Aku terbangun pagi ini saat mendengar alarmku berbunyi, memposisikan diriku menjadi duduk dan mengumpulkan nyawa yang semalaman pergi meninggalkan raga.
***
"Baiklah sampai jumpa dipertemuan selanjutnya," ucap Dosen Kim sebelum keluar dari kelas literatur.
Aku langsung mengeluarkan handphone milikku. Dari semalam aku tidak menge-cek nya sama sekali akibat tugas dari Dosen Kim yanh harus di kumpulkan hari ini.
Benar dugaan ku, Tae kekasihku sudah mengirim banyak pesan dari semalam.
"Kau dimana? Apa sudah dirumah?"
"Kau mengabaikan pesanku?"
"Jira?"
"Kau baik baik saja?"
"Ada yang ingin ku bicarakan,jira!"
"Kau sudah tidur? Baiklah."Diaa pasti khawatir dengan keadaanku. Oh maafkan aku Kim Taehyung! Gadis batinku menunjukan wajah kecewanya. Oh ayolah ini bukan sebuah masalah, dia hanya khawatir dan saat aku menghubunginya pasti semua akan baik baik.
Aku menekan tombol call, menghubungi kekasihku. Dia pasti tidak tidur nyenyak semalaman karna ulahku. Taehyung maafkan aku, oh, gadis batinku mulai lagi.
"Hallo, Jira? Kau baik baik saja?"
Sudah aku kira dia akan menanyakan ini. Suara dari seberang sana mewakilkan betapa khawatir nya dia kepada ku.
"Iya, Oppa aku baik baik saja. Maafkan aku kemarin terlalu sibuk dengan tugas dan melupakanmu. Ah, aku tidak bermaksud, tapi sungguh aku minta maaf." jawabku, ada perasaan tidak enak terhadapnya.
"Tidak apa-apa! Aku mengerti, Jira." Dia pengertian sekali Ya Tuhan, dan lihat gadis batinku menunjukan dramanya lagi dia mengepalkan tangannya seperti orang yang sedang berdoa dan menunjukan tatapan yang terkagum kagum.
Aku menampar diriku ke dunia nyata. Cukup! Cukup mengagumi dia, jangan berlebihan Jira.
"Jiraa.."
Dia pasti menunggu aku berbicara. Baru saja aku membuka mulut, dia sudah melanjutkan bicara.
"Aku rasa kita sudah cukup. Maafkan aku, Jira. Aku tidak bisa menepati janji ku..."
Aku terdiam, masih mencerna kata katanya."Kita sudah tidak cocok, Jira. Aku rasa aku tidak kuat menjalani hubungan jarak jauh ini. Begini, aku tau ini janjiku. Tapi maaf aku tidak bisa. Maafkan aku Jira"
Sambungan telepon tiba tiba terputus. Aku masih memikirkan tiap kalimat yang diucapkannya. Apa ini bukan mimpi? Bukannya tadi dia baru saja menanyakan kabarku dan semalam dia mencoba menelfon ku beberapa kali. Apa yang membuatnya berubah secepat ini? Apa karna aku mengabaikannya semalan? Tapi bukankah dia jawab tidak apa apa? Tuhan, apalagi ini? Kenapa harus secepat ini hubunganku berakhir.
KAMU SEDANG MEMBACA
CHANGED
FanficBahwa kenyataannya yang paling pahit adalah aku tetap sendiri. Tetap berdiri sendiri. Bernafas sendiri.