Langit Laili

2.4K 18 1
                                    

Oleh : Talitha S Salma

Namaku Laili, seorang pelajar kelas dua belas di SMA Al-Amin. Aku adalah anak tunggal, dari pasangan Muhammad Riyan dan Annisa Amalia. Ayahku merupakan CEO dari PT. Kertamaga Jaya, sedangkan ibuku merupakan dokter ahli bedah jantung di rumah sakit ternama, Rumah Sakit Internasional Dirgoloyo.

Sekilas, banyak yang menganggap keluarga ku sempurna, orang tua yang memiliki pekerjaan mapan, kehidupan yang serba cukup, terlebih lagi orang tua ku selalu menyempatkan diri dan waktunya untuk ku, dengan kata lain hidupku sempurna. Tapi, yang aku inginkan, adalah seorang adik.

"Bu, aku pingin punya adik" ucapku sambil memakan sarapanku,

"Kok tiba-tiba sekali?" jawab ibu kebingungan,

"Iya, ada apa?" sahut ayah,

"Aku ingiiin sekali punya, sepertinya asik," jawabku sembari tersenyum,

"Mmm, bagaimana ya.." jawab ibu sambil menoleh kearah ayah,

"Iya, kami usahakan," jawab ayah,

"Asyiiik,"jawab ku kegirangan.

Adik yang selalu ku dambakan, secantik ibu dan sebaik ayah, sayang kepadaku sama halnya dengan diriku sayang kepadanya, selain itu kita akan selalu bermain bersama. Pokoknya, kita tidak akan terpisahkan.

Tiga bulan kemudian,

Ibu di nyatakan hamil, aku senang sekali. Ayah pun tidak percaya akan berita ini, dan senang sekali mendengarnya. Ibu tersenyum melihat kami senang. Ayah tanpa pikir panjang membeli banyak peralatan bayi seperti mainan, baju, dll. Aku pun tidak kalah semangat, aku menghias ruangan yang nanti akan di gunakan sebagai tempat kami bermain bersama. Bodohnya, kami bahkan belum tahu adik nanti perempuan atau laki-laki. Seperti apapun adikku nanti, aku akan menjadi kakak terbahagia yang pernah ada.

Empat bulan kemudian,

Saat itu, Ibu sedang menjaga rumah sendiri. Ibu bersantai di ruang tamu, membaca buku sembari meminum teh hangatnya. Tiba-tiba saja Ibu mengalami kontraksi, yang bertanda, saatnya melakukan persalinan. Ibu mengalami pendarahan cukup hebat. Tapi, tidak ada yang bisa membantunya di saat itu. Ayah bekerja, sedangkan aku bersekolah, Ibu sendiri di rumah. Tapi, untungnya saat itu, pintu ruang tamu terbuka, dan pejalan kaki yang melewati gerbang rumah kami melihat Ibu terlentang di atas lantai, lemas dengan banyak darah mengalir keluar dari dirinya. Pejalan kaki tersebut segera menelpon ambulan, memanjat gerbang rumah, dan melakukan pertolongan pertama kepada Ibu. Dua puluh menit setelahnya ambulan akhirnya datang dan membawa Ibu ku pergi ke rumah sakit terdekat.

Pihak rumah sakit menelpon ayah, dan sekolah ku. Aku di beri izin untuk menemui Ibu di Rumah Sakit. Aku pun bergegas merapikan barang bawaanku, dan berangkat menggunakan kendaraan sekolah. Aku sangat khawatir dan senang, akhirnya aku bisa bertemu dengan adik yang telah lama ku dambakan.

Seperti apa rupanya ya, pasti imut sekali, nggak sabar ku bermain dengannya, nggak sabar bisa bermain bersama, dan melakukan semuanya bersama.

Setelah cukup lama, akhirnya aku sampai di rumah sakit. Disana sudah ada Ayah yang menunggu kehadiranku.

"Bagaimana Ibu, Yah? Sudah keluar adiknya?" tanyaku

"Ibu di dalam, mungkin bentar lagi juga selesai, yang sabar ya, Laili," jawab Ayah sembari mengelus rambutku

"Oke," jawabku

Tak lama setelah aku menjawab Ayah, pintu ruang ICU terbuka. Aku melihat seorang lelaki dengan baju hijaunya yang nyaris tak tampak karena tertutup oleh merah pekat darah. Perlahan ia mengusap darah di tangannya pada bajunya dan membuka masker yang ia kenakan.

25CERPENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang