🌸
🎶 Camila Cabello – Crying In The Club
"Kamu pikir sekolah ini untuk ajang adu tonjok?!"
Abay terdiam, sama sekali tidak menghiraukan ucapan Pak Yanto─guru kesiswaannya. Di depannya ada June yang duduk dengan kondisi babak belur bekas kemarin dipukuli oleh Abay. Laki-laki itu sendiri baru sadar kalau ternyata pukulan pada June tidak berdampak sangat parah selain memar di wajah dan robek di sudut bibir.
"Abay, kamu mau saya skorsing dari sekolah?!"
Kali ini ada embus berat yang terlontar dari bibir Abay, serupa seyum licik yang ditampakan oleh June. Sesaat Abay melirik June dengan jengah, lantas berganti menatap Pak Yanto. "Kalau saya diskorsing, June harus dikeluarkan!"
Pak Yanto terlihat geram dengan cara bicara Abay yang nampak tenang dan sama sekali tidak merasa bersalah. Bahkan Abay juga tidak terlihat memiliki etikad untuk berdamai atau setidak-tidaknya meminta maaf. Ini mungkin kasus kesekian untuk Abay; namun yang ini mungkin yang paling parah─sebab orangtua June turut menuntut pihak sekolah.
Senakal-nakalnya Abay, Pak Yanto tahu kalau Abay tidak akan mungkin menghajar orang sampai nyaris meregang nyawa. Kenakalan yang selama ini diperbuat Abay hanyalah; merokok, beberapa kali terlibat dalam tawuran antar sekolah, membolos, dan sering pergi ke club.
"Kamu tahu Abay, sudah berapa kali kamu berbuat nakal?"
Abay mengangguk, "Saya sadar, Pak. Tapi kali ini saya tidak salah. June yang salah!" Abay menunjuk June dengan geram, "Orang seperti June itu ibarat sampah. Keluarkan saja dia, Pak!"
"Kamu yang memukulinya! Harusnya kamu yang dikeluarkan!"
"June menyerang Haidar duluan, Pak!" elak Abay tidak mau kalah. "Pacar saya mau disentuh dia! Pacar saya mau diperkosa. June telah melakukan rencana pemerkosaan."
"Omong kosong!" timpal June buru-buru. "Mana ada! Abay ngarang, Pak!"
"Diam kamu, June!" Kini giliran Pak Yanto yang terlihat marah. "Jelaskan pada saya, Abay."
"June dan komplotannya sudah merencanakan pemerkosaan pada Lina, Christalina anak XII IPA 5. Kalau tidak percaya Bapak bisa tanya sama Kang Ridwan dan Dana. Mereka saksinya."
Pak Yanto mengangguk. Senakal-nakalnya Abay, Pak Yanto tahu sifat laki-laki itu. Abay bukan orang yang senang menyerang dan cari perkara. Tetapi Abay memang akan menyerang kalau dirinya dan orang-orangnya diusik. Sebab itu Pak Yanto percaya.
"Kalau begitu kamu balik ke kelas. Kamu tetap dapat SP 1. Suratnya bisa kamu ambil di wali kelas selepas pulang sekolah."
"Siap, Pak!" Abay menjawab seraya melirik June dengan senyum kemenangan. Sedang June masih ditahan oleh Pak Yanto untuk duduk di dalam ruang kesiswaan. Entah, mungkin kasusnya akan diselidiki lebih dalam lagi─Abay tidak ingin tahu. Terserah Pak Yanto nanti bagaimana.
Lantas Abay memutukan untuk bangkit, keluar dari ruangan. Masih ada sisa waktu istirahat yang banyak di jam kedua ini─ditambah guru yang mengajarnya nanti sakit. Paling-paling diberi tugas, begitu pikir Abay.
Hanya saja saat Abay mau melangkah, bahunya ditepuk─ditahan oleh seseorang tepat di depan ruangan. Itu adalah Pak Yanto.
"Ada apa, Pak?"
"Bapak cuma mau bilang, kamu itu orang baik. Jangan berbuat nakal lagi. Kamu sudah kelas dua belas."
Abay mengangguk, "Bapak kawanku. Aku pasti mendengarkan nasihat, Bapak."
Pak Yanto mengulas senyum di balik kumisnya yang lebat. Tangannya tergerak untuk menepuk-nepuk bahu Abay, "Jangan gonta-ganti cewek mulu, Bay. Jangan mainin wanita."
KAMU SEDANG MEMBACA
99 Days To Love You ✔
Teen Fiction📚 Series 2 : Problematika Remaja 📚 📌 Sudah Diterbikan Abay pernah bilang kalau dia akan baik-baik saja jika suatu saat ia musti merelakan Christa pergi. Christa hanya satu dari sekian banyak perempuan di dalam hidupnya. Ia pernah s...