chapter 15 {Tower Acualiley part 2}

11 1 0
                                    

Tower Acualiley, Drakon.

Lantai 84.

Jendral Flipreynod bersama Griffin nya berjalan menyusuri koridor yang memang dipersilahkan untuk dilewati, firasat Jendral Flipreynod adalah monster atau penghuni di tingkat 84 berada di ujung koridor nanti.

Dan dugaan Jendral Flipreynod benar, setelah ia keluar dari ujung koridor, seorang wanita dengan rambut yang bergelombang menatapnya dengan sorot mata yang amat tajam mencekam. Tapi setelah beberapa saat, wanita ini berubah menjadi wajah yang ramah, matanya yang tadi menyeramkan sekarang ia tutupi dengan senyuman tipisnya.

“Aku adalah penghuni lantai 84, sebenarnya aku hanya lah, ah bukan aku. Tetapi semua penghuni yang ada di Dungeon hanyalah tiruan yang amat sempurna dengan yang asli. Perkenalkan saya adalah gadis pelayan yang sangat cantik, Medusa.” Ia memperkenalkan dirinya pada Jendral Flipreynod, ia sedikit mendecak.

“kalau begitu, jika aku mengalahkan dirimu, aku akan mendapat mana!” Jendral Fipreynod lalu berlari menuju Medusa, seketika Medusa berubah, yang awalnya gadis muda yang amat cantik menjadi wanita yang mirip dengan monster dan rambutnya menjadi segerombolan ular. Ia sekarang bukanlah Medusa, tetapi Gorgon.

“Jika dia membuka matanya, maka aku akan berubah menjadi batu, kalau begitu, sebentar lagi skakmat.”

“Ketika air menjadi keruh, maka jangan tampakkan isi dari air tersebut,”ucap Jendral Flipreynod. Lalu ia tancapkan pedangnya ke dadanya dalam keadaan pedang tersebut terbentuk dengan air. Seketika Jendral muda itu menjadi bening seperti air yang bersih, melawan Gorgon dengan wujud tak terlihat.

“Pria berambut biru langit,” seru Gorgon, ia membuka matanya, iris nya berwarna abu-abu, mata yang sangat berbahaya. Jendral Flipreynod padahal berada tak jauh dari hadapannya, ini berkat pedangnya. Dengan santai Jendral Flipreynod berjalan mendekati Gorgon dan tampang garangnya yang sebenarnya dia memiliki otak yang kosong.
Medusa berhati-hati mengambil langkah, ia mencium bau rose, parfum jendral Flipreynod.
Gorgon itu tertawa sekuat-kuatnya, ia mengatakan walaupun pria itu bersembunyi, aroma tubuhnya akan ia ketahui. Seketika Jendral Flipreynod menyesal telah memakai parfum pagi ini. Tetapii, ia memiliki ide, ia membawa parfum yang ia kenakan, ia keluarkan dan menyemprot habis satu ruangan itu, keuntungan yang dimiliki Jendral, tempat ia berada sekarang adalah ruang tertutup. Gorgon menyadari nya, dan ia langsung menyerang ke segala tempat, ia mulai ketakutan dan kelabutan sendiri.
“Dari depan, samping, belakang! Atau jangan-jangan di atas!”
.
.
.
Ck, Jika menemukan titik kelemahan, sekuat apapun seseorang, kita akan mengungguli nya.

Wuzzzz!!!!

Brukk!!!!!

Kepala Gorgon itu ditebas kan oleh Jendral Flipreynod.

“Sekarang kau tak bisa lagi membuat orang menjadi patung.”

Lantai 20.

“go!!” Laiha memberi aba-aba kepada bola saljunya itu.

Bola-bola salju itu terlihat menyerang kalajengking raksasa itu. Sayangnya bola-bola itu tak terlalu terkena efek dari bola salju yang menghantam nya. Laiha pun tertegun melihat itu.

Laiha kemudian mengeluarkan 2 bola salju lagi dan langsung diayunkan tongkat itu ke arah kalajengking raksasa, bola salju itu pun mengarah ke arah kalajengking, sebelum tertabrak, Laiha mengucapkan,

“mengeras menjadi partikel yang menyatu!!” teriaknya dengan susah payah dia mengendalikan bola salju itu menjadi segumpal es.

Akhirnya, bola es itu jadi, tetapi kalajengking itu menahannya dengan menusukkan bola itu dengan menggunakan ekor nya.  Rasa pesimis menghampiri Laiha.

Aku tak bisa

Aku tak bisa

Aku tak bisa

Aku ini lemah

Aku mana mungkin bisa mengalahkannya

Karena aku lemah

Aku tak bisa

Tungggu

Otakku mencerna apa yang aku pikirkan

Aku

Aku harus berusaha!!!

“Aku akan mengalahkan mu kalajengking!!!”

Otak merenspon apa yang kita pikirkan

Jika aku tak bisa, maka otak akan bekerja bahwa aku tak bisa untuk mencoba.

Jika aku berpikir menyerah, maka otak tak akan bekerja lebih keras.

Kalau aku katakan aku akan mencoba, aku pasti bisa! Otakku akan memberikan kemampuan.

Kemampuan untuk berambisi.

Laiha mengeluarkan sekuat tenaga nya, angin dengan kencang meniup dirinya. Seketika jua seluruh ruangan dihiasi oleh salju, dan yang paling unik, rombongan salju berputar mengelilingi Laiha. Laiha tercengang dan kagum dengan apa yang dilakukannya saat ini. Tapi kekaguman itu ia singkirkan dan yang lebih utama bagaimana cara mengalahkan kalajengking itu.
Laiha pun mengayunkan tongkat kepada kalajengking.

“miliaran bintang berkeliling membentuk sebuah galaksi, jadikanlah dirimu sebagai meteorit yang jatuh ke permukaan sebuah planet.” Setelah Laiha mengatakan itu, salju salju yang berkeliling di sekitarnya mengeras dan layaknya seperti meteoroid, batuan-batuan es itu menghantam kalajengking itu. Jumlah batuan es itu tak terhingga, bentuknya memang kecil, karena kecil itulah kalajengking tak bisa mengapai nya karena capitnya yang hanya bisa mencapit sesuatu yang besar.

Layaknya hujan batu, kalajengking itu secara habis-habisan mendapat serangan batuan-batuan es itu. Sampai kalajengking itu benar-benar mati, batuan es juga menghilang dan keadaan seperti semula. Laiha langsung ambruk seketika. Akan tetapi kesadarannya masih terjaga.

Kalajengking itu berubah menjadi serbuk dan membentuk sebuah batu atau dikenal dengan mana. Mana itu lalu melayang menghampiri Laiha.

“Mana sande? Mana jenis apa itu?”

Next Chapter>>>>

South Poles KingdomTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang