Lami pov
Aku berlari menembus keramaian murid-murid dilorong-lorong sekolah yang tengah bercerita-ria dengan tas ransel masih tertempel dipunggung mereka. Wajah mereka terlihat masih segar berbanding terbalik dengan penampilanku sekarang. Rambut berantakan dan tetes-tetes keringat tercetak didahiku. Pagi ini aku harus bisa tepat waktu sampai di kelas karena mapel yang paling dihindari semua makhluk bernyawa dikehidupan ini akan aku hadapi. Apa lagi kalau bukan mata pelajaran matematika ditambah dengan ssaem yang terjenal killer pakai amat.sangat.
Namanya Kwangsoo Ssaem. Jika kalian pertama kali melihatnya kalian pasti akan tertawa saat melihat sosoknya yang tinggi seperti jerapah dengan wajah lucu. Tapi lebih banyak anehnya, menurutku sih. Saat kalian mengetahui bagaimana sifat aslinya kalian pasti akan berharab dan berdoa empat x seratus = empat-ratus kali lipat agar orang sepertinya dan mata pelajaran matematika segera dimusnahkan dari dunia yang sudah rumit ini.
Kwangsoo ssaem selalu tiba dikelasku 20 menit sebelum bell pelajaran pertamaku dimulai. Itu sudah menjadi tradisi baginya dan menjadi pantangan untuk kelas yang ia ajar untuk masuk seperti hari biasanya, seperti kelasku.
"Aishh" aku mempercepat langkah lebarku saat melihat kwangsoo ssaem terlihat keluar dari ruang guru. Namun saat hendak berbelok kekiri yang aku yakini menuju kelasku, kwangsso ssaem terlihat menghentikan langkah super lebarnya.
"Kwangsoo saem! " kwangso ssaem kembali masuk kedalam ruang guru saat seseorang memanggilnya dari dalam.
Ini kesempatanku
Aku berusaha menjaga cara berjalanku agar terlihat santai. Setelah melewati pintu ruang guru aku mulai berlarian terbirit-birit seperti orang gila. Tapi kalian juga akan gila sepertiku jika menemui pelajaran matematika di hari senin, hari dimana selalu ada yang namanya bangun kesiangan, jalan ramai atau macet, dengan guru yang-yang seperti itulah kalian pasti paham. Karena disaat pagi tadi kalian hanya bangun untuk mematikan alarm disamping kalian karena menganggu kenyamanan yang tengah kalian rasakan, lalu kembali tidur melupakan semua urusan duniawi apalagi yang namanya Sekolah. Membuat kalian mau tidak mau masuk kedalam daftar murid yang datang terlambat kesekolah.
Huhh.. membuat nyawaku serasa disaring.
Tapi aku tidak kesiangan hanya saja jam milik Kwangsoo ssaem yang terlalu cepat berputar, membuat pagi berasa siang bagi kwangsoo ssaem.
"Huhh" aku melemparkan tasku dan mendudukkan diriku dibangku. Sepertinya Kwangsoo ssaem belum keluar dari ruang guru. Saat aku hendak menaruh kepalaku diatas meja suara ketua kelas mengagetkanku.
"Hah?! " aku mendengar kabar bagus dan menyebalkan sekaligus. Kabar bagusnya untuk beberapa jam kedepan adalah jam kosong karena Kwangsoo ssaem tidak dapat masuk kedalam kelasku karena harus menghadiri rapat sekolah dengan guru-guru yang lainnya. Dan yang membuatku jengkel adalah usahaku berlarian dari tempat parkir menuju kelas berakhir tanpa hasil, adanya hasil keringat yang membuat seragamku setengah basah.
Aku menaruh kepalaku diatas meja menghadap kekanan melihat siswa-siswi yang masih berjalan kesana-kemari dilorong sekolah dari jendela. Aku menyipitkan mataku saat aku melihat sosok eunwoo oppa dengan 2 yeoja cantik berjalan dibelakangnya.
Apakah mereka murid baru itu? Tapi bukankah hanya satu orang? Lalu yang satu itu siapa?
Lebih baik aku menanyakannya langsung ke eunwoo oppa.
Aku menegakkan tubuhku lalu berlari kecil menuju pintu keluar kelas.
"Eittss...tunggu dulu oppa! " eunwoo oppa menghentikan langkahnya yang diikuti 2 yeoja dibelakangnya itu setelah aku merentangkan lebar kedua tanganku didepannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Yellow Rose Namja
FanfictionKim dahyun, dia belum mati tapi dia juga tidak hidup. Selama 4 tahun dahyun tidak menyadari keanehan tersebut, karena ia pikir dia memang telah mati. Perjalanan dahyun pun dimulai saat ia telah berhasil meminjam raga milik adik temannya, Kim Ji-Yeon...