kuki and narayana

3.8K 456 147
                                    

Angin malam bertiup menerbangkan helai demi helai rambut Kuki yang menengadah menatap cahaya bulan separuh yang seakan mencorong menembus awan menuju balkon kosnya.

Sudah beberapa hari terakhir ini ada yang mengganggu pikirannya, seperti gelembung pikiran yang tidak kunjung meletus dan melayang rendah di dalam benaknya, dan meskipun ia sudah disibukkan kembali dengan perkuliahan ia tidak bisa mengenyahkan kerisauan itu.

Kuki bahkan tidak bisa memastikan apa sebenarnya yang menyebabkan perasaannya tidak tenang begini, ia ingin kembali jadi Kuki yang dijuluki singa laut saja karena tingkat sensitivitasnya yang di bawah rata-rata.

Ia lebih suka jadi dirinya yang biasa, yang tidak sensitif dan tidak peka, karena Kuki yakin kepekaan lebih banyak membawa keresahan, seperti sekarang. Sometimes, igonorance is bliss, rite? Kuki memejamkan mata sejenak, mencoba mengerucutkan masalahnya yang sebenarnya. Bagaimanapun masalah juga ada ujung pangkalnya kan? Tidak mungkin tiba-tiba semuanya jadi terasa berat seperti sekarang.

Tugas kuliahnya yang menggunung? Laundryan yang sudah beberapa hari ini tutup sehingga cuciannya terbengkalai? Narayana yang tidak pernah kelihatan lagi di manapun? Tidak di warung makan langganan, tidak juga di kantin kampus. Apakah gadis itu menghindarinya? Tapi kenapa?

Bukan pertama kali Kuki mencoba mengingat-ingat apa ada kesalahan yang ia perbuat yang menyebabkan Nara tidak pernah menghubunginya atau menemuinya seperti biasa. Mungkin gadis itu sibuk dengan tugas-tugas kuliahnya sendiri? Semuanya berakhir menjadi terkaan semata karena Kuki tidak pernah tahu pasti.

Terakhir kali ia mengobrol dengan Nara adalah berbulan-bulan lalu sewaktu mereka kembali ke sini, menghabiskan waktu tempuh Jakarta – Bandung di dalam Argo Parahyangan, mengobrol dengan latar suara roda kereta di atas rel, jajanan-jajanan di tengah kursi mereka, punggung kursi di depan mereka serta ujung sepatu yang menjadi pilihan pemandangan selain rekam perjalanan di luar jendela kereta, tali tas yang terjulur dari tempat penyimpanan di atas kepala mereka. Seingat Kuki tidak ada yang aneh hari itu, yang bisa membuat sikap Nara berubah seperti sekarang.

Ia bahkan mencoba bertanya pada Jane kenapa Nara jarang kelihatan lagi tapi Jane hanya memberi jawaban mengambang dan klise seperti 'Mungkin Nara sibuk nugas.' atau 'Nara banyak urusan kampus kali.'

Kuki mengempaskan badannya ke kursi panjang di balkon, berselonjor seraya membuka ponselnya, mengabaikan banyak notifikasi dan membuka aplikasi instagram, salah satu sumber kerisauannya.

Di layar langsung terpampang profile seseorang yang rutin ia pantau: Instagram Yeri lalu instagram Aris, instagram Yeri, instagram Aris, begitu saja terus. Seraya ekstra berhati-hati agar jempolnya tidak sampai menekan 'love' karena kalau sampai terjadi, Kuki ingin menenggelamkan diri saja di pasir isap.

Belakangan ini isi instagram Yeri kebanyakan foto-foto langit dan bagian semesta lainnya yang ditangkap dari lensa kamera; padang edelweiss, serumpun dandelion yang hendak membebaskan diri ke udara, embun di tulang daun, dan ranting-ranting pohon yang meranggas dan ujungnya seakan mencengkram permukaan langit. Membuat Kuki menduga mungkin Yeri sudah diajak Aris mendaki berdua. Tapi hampir setiap hari Kuki mengecek instagram mereka berdua, tidak ada foto mereka di puncak gunung. Jadi mungkin semua foto ini adalah hasil jepretan Aris yang diberikan pada Yeri.

Mata Kuki membulat begitu membuka instagram Aris. Ada satu foto baru di sana dan jantung Kuki serasa mencelos apalagi begitu ia membaca caption yang ditulis Aris di bawah foto itu.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
First Son, First Prince and His Love StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang