Kim mengetuk pintu di hadapannya dengan semangat. Di tangan kirinya, dia menenteng rantang bertingkat 3 yang berisi makanan. Entah berapa lama Kim berdiri dan mengetuk pintu, penghuni rumah ini tidak kunjung membukakan pintu. Pikiran Kim berkelana menuju dua hari lalu, saat akhirnya dia dipertemukan dengan cinta pertamanya.
Flashback
"Little girl?"
Kim segera tersenyum dan mengangguk antusias. Hatinya berbunga-bunga karena ternyata pria ini mengingatnya. Tanpa ragu, Kim duduk di sebuah kursi tersisa di meja mereka.
"Paman apa kabar? Paman semakin tampan saja!" seru Kim tanpa tau malu. Jay dan Lawrenzo sampai membuka kedua mulutnya pertanda terkejut. Pasalnya, mereka yakin Aldwin adalah putra satu-satunya dari seorang Edward Javier. Kenapa tiba-tiba ada seseorang yang memanggilnya paman? Lagipula, Aldwin terlihat cukup terkejut melihat kehadiran gadis ini.
Aldwin memutuskan untuk berdiri dan meninggalkan café tersebut tanpa kata. Jay dan Lawrenzo ingin menyusul, namun Kim menahan mereka.
"Beritahu aku alamat teman kalian," pinta Kim dengan puppy eyesnya.
"Dia bos kami," kata Jay, meralat perkataan Kim.
"Oke. Beritahu aku alamat bos kalian," pinta Kim sekali lagi.
"Maaf, tapi tidak bisa," kali ini Lawrenzo menimpali. Kim memasang muka sedih.
"Nomor telepon?"
Jay dan Lawrenzo menggeleng sedih. Mereka sebenarnya tidak tega melihat ekspresi Kim, namun mereka juga takut menerima kemarahan Aldwin.
"Social media?"
Kali ini Jay dan Lawrenzo tertawa serentak. Penggal kepala mereka sampai Aldwin memiliki media social. Bahkan mereka ragu jika Aldwin tau apa itu instagram, snapchat, atau apapun itu. Kim semakin sedih. Bahunya yang tadi tegap bahkan sudah menunduk.
"Padahal aku sudah 13 tahun tidak bertemu dengannya."
"Memang hubunganmu dengannya apa?" tanya Lawrenzo penasaran. Kim menatap mereka berdua dengan cermat, dan dengan otak cerdasnya dia menyimpulkan keduanya memiliki pekerjaan yang sama seperti pria idamannya. Kim pun mendekatkan wajahnya pada mereka dan membisikkan sesuatu.
"Dia pembunuh orangtuaku."
Jay dan Lawrenzo tersentak kaget. Mereka berpikir mungkin Kim memiliki gangguan jiwa. Bagaimana bisa memberitau hal seperti itu dengan tenang?
"Kamu mau balas dendam pada Aldwin?" tanya Jay curiga. Kim mungkin cantik, namun loyalitas mereka pada Aldwin tidak perlu dipertanyakan lagi. Jika harus membunuh siapapun yang mengancam keselamatan Aldwin, mereka akan melakukannya tanpa ragu. Bahkan seorang gadis seperti Kim sekalipun. Namun Kim malah terbahak seolah mereka mengatakan sesuatu yang lucu.
"Jadi namanya Aldwin. Balas dendam? Apa kalian gila? Aku mencintainya," seru Kim tanpa ragu. Jay dan Lawrenzo terkejut lagi. Kim memang penuh kejutan. Mencintai seseorang yang notabene pembunuh orangtuanya? Mungkin Kim satu-satunya di dunia. Jay dan Lawrenzo berniat kabur, namun Kim menahan mereka. Kim bahkan berdiri membentangi pintu keluar saat mereka berdua ingin keluar. Badan mereka tentu jauh lebih besar dari badan mungil Kim, tapi mereka tidak mungkin melakukan kekerasan pada Kim. Pada akhirnya, mereka menyerah dan memberi tahu alamat Aldwin. Urusan Aldwin marah itu belakangan, yang terpenting mereka bisa pulang dan terhindar dari gadis gila seperti Kim.
Begitu ingatan Kim berakhir, pintu di hadapannya terbuka. Kim menyiapkan senyum terbaiknya saat menemukan prianya berdiri dengan pakaian santainya di hadapan pintu. Kim dapat mengamati pupil mata pria itu melebar saat melihatnya meski hanya beberapa detik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gone Baby, Gone (completed)
Romance21+ Kimberly Isabel bertemu kembali dengan cinta pertamanya setelah terpisah 13 tahun lamanya. Ternyata, 13 tahun tidak cukup untuk melupakan pria itu, seorang pembunuh bayaran yang membunuh kedua orangtuanya. Pria itu masih sama di mata Kim. Dingin...