Sweet 27

1.8K 8 0
                                    

Oleh Safina Kalistra Zahra

"Mia, ayo bangun." kata Ingga sambil menyibak korden kamar anaknya membiarkan sinar matahari masuk melalui celah-celah jendela. Semalam ia dan suaminya baru saja sampai di rumah pada pukul 11 malam dan pagi ini ia sudah tampak rapi. Aneh rasanya mendapati bapak dan ibu Samampta menempati kediamannya. Mia menguap malas dan mulai membuka matanya perlahan.

"Ayo siap siap, mama tunggu dibawah ya, ada hal penting yang mau mama bicarakan." lanjut Ingga sembari menutup pintu kamar Mia. Mia melirik jam beker yang terletak di samping tempat tidurnya dan jam masih menunjukkan pukul 8 pagi. Sial, batinnya, ini masih terlalu pagi untuk bangun. Dengan malas ia bersiap dan menemui ibunya di bawah.

Saat ia menuruni tangga, ia melihat orangtuanya telah berpakaian rapi dan duduk di ruang makan. Ada aura aneh dan tak biasa menjalar ke seluruh sudut rumah megah ini, jarang sekali Bapak dan Ibu Samampta kembali ke rumahnya.

Mereka memang sangat sibuk mengurusi perusahaan mereka sehingga sangat jarang bagi mereka untuk kembali ke tanah air. Rumah ini pun biasa di tempati oleh anak mereka satu-satunya, Mia, dan beberapa asisten rumah tangga. Mia sendiri telah dewasa dan ia yang memimpin perusahaan orangtuanya yang terdapat di Indonesia. Kesibukan itulah membuat ada sedikit rasa cangggung dan kaku ketika Mia dan kedua orangtuanya bertemu. Sehingga dapat dibayangkan bagaimana sepinya rumah ini di hari pada umumnya.

"Ada apa?" Tanya Mia sambil mengambil duduk dihadapan orangtuanya. Ada suasana aneh yang dapat Mia tangkap pada saat ini. Samampta menarik nafas berat sebelum mengutarakan apa yang sebenarnya akan ia sampaikan.

"Look, kamu sebentar lagi akan berusia 27 tahun kan?" ujar Samampta.

"Ya? Lalu?".

"Dengan usia 27 tahun, tampaknya sudah sangat pantas untuk kamu menikah, bukan begitu? Bagaimana hubunganmu dengan Ares?" Tanya Samampta langsung kepada inti persoalan.

"Kami baik-baik saja." jawab Mia. Bohong, ini adalah kebohongan besar.

"Begitu? Jadi kapan Ares akan menikahimu?". Pertanyaan Samampta barusan membuat Mia kaget bukan main. Ares dan Mia memang sudah menjalin hubungan cukup lama. Mereka bertemu pada saat kuliah ketika Mia menjadi junior Ares. Pembawaan Ares yang cool tetapi juga santai membuat pertahanan Mia yang pendiam dan memiliki pertahanan sekokoh dan sedingin gunung es akhirnya luluh juga.

Sekarang Ares adalah CEO perusahaan ternama melanjutkan bisnis orangtuanya. Tetapi beberapa waktu terakhir ini, hubungan mereka seperti ada pada ujung tanduk. Jangankan memikirkan untuk menikah, bahkan berkomunikasi saja rasanya cukup susah dilakukan.

"Bahkan Ares belum melamarku, pa. Bagaimana bisa membicarakan pernikahan?!" sahut Mia kaget tak percaya.

"Begini Mia, kami merasa ini sudah saatnya untukmu memiliki pendamping secara resmi. Lagipula, kami tak mungkin ada selalu disini menemanimu dan memimpin perusahaan. Cepat atau lambat, akan dibutuhkan seseorang untuk melanjutkan menjadi pemimpin seluruh perusahaan ini dan itu adalah suami kamu." kata Ingga berusaha memberikan pengertian kepada anaknya.

"Apa aku dirasa kurang kompeten menjalankan perusahaan? Aku rasa aku cukup mampu untuk memimpin semuanya sendiri, dan selama ini sepertinya aku sudah cukup mandiri untuk melakukan semuanya, tanpa bantuan orangtua. Benar kan?".

"Mintalah Ares untuk meminangmu secepatnya, Mia." kata Ingga masih teguh pada pendiriannya.

"Segera putuskan pilihanmu, kalau tidak kami sudah merencanakan untuk menikahkanmu dengan Owen Adiputra. Ia adalah anak dari pemilik perusahaan Busur Khatulistiwa, selama beberapa tahun terakhir dialah yang meng-handle semua urusan perusahaan itu dan kamu tahu sendiri kan bagaimana berkembang pesatnya Busur Khatulistiwa akhir-akhir ini?" jelas Samampta panjang lebar. Penjelasannya berusan membuat Mia lebih terperanjat. Ia tak percaya dengan apa yang baru saja dikatakan orangtuanya. Perjodohan? Yang benar saja?

25CERPENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang