Ku injakkan kaki ku ke dalam perusahaan. Ya aku diterima menjadi desain grafis di majalah Loveteen. Aku juga tidak menyangka mengapa aku dapat masuk ke perusahaan masalah ini. Secara saat test tertulis dan wawancara aku tak 100% tak yakin, karena masih banya yang lebih bagus dariku. Aku sudah ada di perusahaan ini kurang lebih 3 minggu. Dan semenjak 3 minggu ini aku tak pernah tak sekalipun mengingat kak Boy. Kata-kata yang ia ucapkan terus ada di otakku.
"clara, maukah kau munungguku", ucapan kak Boy malam itu.
Aku terus berfikir, menunggu? Apa maksudnya menunggu. Kak Boy juga tak ada menjelaskan apa-apa lagi sehingga membuatku bertanya-tanya sendiri. Dan selama 3 minggu ini kak Boy juga tidak ada menghubungiku; dan aku terlalu genggesi untuk menghubunginya duluan.
Ku duduk di meja kerjaku, ku lihat di atas meja, telah ada list pekerjaan yang aku harus bereskan dalam minggu ini. Sebernya hari ini aku tak begitu semangat mengerjaan pekerjaaku. Entahlah ku merasa tak semangat. Bekerja hanya untuk menafkahi diri sendiri. Tak ada penyemangat dan tak ada keluarga yang harus ku tanggung. Di tambah lagi bunda tidak pernah mebala suratku. No telpon yang bunda kasih kepadaku, selau tidak aktif saat ku hubungin. Disaat aku asik dengan pikiranku sendiri.
"clara, kamu di panggil pak Hernandes ke ruangannya", ucap Wati kepadaku.
"Pak Hernandes? Ga salah ti, gue kan ga sedang melakukan kesalah apa? Kepada beliau memanggil gue?", tanyaku ke Wati.
"mana gue tau clara, udh sono. Tar pak Hernandes marah lagi karna lo lama", ucapnya sambil berlalu meninggalkan gue.
Ku melahkan menuju lift, ya karna rungan pak Hernandes CEO perusahaan ini berada di lantai 10 gedung. Sambil berfikir kata-kata apa yang harus ku ucapkan. Bagaimana tidak aku belom pernah ketemu sama pak Hernandes sekali pun. Lihat fotonya aja ga pernah. Karna aku bukan orang yang suka kepo-kepo amat. Padahal harusnya aku tahu jejeran pemimpin di perusahaan. Akhh, boroboro nyari tahu kepo tentang perusahaan ini, gitu di terima di sini aja kerjaan gue udah menumpuk. Gue udah kaya kuli lah, masuk sih emg jam 10 pagi, tapi kalo pulangnya selalu di atas jam 11 malam ya sama aja kelessss.
Pintu lift terbuka, ku langkahkan kakiku menuju meja sekretarisnya.
"Siang, bu fitri", kataku menyapa sekertasis bos ku.
"siang mbak clara, langusung masuk ke ruangan pak Hernandes aja mbak", ucapnya kepadaku sambil tersenyum ramah.
"Trimakasih", kataku sambil membalas senyumannya.
Ku langkahkan kaki ku, ku baca di depan pintu tertulis "CEO LOVETEEN Magazine". Ku tarik nafasku dalam-dalam dan ku beranikan mengetuk pintu tiga kali lalu aku masuk ke dalam.
"permisi pak", kataku sambil melihat ke arah meja kerja yang begitu elegan. Tapi aku tak dapat melihat siapa yang duduk di kursi itu, karena kusinya menghadap jende. Karena tidak ada jawaban ku beranikan lagi untuk menyapa.
"Pagi pak, saya Clara. Tadi Wati bilang bapak memanggil saya. Kenapa ya pak?", ucapku dengan sangat hati-hati. Karna bagaimana tidak aku baru bekerja 3 minggu. Masa langgung di pecat. Kan tidak lucu banget itu namanya.
Hening untuk sesaat kira-kira 10 detikan. Hinggi kata-kata yang keluar dari mulutnya membuatku tergga dan takut.
"Apa kau tak merindukanku, clara?", ucapnya kepadaku.
"WHAAATTT?",
----------------------------------------------------------
Wajah kagetku masih terlihat jelas di wajahku, bagaimana tidak bagaimana bisa. Kak Boy ternyara adalah atasanku sendiri. bagaimana bisa aku tidak menyadarinya. Oh Tuhan apakah ini yang dinamaan dengan takdir?. Tapi takdir yang bagaimana ini??. Ada perasaan gelisah yang ku rasakan.
saat ini aku hanya duduk termenung di atas kasurku. Setelah pertemuanku dengan kak Boy di tempat kerja dan mengetahui bahawa kak Boy adalah atasanku sendiri. Ada perasaan yang tidak nyaman yang ku rasakan. Begitu pulang kerja tadi aku berusaha menghindari kak Boy. perasaanku tidak tenang bertemu dengannya.
YOU ARE READING
Secret
Romanceharuskah ku terus diam dan tidak memberitahunya; tentang hubunganku dengan orang yang sangat, disanyanginya... "aku tidak akan memberitahunya, ini akan jauh lebih baik buat ku dan buat dirinya...", kataku dalam hati.