Day 15 : Masa Lalu Versus Masa Depan

1.7K 323 311
                                    

🌸

🎶 Selena Gomez – Trust Nobody


"Abay ternyata so sweet juga, yah? Lo bikin iri, ih!"

Christa cuma diam saat Meilana yang berada di depannya bercerocos; pura-pura sibuk untuk memasukan semua buku-bukunya ke dalam tas. Sekarang sudah jam pulang sekolah─dan selama itu pula Christa menghabiskan waktunya bersama Abay di dalam mobil laki-laki itu.

Christa menggendong tasnya ke punggung, gegas Meilana merangkul pundak gadis itu. "Lo cewek pertama yang buat Abay sudi jemput ke kelas. Coba mantan-mantannya itu, mana ada. Pasti mereka yang nyamperin Abay ke kelasnya."

Masih bungkam dengan posisi sembari berjalan keluar dari kelas, Christa bingung bagaimana caranya menanggapi ucapan Meilana selain tersenyum.

Iya, Christa bersemu ketika ia ingat kembali bagaimana percakapannya di dalam mobil; saat Abay dengan mudahnya bilang bahwa dia sudah mencintai Christa, saat laki-laki itu mencium puncak kepalanya, dan dengan seenak jidat pula mencuri ciuman di bibir.

Semua hal-hal kecil dari Abay ternyata kalau dipikirkan ulang akan terasa begitu manis dan berarti. Sikap Abay yang sulit ditebak; sebentar-sebentar akan suka memerintah, akan bertindak menyebalkan, dan di sisi lain ia begitu manis dan penuh kasih sayang.

Christa jadi bingung sendiri untuk mengkategorikan Abay ke dalam jejeran laki-laki seperti apa.

Nakal? Tapi Abay tidak nakal-nakal, banget.

Playboy? Tapi, Abay tidak kelihatan seperti seorang laki-laki pemain wanita.

Suka memerintah? Kadang-kadang Abay juga sering mengalah.

Abay itu seperti seseuatu yang kalau dilihat dari luar tidaklah cukup untuk dipahami. Abay itu ibarat objek yang musti dilakukan riset berulang kali untuk menemukan jawaban yang tepat. Kadang-kadang menarik satu atau dua kali hipotesis tidak akan berdampak benar─sebab Abay lebih dari sekadar unpredictable.

Caranya berpikir, caranya mengungkapkan sesuatu, caranya bertindak; sungguh tidak sama dengan apa yang kebanyakan dari kita pikirkan.

Abay itu unik, Abay itu penuh dengan konsep-konsep tidak terduga yang luar biasa. Abay itu lebih dari sekadar untuk dipahami dan didalami, Abay adalah sesuatu yang musti dirasakan.

"Woi! Senyum-senyum aja!"

Christa tergelak begitu Exy memainkan kelima jarinya di depan wajahnya. Buru-buru Christa membenarkan ekspresinya.

Ya Tuhan, sudah berapa lama ia melamunkan Abay.

Bahkan ia juga tidak sadar kalau mereka saat ini sudah berada di parkiran, tepat di depan mobil yaris oren milik Laras.

"Ayo langsung masuk aja!"

Semuanya mengangguk ketika Laras memberi aba-aba dari kursi kemudi. Exy langsung masuk untuk duduk di samping Laras, sementara Meilana dan Christa akan duduk di kursi belakang. Namun, baru Christa menyentuh pintu mobil, tangannya sudah ditarik lebih dulu oleh seseorang.

"Abay?!" pekiknya terkejut. "Kamu ngapain?!"

Semua yang sudah masuk di dalam mobil terkejut; Laras, Exy, dan Meilana kembali keluar untuk melihat ulah apa yang akan Abay perbuat kali ini.

"Kau ikut denganku saja. Aku yang akan mengantar kau." Abay membalas, wajahnya menatap lurus tepat membidik dua iris kehitaman milik gadisnya.

"Kenapa?" Kali ini Laras yang menimpali, "Kenapa lo repot-repot, Va? Gue bawa mobil."

99 Days To Love You ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang