December 12th

9K 51 1
                                    


Oleh : Annisa Berliana

" LIS, LISSAAA!!!!" Teriak seseorang dari kejuahan. Akupun menoleh. Jose , sahabatku sejak kecil itu berlari kecil ke arahku.

" Apa?" Sahutku. Jose memberiku teh botol dingin. Tau saja dia kalau sahabatnya ini sedang kehausan. Aku mengerutkan alis, melihat Jose masih tersengal-sengala karena berlari tadi. " Jadi? Ada apa?" Tanyaku kembali.

"Aku tadi bertemu dengan Ansell oh, fans setiamu itu hahahha" Jawabnya sambil menyeruput teh botol miliknya. " Lalu?" Balasku sambil memutar mata.

KRIIIIINGG .

Bel sekolah berbunyi. "Eh lis, aku balik ya pelajarannya pak Dani nih,kalo telat bisa bisa kamu gapunya sahabat lagi nanti hehe" Ucapnya sambil melambaikan tangan pergi menjauh. Aku tersenyum tipis. 'Adq aja nih anak' Batinku. Aku berjalan menuju ke kelas . tiba-tiba HP-ku berbunyi. Satu pesan masuk ke HP-ku. 'Nomor tidak dikenal? Siapa?' tanyaku dalam hati. Aku membuka pesan tersebut.

" Hai Lisa! Simpan nomor ini ya! Ini nomor baruku." Aku membaca pesan yang tertulis, aku bertanya-tanya , ini nomor siapa? Dan dapat nomorku dari mana? Tiba-tiba satu pesan lagi terkirim.

"-ANSEL" oh. Ansel. Aku-pun kembali menyimpan HP-ku. Sungguh pesan yang sangat amat tidak penting. " Lis, ayo cepet masuk kelas, bu Retno udah dating lohh!!" Teriak salah satu anak kelasku dari daun pintu kelas. Aku tak mengubah jalanku, tetap santai dan pelan. Aku menghela nafas panjang. Bu Retno , guru MaWa alias Mat Wajib ter-genit dan ternyebelin. Aku memasuki kelas dengan ogah-ogahan. Aku duduk dengan manis dan mulai memasang earphone yang sudah bergelantung ria dari tadi di bajuku. Setelah namaku disebut dan aku mengangkat tanganku. Aku melihat jendela dan yah... bosan mulai melanda, padahal pelajaran saja baru dimulai. Aku memutuskan untuk keluar kelas. Lagian siapa jufa suka dengan pelajaran in? Matematika? Semua benci matematika bukan?

Aku berjalan keluar dengan alibi izin ke toilet. Aku menuju tempat ter-favorit di sekolah ini. Pelan –pelan kunaiki tangga menuju roof top sekolahku. Pintu menuju atap sekolahku selalu terkunci, namun aku berhasil untuk menggandakannya saat itu. Aku menuju ke sofa yang sudah usang yang sudah tidak dipakai lagi bekas kepala sekolah setelah pintu berhasil kubuka. Ahh sungguh ini adalah tempat ter PW di sekolah ini . aku memejamkan mata sejenak menikmati angin- angin yang meniup setiap helai pakaianku.

" Kupikir Cuma aku yang tahu tempat ini, ck" Ucap seseorang yang tak kukenal sama sekali. Aku membuka mataku. Melihat sumber suara yang terdengar asing di telingaku. Siapa? Tanyaku dalam hati. Aku melihat ke arahnya dan mengerutkan alis. Memperlihatkan raut Tanya dalam wajahku yang bisa dibilang pas-pasan.

" Kamu Lisa kan? Anak sebelas ipa 1" Tanyanya memastikan. Aku tetap pada raut wajahku yang sama. " Oh , dilihat dari raut mukamu , kamu gatau aku ya?" lanjutnya sambil bergerak duduk di sebelahku. " Kenalin, aku Deva, dari sebelas ips 1" Lanjutnya memperkenalkan diri. ' Oh, jadi ini Deva? Yang dibilang semua siswi sekolah ini ganteng? Tidak ada yang special dari dia perasaanku' batinku.

" Hei, kok malah melamun sih? Kenapa? Aku terlalu tampan ya? KATANYA sih, aku termasuk paling tampan loh di sekolah ini" Ucapnya menekankan pada kata 'Katanya'. Aku mengacuhkannya, melanjutkan kegiatanku , mendengarkan music sambil menikmati indahnya langit biru awan putih disertai banyaknya burung yang sedang berterbangan. "Kok aku dicuekin sih" Lanjutnya, kali ini sambil melepaskan earphone-ku. "Apaan sih? Main lepas earphone orang aja" Protesku sambil menepis tangannya. Karena sebal aku memutuskan untuk pergi, ish tempat ini ternyata sudah terbongkar, menyebalkan. Gerutuku. Aku pergi keluar roof top meninggalkan Deva sendirian di sana. Ah, masa bodo.

25CERPENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang