Oleh : Benecdita Setyaning Wishesa
Malam itu, hujan turun rintik-rintik. Angin berhembus pelan. Seakan tahu kegundahan yang melandaku. Telah lama kami tidak berjumpa. Menyisakan rindu yang menyesakkan dada. Terngiangku oleh simfoni itu, mengingatkanku akan memori pada malam itu.
Simfoni berjudul Swan Lake karangan Tchaikovsky mulai mengalun. Semua orang berpasang-pasangan dan berdansa pelan mengikuti ritme. Dan aku masih berdiri disini. Ini adalah pesta dansa kejutan yang dibuat oleh Mr. Alexander untuk calon istrinya. Yang mana mereka akan menikah esok hari. Semua orang berdansa dengan pasangan masing-masing, termasuk kedua orang tuaku. Ya, mereka adalah kolega dari Mr. Alexander. Mereka bekerja sama dalam urusan bisnis ekspor dan impor. Karena itulah kami diundang ke acara ini. Aku berjalan kearah meja di sudut ruang dansa untuk mengambil minuman yang tersedia. Tak sengaja aku melihat seorang perempuan berambut hitam panjang terurai sedang memasuki ruang pesta. Ia tampak sendirian karena aku tidak melihatnya berdansa. Sungguh aku terpesona. Tak kuasa aku menahan untuk tidak menghampirinya.
"Boleh aku berdansa denganmu?" tanyaku pada wanita bergaun biru tua itu. Ia tampak terkejut namun kemudian tersenyum.
"Dengan senang hati." Jawabnya.
Ternyata Ia mahir sekali berdansa. Dengan senyum manisnya, Ia memulai perbincangan kami.
"Nama kamu siapa?" tanyanya ramah padaku seraya senyum manis terukir di bibirnya tipisnya.
"Refano, panggil aja Fano. Kamu?" balasku.
"Adinda. Kesini sama siapa, Fano?"
"Sama orang tua. Mereka koleganya Mr. Alexander."
"Oh, gitu." Balasnya singkat.
"Kamu sama siapa kesini, Din?" tanyaku.
"Sendirian aja, papaku sedang dinas ke Singapura, lusa baru pulang. Jadi aku kesini gantiin dia gitu." Jawabnya.
Selama berdansa, kami bertukar cerita tentang diri masing-masing. Aku berhasil membuatnya tertawa ringan beberapa kali dengan humor seadanya. Ternyata, Ia lebih cantik jika sedang tertawa. Simfoni pun berhenti mengalun, tanda waktu berdansa telah usai. Tak lupa aku meminta nomer telepon Adinda.
Sejak saat itu, aku sering menghubunginya. Ia pun meresponku dengan sangat terbuka. Hingga suatu hari aku memberanikan diri untuk mengajaknya pergi.
"Dinda, sibuk ga hari ini?" tanyaku melalui pesan singkat.
"Ngga kok, Fan. Kenapa?" balasnya empat menit kemudian.
"Mau ke karnaval ga?" tawarku padanya.
Hari ini memang ada karnaval di tengah kota. Dan aku berharap bisa mengajaknya ke sana. Tak kuduga, Ia membalas.
"Wah, boleh Fan! Jam berapa?" tanyanya antusias.
"Jam 18.00 aku jemput di rumah kamu ya?"
"Oke, aku tunggu yaa!"
Aku senang sekali Ia mengiyakan tawaranku. Dan aku tak henti-hentinya memikirkannya sedari siang. Bingung. Ini pertemuan pertamaku setelah pesta dansa. Aku gelisah memikirkan apa yang akan kukatakan padanya. Apakah aku harus memujinya ataukah bertanya tentang hari-harinya. Hingga tak terasa jam berdenting pukul 17.45 WIB. Astaga! Aku mengambil handukku dan meluncur ke kamar mandi, mandi, dan berganti pakaian dengan hoodie yang telah kusiapkan. Tak lupa aku menyisir rambutku dan menggunakan pengharum tubuh sewajarnya. Lalu, aku mengambil kunci mobilku di atas meja dan bergegas meluncur ke rumah Adinda.
![](https://img.wattpad.com/cover/120901412-288-k810293.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
25CERPEN
PovídkyKUMPULAN CERPEN : 1. KENANGAN INDAH ITU TERULANG KEMBALI 2. DECEMBER 12TH 3. SEJARAH KYOTO 4. BEGITULAH 5. AFTER THE SUNSET 6. RIANA 7. MY BEST BEST FRIEN 8. KAU DAN AKU 9. DEPARTURE 10. ADINDAKU 11. WAKTU YANG SINGKAT 12. KEJADIAN YANG TAK TERDUGA ...