Kamu gak perlu berubah menjadi orang lain untuk mencintai aku, Beb." Ucap Shania lalu memutar tubuhnya dan masuk ke dalam rumahnya.

"Shit." Orang itu menendang ban mobilnya cukup kuat lalu masuk ke dalam mobil dengan perasaan campur aduk. Dia menancap gas guna meninggalkan rumahnya dengan air mata mulai mengalir membasahi kedua pipinya.

*****

Senja telah menjemput malam. Beby yang kini telah berganti identitas menjadi Boby sudah lelah mengendarai mobil dan memutuskan untuk berhenti di pinggir jalan guna membeli minum. Tenggorokannya terasa sangat kering sebab dirinya sama sekali belum minum sejak menginjakkan kaki kembali ke Indonesia.

Setelah lima bulan meninggalkan kota yang membesarkan namanya ia merasa banyak yang berubah. Banyak sekali pembangunan gedung-gedung baru, renovasi jalan serta jalan layang baru.

Dia mendaratkan tubuhnya di atas kap mobil sembari meneguk air mineral hingga kandas. Ia menghela napasnya panjang lalu mengusap wajahnya. Sebenarnya ia lelah sekali setelah flight sekitar kurang lebih lima jam. Namun apa yang selama ini ia pikirkan salah. Ia kira Shania akan excited dan menyambutnya dengan baik. Ternyata dugaannya salah.

Apa Shania membencinya?

Boby menggelengkan kepalanya. Bahkan ia tidak mau tahu jawaban dari pertanyaan itu. Entah apa yang akan ia lakukan jika seandainya Shania benar membenci dirinya. Mengakhiri hidup mungkin jalan terakhir yang akan ia pilih dibanding dia hidup tetapi Shania membencinya. Sangat menyakitkan pasti.

Dia memejamkan matanya sebentar saat merasa angin semilir berhembus cukup kencang. Dia menghela napasnya panjang lalu memutuskan untuk kembali masuk ke dalam mobilnya. Ia harus kembali ke rumah dan menyelesaikan semua ini.

"Jadi, yang tadi itu Mama Beby?" Tanya Kyla kepada Shania penasaran.

Kepala Shania mengangguk pelan. Shania masih enggan membuka mulutnya sejak tadi.

Honest [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang