🌸
🎶 Camila Cabello – Crying In The Club
"Woi! Buruan, naik!"
Bagai orang kesetanan, Christa menaiki motor Ninja merah milik Rafa─adik laki-lakinya. Christa yang sudah menunggu selama sepuluh menit di depan komplek cuma bisa berkomat-kamit semoga Sinta tidak menangkap basah mereka─atau-atau ada mulut jahil yang mengadukannya pada ibu ataupun Sinta.
Bagaimanapun Christa takut kalau Rafa akan diomeli oleh ibu; karena motor yang diperuntukan Rafa malah digunakan berdua dengan Christa.
"Astagfirullah, lo mau umbar paha?" Christa buru-buru menunduk, melihat bagaimana rok putih abu-abu panjangnya tersingkap naik, berlomba dengan celana ketat hitam yang biasa ia kenakan. "Nih, pake. Tutupin tuh paha."
Ada senyum yang mengudara ketika Rafa menyerahkan jaket hitamnya pada Christa untuk digunakan menutup pahanya.
Rasanya Christa menyesal karena terlalu menutup diri dari keluarga, selain ayah tentunya. Sungguh, baru kali ini ia merasakan memiliki hubungan nyata layaknya saudara.
"Ah ... makasih, Raf." Christa memeluk pinggang Rafa dengan erat, menempelkan pipinya pada punggung bidang lak-laki itu.
Rafa tersenyum tipis, lantas melajukan motornya menuju sekolah Christa sebelum ke sekolahnya yang melewati sekolah sang kakak.
"Sorry nih nggak ada helm lagi."
Christa mengangguk, "Nggak apa-apa. Daripada ibu curiga."
"Miris banget kita punya ibu kayak gitu."
"Nggak boleh ngomong gitu!" omel Christa sembari memukul pelan pinggang Rafa, "Ibu tetep orang yang ngelahirin kita."
Ada embusan yang keluar dari mulut Rafa. Diam-diam ia melirik Christa dari kaca spion; sepertinya mood gadis itu dalam kondisi baik, dan Rafa bersyukur.
Christa selalu dalam masalah sejak kecil karena ibu, dan sekarang adalah waktu yang tepat bagi Rafa untuk tidak tinggal diam; laki-laki itu sudah merasa dewasa dan tahu bagaimana bersikap untuk melindungi kakaknya yang lemah.
"Lo kayaknya udah biasa naik moge, deh."
"Moge?" alis Christa berkerut, "Moge itu apa?"
"Motor gede, Ta," balas Rafa sabar, "Sering naik sama pacarnya, ya?"
"Dih, nggak kok!" sangkal Christa panik, "Ada-ada aja lo!"
"Kalau ada juga nggak apa-apa kali. Normal."
"Lo sendiri punya nggak?"
"Kok jadi gue? Kan lagi bahas lo."
"Gue pengen tahu aja, Raf," balas Christa. "Pasti lo tipe cowok playboy gitu."
"Kagaklah," tukas Rafa. "Mereka aja yang ngejar-ngejar gue."
Christa terbahak mendengar penuturan sang adik, "Terlalu percaya diri!"
"Terserah kalau nggak percaya," balas Rafa. "Yang pasti gue nggak akan ngelangkahin kakak gue."
"Maksudnya?"
"Kalau lo udah nemuin seseorang yang tepat buat diri lo, baru gue bisa nyari cewek. Selama lo nggak punya, berarti kewajiban gue adalah ngejagain lo."
Hening.
Christa tersenyum. Entah mengapa ia merasa tidak pernah sebahagia ini, merasa seperti punya pelindung.
Tanpa sadar ia memeluk pinggang Rafa makin erat, mengucapkan rasa terima kasih lewat sikapnya barusan. Sementara Rafa cuma bisa menanggapi seraya menggas motornya dengan lebih kencang.
KAMU SEDANG MEMBACA
99 Days To Love You ✔
Teen Fiction📚 Series 2 : Problematika Remaja 📚 📌 Sudah Diterbikan Abay pernah bilang kalau dia akan baik-baik saja jika suatu saat ia musti merelakan Christa pergi. Christa hanya satu dari sekian banyak perempuan di dalam hidupnya. Ia pernah s...