🌸
🎶 Kim Bo Hyung – Today
Kamu tahu apa yang lebih pedih? Membiarkan kesedihan mengering dengan sendirinya tanpa usaha dan tindakan.
Siang tak pernah jadi sesunyi ini. Siang juga tidak pernah jadi sedingin ini. Definisi daripada kesedihan itu sendiri adalah 1% sunyi, 9% hujan, dan 90% air mata. Christa tidak pernah tahu kalau definisi dari kesedihan yang ia rasakan justru 1% diam, 9% siang, dan 90% kekecewaan terhadap Abay.
Saat ini mereka─Abay dan Christa─duduk saling berhadapan di meja makan yang berada di dapur; Abay sengaja mengajaknya ke sana agar tidak mengusik Laras yang tengah tertidur pulas─namun, Abay sama sekali tidak memaparkan alasannya pada Christa. Ia tahu jenis kemarahan seperti apa yang tengah ia hadapi.
Abay diam, Christa juga. Selama dua puluh menit tak ada konversasi daripada desau embus napas masing-masing; diikuti oleh suara menggema detak jam di ruang tengah. Abay hanya terus memerhatikan wajah pucat Christa, begitu juga sebaliknya.
"Kau kenapa?"
Ada sebuah seringaian konyol yang muncul di wajah Christa. Kenapa katanya?
Sejak dua puluh menit yang lalu Abay cuma diam seperti orang dungu tanpa menjelaskan apapun. Sesuatu yang mustinya tidak perlu diungkapkan dengan gamblang oleh Christa.
"Wajah kau pucat. Kau sakit?"
Christa frustasi sendiri dibuatnya. Entah Abay ini kelewat tolol atau memang kelewat tidak peka, saat ini yang ingin Christa lakukan hanya meninju wajahnya yang terlihat kalem dan tenang-tenang saja. Bahkan, Abay juga tidak berusaha menenangkan Christa ketika tadi ia menangis.
Sebenarnya Abay ini manusia jenis apa, sih?
"Lina, wajah kau──"
"Jangan sentuh!" potong Christa dingin begitu tangan Abay hendak mengusap wajahnya yang berkeringat.
Selelah apapun Christa saat ini, hatinya justru lebih lelah memikirkan Abay yang tiba-tiba datang membawa Laras ke apartemennya lalu menidurkannya ke kamarnya begitu saja.
"Berapa banyak perempuan yang kamu bawa ke sini?"
"Lina──"
"Jawab aja, Bay!" selak Christa menekan. Ada sirat tidak ramah dari nada suaranya. "Apa aku salah satu dari cewek gampangan yang kamu pacarin?"
Abay diam waktu Chista melontarkan kata-kata sinis seperti barusan. Satu menit menunggu, dua menit menjadi tidak sabaran, sampai lima menit merasa jengah; Abay masih berusaha bungkam. Christa tidak habis pikir, bagaimana Abay menganggap tentang masalah ini.
Masalah Christa sudah sangat banyak, kenapa pula Abay musti menambahi masalah baru begini? Tidak tahukah seperti apa tersiksanya Christa.
Memang, selama ini Christa cuma bisa diam waktu seisi bumi berkonspirasi menyakitinya. Tapi, sejak ia menemukan Abay─Christa merasa bahwa ia punya kekuatan untuk melawan alam, melawan konspirasi seperti ini.
Alhasil, Christa bangkit. Percuma juga meminta penjelasan pada Abay kalau laki-laki itu sendiri tidak mau memberikannya. Itu hanya akan jadi usaha yang sia-sia belaka.
Menjadi pacar Abay selama beberapa bulan membuat Christa hafal akan kebiasaan laki-laki itu; Abay tidak suka didesak.
Tepat di saat Chista mau melangkah, tangan Abay menahannya. "Jangan pergi."
Christa diam. Ia mana mungkin akan meninggalkan Abay, kalau tidak pemuda itu sendiri yang memintanya─tidak, Christa memang tidak akan meninggalkan Abay sampai kapanpun, sampai ia lelah dan memutuskan sendiri untuk meninggalkan laki-laki itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
99 Days To Love You ✔
Novela Juvenil📚 Series 2 : Problematika Remaja 📚 📌 Sudah Diterbikan Abay pernah bilang kalau dia akan baik-baik saja jika suatu saat ia musti merelakan Christa pergi. Christa hanya satu dari sekian banyak perempuan di dalam hidupnya. Ia pernah s...