📝 pov
"Aku tidak menyangka manusia seperti dirinya bisa memiliki buku seperti itu"
Samar-samar bona mendengarkan suara seseorang didepan kamarnya. Bona yakin suara yang baru saja ia dengar bukanlah suara milik jinjin. Ia merasa pernah mendengarnya disuatu tempat tapi entah dimana itu, bona lupa.
Bona menyandarkan punggungnya dikepala ranjang lalu mengambil segelas air minum di atas nakas tepat disebelah kanannya. Lalu menghabiskannya dalam sekali teguk.
"Ughh" bona memijit pelan dahinya berusaha menahan rasa sakit yang menyerang kepalanya hingga membuat bona kembali tertidur. Sebelum bona menutup rapat matanya, dia melihat sesosok namja tengah berdiri bersandar didepan pintu kamarnya.
"Lebih baik kau tidur lagi" ucap namja itu yang terdengar seperti bisikan
Setelah itu bona menutup matanya rapat-rapat.
Bona pov
"Aishh.. Ughh!!" aku menarik selimut hingga menutupi seluruh tubuhku, berusaha menghalangi sinar matahari yang mulai mengusik tidurku.
"Adik besar... palli ireona. Sekarang sudal pukul enam kau harus segera mempersiapkan semua peralatan sekolahmu dan.. " jinjin menjeda perkataannya membuatku penasaran
"Dan?? " aku segera menyibakkan selimutku dari pandanganku
"Dan kau harus memakai seragam seperti yeoja yang lainnya disekolahku. Aku melarangmu memakai seragam yang kemarin, arasseo? "
"Iya-iya cerewet" aku merasa dejavu saat mengatakannya
"Jinjin apa kau juga ingat itu?" jinjin hanya mengerutkan dahinya bingung
"ini.. ??!" aku menggoyang-goyangkan selembar kertas yang aku ambil asal dari mejaku berusaha mengingatkannya.
Jinjin hanya menghendikkan bahunya lalu menutup pintu kamarku. Padahal aku pikir dia mengingat kejadian itu. Awal pertemu kami di lapangan saat dia mengusirku dengan kertas-surat cinta?- atau apalah itu, yang membuatku menjulukinya laki-laki kertas. Untung saat itu bukan kardus yang dia bawa, bisa-bisa nanti aku menyebutnya namja kardus.
"Dasar pelupa" ketusku. Aku meremas kertas yang tengah berada digenggamanku tadi kemudian membuangnya ke tempat sampah di bawah meja belajar.
Aku mulai memasukkan beberapa buku yang masih berantakan diatas meja kedalam tas. Entah apa yang aku baca kemarin semoga saja berguna untuk menambah 0,0000000009% kepintaranku.
"Dimana aku menaruhnya kemarin? " aku menyibakkan rambutku yang masih berantakkan seperti singa. Kemarin seingatku aku menaruh tugasku di atas sini, diatas meja belajarku. Tapi sekarang aku tidak menemukan wujudnya sama sekali di sana. Meskipun itu hasil pemikiran indah (sembarangan) aku sedikit kecewa jika usahaku akan terbuang sia-sia saja.
Atau? Aku menatap was-was tempat sampah dibawah kakiku.
Jangan-jangan
Aku mendorong kursi dibelakangku menggunakan pantatku lalu berjongkok untuk melihat isi didalam tempat sampah, berharap aku tidak menemukan apa yang aku cari didalamnya. Saat aku mengacak-acak isinya aku hanya merasakan sampah-sampah kering seperti beberapa sobekan kertas, bolpoin dan tisu. Sampai aku merasakan sebuah kertas utuh tapi dalam keadaan telah berbentuk bulat berantakan.
Srak-srak.. Sraakk!!
Huhuhu.. Dan benar saja, kertas yang aku jadikan malapraktek tadi adalah lembaran jawaban soal matematika. Soal yang bisa langsung membuat satu nyawaku hilang jika aku jadi kucing. Dan dengan mudahnya aku buang?
KAMU SEDANG MEMBACA
Yellow Rose Namja
FanfictionKim dahyun, dia belum mati tapi dia juga tidak hidup. Selama 4 tahun dahyun tidak menyadari keanehan tersebut, karena ia pikir dia memang telah mati. Perjalanan dahyun pun dimulai saat ia telah berhasil meminjam raga milik adik temannya, Kim Ji-Yeon...