Ald - Terjadilah, Terjadilah

88.1K 3.2K 53
                                    

       

I wondered

How she could be the moon and the sun.

The sea and the sky.

Heaven and hell.

- d.j

Aldwin harus mengakui bahwa Kim memiliki selera yang baik dalam memilih tempat. Villa yang dipilih Kim terletak cukup jauh dari pemukiman warga dan memiliki pemandangan luar biasa indah. Ditambah lagi udaranya yang sangat berbanding terbalik dengan Jakarta. Kim mengaku villa tersebut milik seorang teman dekatnya yang dengan rela meminjamkan villa pada Kim secara cuma-cuma.

Aldwin memandangi sekelilingnya terlebih dahulu begitu keluar dari mobilnya. Perjalanan tidak memakan waktu lama karena pemilihan waktu berangkat yang masih sangat pagi. Syukurlah, Aldwin tidak pernah tahan dengan kemacetan. Dia akan menghabiskan berbatang-batang rokok jika sedang terjebak macet. Dan selama Kim berada di dekatnya, dia tidak mungkin merokok lagi. Cukup dia membunuh dengan pisau dan senjata apinya, tidak dengan asap rokoknya.

Puas dengan sekelilingnya, tatapan Aldwin jatuh pada Kim yang masih tertidur di mobil. Gadis itu tertidur pulas sepanjang perjalanan tadi, meninggalkan Aldwin sendiri dengan pikirannya. Untung saja Kim memberinya peta yang jelas dan lokasi villa yang mudah dikenali membuat Aldwin tidak tersasar sepanjang jalan tadi. Aldwin pun perlahan membuka pintu penumpang dan segera menahan kepala Kim yang tampaknya tadi tersender pada pintu mobil. Kim hanya menggerutu singkat dalam tidurnya dan melanjutkan tidurnya.

Aldwin ingin membangunkan gadis itu, sungguh. Namun sedikit perasaan.. entah. Aldwin tidak tau perasaan apa itu, memintanya untuk tidak membangunkan Kim yang terlihat lelah. Aldwin pun mengatur posisi Kim agar lebih nyaman dan kembali menutup pintu. Aldwin memutuskan untuk menyalakan rokoknya tidak jauh dari mobil. Lagipula, ini rekor terlama Aldwin tidak merokok. Satu hari. Biasa pria itu menghabiskan sangat banyak batang dalam satu hari.

Berapa lama Aldwin tidak merasa santai seperti ini? Ia mungkin bahkan lupa kapan terakhir benar-benar mengamati hijaunya daun-daun di pepohonan, juga lembabnya tanah karena bekas hujan. Atau bagaimana rasanya menghirup udara dan menghayatinya, bukan sekedar kewajiban untuk mengambil pasokan oksigen menuju paru-paru. Mungkin Aldwin harus memberi kompensasi lebih untuk Jay dan Lawrenzo. Karena selain dapat menghindari pertemuan aneh dengan papanya, Aldwin bisa merasakan santai untuk sejenak.

Entah berapa lama Aldwin sibuk dengan kegiatannya berpikir dan menikmati sekitar, tiba-tiba sebuah tangan mungil melingkari pinggangnya dari belakang. Aldwin tersentak sejenak sebelum menetralkan kembali ekspresinya. Dibuangnya batang rokok ketiganya dengan segera.

"Aku pikir kamu mau ninggalin aku sendirian di puncak. Biar diculik gitu. Ternyata kamu disini," kata sang pemilik tangan.

"Kamu ngerokok lagi? Harusnya kamu bangunin aku. Aku juga mau coba rokok lagi," kata Kim yang dihadiahi dengusan dari Aldwin. Kim hanya mencebik.

"Aldwin?"

"..."

"Nanti bentar lagi kita petik strawberry ya? Buat dijadiin jus. Pasti masih seger kalo baru dipetik," lanjutnya setelah beberapa lama tidak mendapat respon dari Aldwin. Tangan kanan Kim beranjak dari pinggang Aldwin menuju punggung kokoh pria itu, sedangkan tangan kirinya masih berada di pinggang Aldwin. Kim menyenderkan kepalanya pada punggung Aldwin dan tangan kanannya mengelus punggung kokohnya.

Entah berapa lama mereka berada dalam posisi itu. Kemudian, Aldwin menggenggam tangan kiri Kim secara tiba-tiba, membawa tangan itu menjauh dari pinggangnya, lalu membalikkan tubuhnya. Mereka kini berdiri berhadapan. Seolah tidak mau kehilangan kehangatan dari tubuh besar pria itu, Kim kembali melingkarkan tangannya. Awalnya kedua tangan Aldwin hanya diam di samping tubuhnya. Namun lama-lama, tangan kiri Aldwin tergerak untuk melingkar di pinggang mungil namun berbentuk milik Kim, sedangkan tangan kanannya memegang dagu Kim.

Gone Baby, Gone (completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang