🌸
🎶 JAZ – Dari Mata
"Ta, lo kenapa?"
Rafa mengerutkan kening serupa tatapan heran begitu melihat Christa berjalan mendekatinya. Sekarang sudah pukul sembilan malam, dan gadis itu meminta Rafa untuk menjemputnya ke bilangan apartemen mewah yang terletak di salah satu sudut Ibu Kota. Rafa juga makin bingung melihat aksi bungkam Christa─seolah-olah yang menghampirinya itu adalah mayat hidup.
"Lo kenapa, sih?" Rafa masih mencoba mencari jawaban sembari memberikan hoodie pada Christa untuk dipakaikan di pinggang. Ia juga memberikan jaketnya untuk dikenakan oleh Christa karena hawa malam yang dingin. "Lo nggak kenapa-napa, kan?"
Christa masih bungkam. Pikirannya saat ini terinvasi oleh ucapan Abay yang berputar-putar di kepala. Entah itu adalah ajakan, pernyataan, perintah, ataupun permintaan, Christa benar-benar dibuat gamang.
"Ayo kita saling jatuh cinta satu sama lain, Lina."
Tiba-tiba kedua tangan Christa mengepal; ia sendiri tidak tahu mengapa. Sepertinya ia marah─lebih kepada dirinya sendiri karena tidak mampu menjawab pertanyaan dari Abay. Harusnya ia menjawab iya, jika memang Christa sanggup. Kalaupun tidak, harusnya juga ia menolak─bukan diam saja seperti tadi.
Pastilah Abay dibuat kebingungan─padahal laki-laki itu sudah mengucapkan kalimat yang sama lebih dari tiga kali. Christa jadi tidak enak sendiri dibuatnya.
"Ta, lo nggak habis diperkosa om-om, kan?"
PLAK!
"Omongan lo ya?!" tegur Christa marah. "Mending kita langsung pulang aja, deh. Nanti gue ceritain ke lo."
© ikvjou ©
Sudah pukul dua malam dan Christa enggan untuk tertidur selain berbaring di atas ranjang. Padahal esok hari ia ada ulangan biologi; mustinya Christa belajar dan tidak melamun seperti sekarang. Hanya saja, banyak hal lain yang bercokol di benaknya.
Agaknya ucapan Abay beberapa jam yang lalu membuat Christa tidak tenang; bernapas pun rasanya sulit, apalagi memejamkan kedua bola mata. Rasanya ia masih tidak percaya kalau Abay dengan lugas mengatakan hal seperti itu.
"Mungkin efek sakit." Christa bergumam sembari mengubah posisi tidurnya ke arah kiri─menghadap tembok.
Gadis itu memejamkan kedua atensi─mencoba untuk tertidur. Namun, hasilnya nihil. Ia malah mencoba untuk merasakan debaran di jantungnya sembari mengingat ucapan Abay. Sayangnya hatinya terasa datar.
Tok! Tok! Tok!
Terperanjat, Christa membelokan kedua bola matanya begitu pintu kamarnya diketuk pelan. Ada suara bisik-bisik dari luar dan Christa sepertinya tahu siapa tamu sialan yang malam-malam bertandang ke dalam kamar perawan begini. Siapalagi di rumah ini yang sudi ke kemarnya selain ayah dan Rafa.
Maka, Christa membukakan pintu dan dugaannya benar─Rafa berdiri bersama cengiran bodoh miliknya. Christa cuma bisa diam ketika Rafa malah merangsek masuk seraya mendorong tubuh Christa, lalu ia mengunci pintu.
"Katanya lo mau cerita sama gue." Begitu kata Rafa, dan dengan seenak jidat ia berbaring di atas ranjang Christa.
Christa ikut menyusul Rafa, berbaring di samping adik laki-lakinya itu. Mereka berdua kini sama-sama menatap langit-langit kamar yang berwarna putih gading; menerka-nerka sesuatu. "Raf, jatuh cinta itu rasanya gimana?"
KAMU SEDANG MEMBACA
99 Days To Love You ✔
Teen Fiction📚 Series 2 : Problematika Remaja 📚 📌 Sudah Diterbikan Abay pernah bilang kalau dia akan baik-baik saja jika suatu saat ia musti merelakan Christa pergi. Christa hanya satu dari sekian banyak perempuan di dalam hidupnya. Ia pernah s...