Departure

2K 9 0
                                    

Oleh: Aulia Izza W

"Blam" Alex menutup pintu apartemennya. Pagi itu pagi yang cerah, Alex suka jogging pagi-pagi di bawah sunrise kota New York. Sudah 5 tahun Alex tinggal di Dumbo, New York. Dia memutuskan untuk meneruskan tinggal disini setelah menyelesaikan kuliahnya di NYU, sekaligus mengambil rehat sejenak dari kehidupannya di Surabaya.

Dia menyusuri Brooklyn Bridge sambil melihat semburat warna oranye di langit. Sudah beberapa bulan ini, dia berpikir untuk mencoba kembali ke Surabaya, tapi sepertinya jiwanya belum mampu. Setelah beberapa saat, dia melirik jam tangannya. Sudah jam setengah 7. Dia memutuskan untuk mengakhiri jogging paginya dan mampir ke kedai kopi teman kuliahnya di Midtown, yang berjarak lumayan jauh dari Brooklyn Bridge. Dia ikut menuangkan idenya untuk membangun dan mendirikan kedai kopi tersebut, maka mengapa itulah dia selalu bisa menemukan sebagian dari dirinya di tempat itu.

Setelah puas bercengkrama dan berbincang-bincang, dia membayar dan meletakkan uang kertas 5 dolar di atas mejanya.

7 tahun lalu di Surabaya...

"Rhe! Gimana tadi, lancar ga?"

"Lancar kok, Lex. Aku pingin datang lagi besok yang di Sheraton."

"Bagus, deh. Iya, besok aku anterin."

Selama beberapa bulan ini, Rhea memang sedang sibuk-sibuknya mencari kuliah, apalagi beasiswa. Dia rajin mendatangi setiap pameran scholarship atau kuliah luar negeri di Surabaya. Selama itu juga, Alex selalu setia menemaninya setiap dia sempat. Maklum, dia juga lagi sibuk dengan pekerjaannya sebagai asisten arsitek yang sudah mempunyai nama besar di Surabaya, Deri Kusumahadi. Di masa-masa seperti ini, saat pembangunan di Surabaya sedang padat-padatnya, pekerjaan arsitek pun juga ikut padat.

Pada awalnya, Alex kurang setuju soal kemauan Rhea yang ingin kuliah di luar negeri. Tapi, setelah berbulan-bulan Rhea merayunya dengan menunjukkan fakta-faktanya, akhirnya hati Alex luluh juga. Saat mereka sama-sama mengambil gap year tahun kemarin, Rhea menunjukkan pada Alex bahwa kuliah di luar negeri itu tidak se-berbahaya yang ia kira. Walaupun Alex awalnya menolak dengan berbagai alasan seperti bahwa Rhea adalah anak tunggal dan tidak akan ada yang menjaganya disana, pada akhirnya Rhea berhasil juga meyakinkannya. Sekarang, mereka bahkan sama-sama berjuang untuk kuliah di luar negeri. Mereka berdua mendaftar di universitas yang sama, yaitu UCLA (University of California) yang terletak di Los Angeles, California, Amerika. Sebenarnya, kuliah di UCLA adalah tujuan utama Rhea dari dulu, bahkan sebelum bertemu Alex. Tetapi, Alex berpikir bahwa apa salahnya mencoba, toh jurusan yang diinginkannya juga ada disana. Rhea sangat menginginkan environmental studies yang memang tidak bisa ditemukan di semua universitas, dan Alex pastinya mengambil architecture.

Beberapa bulan lalu, Rhea sudah mengirimkan lamaran aplikasinya ke UCLA, begitu juga Alex. Jadi, dalam beberapa minggu ini, mereka sama-sama berdebar menunggu kabarnya. Namun, mereka tidak mau menaruh harapan pada satu tempat saja, itu mengapa mereka mencoba mengirimkan aplikasinya ke universitas lain. Soal mereka, Rhea dan Alex sepakat apabila salah satu dari mereka tidak berhasil, mereka tetap akan mencoba berbagai cara untuk mempertahankan mereka.

Siang itu, Rhea dan Alex sedang brunch di salah satu kafe. Awalnya, Alex mengajak Rhea ke situ karena sudah berminggu-minggu mereka tidak sempat makan bersama dengan tenang sambil ngobrol, juga Alex ingin bicara tentang sesuatu. Setelah mereka berdua memesan makanan, Alex perlahan memegang tangan Rhea, dan Rhea balas menggenggamnya.

"Ada yang mau diomongin ya, Lex?" tebak Rhea. Alex terdiam, berpikir bahwa kadang dia lupa bagaimana perempuan ini bisa dengan mudah membaca pikirannya.

25CERPENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang