"Oppa ...."
Aku masih diam.
"Brian Oppa ...."
Aku masih berkutat dengan ponselku.
"Kenapa setiap kali kita keluar kau selalu saja tidak memerhatikanku. Aku ini bukan setan yang tak kasat mata, loh."
"Kamu 'kan memang setan."
Dengan penuh dramatisir Ae Ri memegang dadanya sambil berseru, "duh, kau mendengarnya? Sepertinya ada hati yang baru saja patah."
"Mau aku hancurkan sekalian menjadi debu?" balasku tanpa menatapnya yang duduk di sampingku.
"Kau kejam, tapi aku tetap cinta. Ah, memang cinta itu gila."
Aku meliriknya. "Bukan cinta yang gila, tapi kamu yang memang gila."
"Aku harus mengumumkan ke seluruh penjuru dunia kalau kau hanya milikku dan hanya aku yang boleh kau patahkan hatinya lalu kau sembuhkan pula."
Aku hanya menggeleng pasrah. Memang seharusnya aku diam saja agar dia juga cepat diam. Aku tanggapi satu kalimat pendek saja berujung mendapat jawaban kalimat panjang yang hanya membuat telingaku berdengung.
Salahkan Ae Ri karena memaksaku keluar untuk menemaninya ke bar dengan segala macam ancaman yang membuatku menurut. Beginilah nasib kalau berteman dengan manusia tak punya hati macam dia. Semuanya harus mengikuti kemauannya karena ia memiliki kartu AS dirimu.
Karena Ae Ri tak bersuara, aku menoleh dan mendapati dirinya yang baru saja mengambil foto kami lalu mengunggahnya di SNS. Aku mendesah lega saat wajahku tidak kelihatan sepenuhnya, namun tetap saja fans-ku akan mengenaliku.
"Apa yang kau lakukan?" bentakku.
"Kau tidak memedulikanku dari tadi, kenapa kau tiba-tiba peduli?"
"Kenapa mengambil fotoku seenaknya saja dan mengunggahnya?"
"Karena kau lebih mementingkan ponselmu dibanding aku. Setelah kau selalu menduakanku dengan gitar, sekarang kau mulai menduakanku dengan ponsel? Hah, jangan harap aku akan bersikap lemah lagi di depanmu."
Memangnya selama ini dia pernah bersikap lemah di depanku? Tolong sadarkan gadis itu dan buka matanya lebar-lebar siapa yang menjadi pembully selama ini!
"Cepat hapus foto itu!" Aku berusaha meraih ponselnya, dan kau tahu apa yang dilakukan gadis itu? Dia malah memelukku seenaknya saja sambil memasukkan ponselnya ke saku celana. Aku tidak mungkin merogoh kantong celananya di tempat umum, bukan? Aku akhirnya hanya mendorongnya menjauh. "Lepas!"
"Aku akan melepaskannya dan akan menghapus foto itu juga kalau kau mau bersikap manis padaku sampai pulang nanti."
Demi Dewa-Dewi di langit, ingin sekali aku memutilasi Ae Ri lalu menghanyutkannya di sungai Han agar bangkainya terbawa arus hingga ke laut lepas lalu dimakan Hiu.
"Bagaimana?"
"Oke. Tapi apa jaminannya? Aku tidak mau melakukan semua hal itu tanpa jaminan apapun, aku terlalu mengenal otakmu yang menyenalkan itu!"
Ae Ri berseru senang. "Baiklah, jaminannya ini." Ae Ri mengeluarkan kartu kredit dari dompetnya dan memasukkannya ke dompetku. "Kau bisa pegang itu sebagai jaminan. Kalau aku sampai ingkar janji, kartu itu milikmu. Deal?" Ae Ri menyodorkan tangannya.
"Deal." Aku segera menyambut tangan itu.
Mau tidak mau semalaman aku menemaninya dan harus rela menjadi tempat gelayutan Ae Ri yang sudah seperti anak monyet karena tidak mau melepaskan lenganku.
Kami pulang pukul satu dini hari dan aku dengan sangat amat terpaksa mengantarkan Ae Ri ke Apartemennya. Padahal kalau mau aku bisa meninggalkannya di tempat itu, tapi aku tidak bisa karena masalah foto itu. Ah, semoga saja tidak ada yang menyadarinya dan jangan sampai membuat skandal yang menghambat karir kami.
Sesampainya di rumah aku segera mengecek postingan Ae Ri, melihatnya membuat kepalaku penuh asap amarah. Dia masih belum menghapusnya. Aku semakin syok melihat caption yang ditulisnya.
'Malam yang indah kalau saja kau mau memerhatikanku. Brian, i love you! 😘'
Benar, dia memang gila! Segera saja aku hubungi Ae Ri detik itu juga.
"Ada apa?" tanyanya malas.
"Ada apa? Apa maksudnya dengan postinganmu itu? Kenapa belum menghapusnya juga?"
"Ah itu, kau bisa mengambil kartu kredit itu."
"Aku tidak butuh kartu kreditmu! Dan apa-apaan itu dengan caption-mu? Kau mau membuat skandal denganku?"
"Kalau dengan membuat skandal bisa bersamamu aku tidak masalah."
Aku segera mematikan telepon kami, dia selalu berhasil membuat darah tinggiku naik. Tapi, ngomong-ngomong soal kredit card, aku seperti tidak asing dengan benda itu. Aku buru-buru mengecek kartu yang dimasukkan Ae Ri tadi ke dompetku. Dan saat melihatnya aku menjerit sekuat tenagaku. Pantas saja Ae Ri begitu tenang menyerahkan kartu kreditnya sebagai jaminan dengan tenang, ini adalah milikku yang dipinjamnya beberapa waktu lalu.
💞💕
03-09-17
13.56
![](https://img.wattpad.com/cover/120240796-288-k261321.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Brian Kang
Короткий рассказ"Namaku Young K, bukan Brian." ~Brian Kang "Tapi itu namamu juga, 'kan?" ~Lee Ae Ri Hanya kumpulan cerita pendek tentang Ae Ri dan Mas Brian aka YoungK aka Young Hyun aka Burger King 😂😂😘😘 #829 (9 Okt 2017)