🌸
🎶 Lee Hi – My Love
Christa merenggangkan punggungnya yang terasa kaku sembari berjalan keluar dari kantor wakil kepala sekolah.
Tadi selepas bel pulang berbunyi, Christa musti mengikuti remedial untuk mata pelajaran kimia, juga perbaikan nilai pada mata pelajaran bahasa Inggris. Dari empat puluh siswa di kelasnya, Christa hanya seorang gadis yang menempati urutan ke-27, juga tidak ada peluang untuk dirinya mengikuti seleksi SNMPTN karena tidak masuk kuota. Murid seperti Christa─yang tidak pintar juga tidak pula bodoh─memang harus belajar lebih giat lagi kalau mau diterima di perguruan tinggi negeri.
"Christa!"
Gadis itu tersentak, spontan langkahnya terhenti. Segera ia berbalik diikuti oleh seulas senyum yang mengembang begitu mendapati eksistensi Bagus. "Lho, Bagus? Belum pulang?"
Bagus menggeleng pun mendekati Christa dengan senyum yang tak kalah lebar, "Bimbing anak akustik. Bulan depan pada mau lomba."
"Pasti lo ikut ekskul akustik?"
Bagus mengangguk, "Lo sendiri kenapa belum pulang?"
Sembari berjalan menyebrangi lapangan guna keluar menuju gerbang sekolah, Christa membalas, "Tadi remedial dulu."
Ada senyum yang terulas begitu melihat jawaban Christa yang malu-malu. Bagus segera merangkul bahu Christa sembari mengacak surainya yang tergerai, "Kerja bagus."
Alis Christa terangkat, diikuti langkah kakinya yang terhenti sebab tidak paham oleh maksud dari ucapan Bagus barusan. "Kerja bagus?"
Bagus mengangguk, "Lo masih ada usaha untuk memperbaiki kesalahan." Begitu katanya, "Kalo gue jadi lo sih males. Mending minta tugas makalah, tinggal copas dari google," sambungnya cengengesan.
Christa ikut tertawa─ia tahu bahwa Bagus sekarang tengah menyemangati dirinya; tidak seperti teman-teman sekelasnya yang justru menjauhi Christa karena dianggap bodoh dan tidak berguna.
Bagus memang seseorang yang Christa butuhkan ketika down.
"Makasih──"
"Eh, eh ... apaan itu?!"
Bagus tiba-tiba menunjuk sesuatu yang ada di belakang Christa, membuat gadis itu refleks menoleh. Hanya saja, dengan tiba-tiba ia merasakan ada sesuatu yang menyentuh susur permukaan kepalanya. Rupanya Bagus tengah memakaikannya sebuah jepit rambut.
"Begini lebih baik," katanya tersenyum. Tangannya mengusuk pelan puncak kepala Christa, "Jadi lebih cantik."
Bukan main tersipunya Christa saat ini. Oh, bahkan kedua pipinya bersemu merah hanya karena perlakuan Bagus barusan. Ia diam-diam menunduk, menggigit bibir bawahnya keras lantaran menahan degupan jantungnya yang menggelora─membara sampai ubun-ubun.
"Ayo pulang!"
Sekonyong-konyong Bagus menarik tangan Christa, membawanya melintasi lapangan; yang di sisi sampingnya banyak anak-anak basket tengah beristirahat.
Namun, Christa tidak peduli. Otaknya saat ini sangat tidak waras untuk diajak berpikir; ia terlalu senang, terlalu malu, juga gugup. Apalagi ketika Christa melirik tangannya yang digenggam oleh laki-laki itu, senyum dengan mudah merekah lebih lebar dari sebelumnya.
"Ya Tuhan, Bagus. Aku bisa serangan jantung kalau begini terus ...."
"Christa?"
"Iya?"
"Lo tau kalau hari ini Abay nggak masuk?
Tiba-tiba saja perasaan Christa menjadi burai─ada rasa khawatir yang bertendensi sekonyong-konyong. Mendadak kepalanya terasa gayang, ada sesuatu yang secara esoteris ia rasakan─namun gadis itu tidak dapat menguraikannya dengan definisi yang tepat.
KAMU SEDANG MEMBACA
99 Days To Love You ✔
Novela Juvenil📚 Series 2 : Problematika Remaja 📚 📌 Sudah Diterbikan Abay pernah bilang kalau dia akan baik-baik saja jika suatu saat ia musti merelakan Christa pergi. Christa hanya satu dari sekian banyak perempuan di dalam hidupnya. Ia pernah s...