Riana

3.1K 17 0
                                    

Hujan mengguyur atap rumahku. Terdengar air berjatuhan dengan deras ditemani angin kencang yang sedingin es. Matahari tak kunjung menunjukkan sinarnya. Cuaca di pagi ini membuatku tak ingin beranjak dari kasur. Apalagi hari ini adalah hari Senin, hari paling horor dari keenam hari lainnya. Lebih baik aku kembali menyelimuti diriku dan bermain di alam mimpi.

"Adiiiiiin! Ayo bangun, udah siang nanti kamu telat!"

Yap, mamaku sudah mulai memanggilku seperti yang dilakukannya setiap pagi. Aku tak bisa bersantai lagi atau aku akan terkena masalah nantinya. Terpaksa aku harus bangun dan segera bersiap-siap.

"Iya maaa!"

Aku adalah seorang anak biasa. Aku melakukan hal yang biasa dan bersekolah seperti orang biasa. Tidak ada yang spesial dari diriku ataupun hari-hariku. Aku bangun di pagi hari, berangkat sekolah, pulang, belajar, lalu tidur seperti kebanyakan anak lainnya. Oh iya, sholat dan makan juga pastinya tak lupa.

Aku mulai merapikan tempat tidurku lalu mandi. Dengan berseragam rapi aku keluar kamar dan langsung menuju ke meja makan. Pagi ini menunya roti bakar dan susu coklat hangat. Setelah sarapan, papaku berangkat kerja dan aku bersama adikku berangkat sekolah diantar mama. Papaku bekerja sebagai karyawan swasta di sebuah perusahaan robot. Ia yang bertugas membuat program atau bisa dibilang dia adalah seorang programmer. Mamaku adalah seorang ibu rumah tangga. Ia menghabiskan waktunya merawat rumah dan keluarga. Mamaku itu jago masak, masakannya pasti selalu enak walaupun itu hanya telur ceplok. Pokoknya nggak bakal ragu lagi, di mataku mama adalah chef terbaik. Sementara itu, aku dan adikku berprofesi sebagai murid SMA. Adikku bernama Kiki duduk di kelas 10 dan aku di kelas 11, umur kita hanya terpaut satu tahun dan kita bersekolah di SMA yang sama. Tak usah ditanya, kita pasti sering bertengkar seperti kebanyakan adik-kakak lainnya. Akibatnya, hampir setiap hari aku harus menghadapi omelan mama. Tapi tak apa, menurutku itu hal wajar. Kalau tidak ada keributan, hidupku yang biasa akan menjadi tambah biasa seperti sebuah foto hitam-putih di zaman lampau. Kembali ke cerita, aku pun berangkat sekolah dan tak lupa kubawa topi dan jas almamater karena aku harus mengikuti rutinitas sekolah di hari Senin, yaitu upacara.

"Aduh lama banget sih," Elsa, sahabatku, yang berdiri di sebelahku sudah mulai naik darah karena upacara tak kunjung selesai. Pidato yang diberikan kepala sekolah membuat semua siswa mengantuk dan ingin segera kembali ke kelas mereka. Setelah beberapa menit berlalu, akhirnya upacara selesai dan barisan dibubarkan. Semua berhamburan meninggalkan lapangan upacara. Hari Senin yang mengerikan akan segera dimulai.

Suasana kelas sangat ramai sebelum wali kelasku akhirnya masuk ke kelas.

"Assalamu'alaikum anak-anak," bu Rini, wali kelasku, kelas XI MIPA 1 mulai membuka dengan salam. Sekelas pun menjawabnya dengan kompak.

"Wa'alaikumsalam Bu!"

"Anak-anak, saya akan memberikan pengumuman penting. Tolong diperhatikan dulu ya," bu Rini berhenti sejenak, lalu melanjutkan bicaranya, "Jadi tak lama lagi sekolah kita akan mengirimkan perwakilan siswa untuk mengikuti sebuah lomba tingkat internasional. Lomba ini bernama 'International Youth Forum' dan akan digelar di Korea Selatan."

"OMG! Korea! Ayo ikutan Din!" bisik Elsa yang duduk di sebelahku.

"Apaan sih Sa, enggak ah. Kamu aja sana biar bisa ketemu sama artis Korea."

"Eh tau aja kamu, hahaha!"

"Elsa, ada yang lucu? Kenapa kok ketawa?" rupanya suara Elsa terdengar sampai ke meja guru.

"Nggak ada Bu, maaf Bu," Elsa menundukkan kepalanya menahan malu. Aku hanya tersenyum kecil lalu kembali kuperhatikan wali kelasku yang cantik nan lemah lembut itu.

25CERPENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang