Kim tersenyum seraya mengamati wajah Aldwin yang tertidur di hadapannya. Sepulangnya dari Bali, mereka berdua segera menyerah pada rasa lelah dan kantuk. Kim sedikit kasihan pada Aldwin. Di Bali, Aldwin selalu menyetir kemanapun dengan mobil yang disewanya, mengekori Kim yang jalan mengitari banyak tempat di Bali tanpa mengeluh. Pria itu juga selalu memaksa untuk membawakan seluruh barang Kim tanpa terkecuali. Aldwinnya, Kim tersenyum lebih lebar lagi.
"Apa yang membuatmu tersenyum begitu lebar?" tanya Aldwin dengan suara serak khas orang bangun tidur. Kim terlonjak, dia pikir Aldwin masih tidur.
"Kamu," jawab Kim. Aldwin memeluk Kim dan menempatkannya diatasnya. Kim sedikit terlonjak saat sesuatu yang keras menyentuh perutnya.
"It happens every morning," jelas Aldwin, membuat wajah Kim memerah. Aldwin mengelus pipi Kim yang memerah.
"I love it when you're blushing," kata Aldwin lagi. Astaga, Kim memilih menenggelamkan wajahnya pada leher Aldwin.
"Kamu jadi aneh."
"Aku Cuma jujur."
"Hari ini mau kemana?"
"Istirahat aja Win. Kamu keliatan cape," kata Kim. Aldwin menggeleng dan mengecup pipi Kim.
"Kamu bilang mau malam natalan? Kamu mau dimana? Resto, atau apa?"
"Nggak, Win. Istirahat aja. Kamu udah tua, nanti encok," canda Kim, membuat Aldwin menggeram pelan dan membalikan posisi mereka berdua. Kini, Kim berada di bawah Aldwin.
"Aku sudah tua? Hm?", kata Aldwin seraya menciumi seluruh wajah Kim. Kim tertawa.
"Bukannya iya?"
"Kamu bilang ke Jay 38 adalah umur pria mapan," kata Aldwin. Kim kembali memerah dan memaki Jay keras-keras.
"Aku tidak akan mau bicara dengan Jay lagi!" sungutnya. Kali ini Aldwin tertawa.
"Really? Bukannya kamu yang selalu mencarinya?"
Kim cemberut. Itu memang benar.
"Win,"
"Hm?"
"Hari ini aku mau pergi ketemu temen sama Tante May. Udah lama ga kesana. Kamu mau ikut?"
Aldwin terdiam, berpikir sejenak.
"Kamu saja. Aku ada urusan hari ini,"
Sebenarnya Kim ingin bertanya urusan apa, namun Kim tidak ingin terlalu terburu-buru dalam mengenal Aldwin lebih dalam. Dia tau, Aldwin sendiri masih kewalahan dengan perasaannya, sama dengan Kim. Mereka berdua hanya terlalu mabuk oleh cinta itu sendiri. Dan Kim tau, sebenarnya itu tidak baik. Kim bisa merasakan perubahan Aldwin yang menjadi terlalu tergantung padanya. Kim menyukai itu, sungguh. Kim tidak merasa keberatan sama sekali. Sebaliknya, ia merasa sedih. Ia merasa cinta Aldwin seperti cinta anak kecil. Ia ingin memiliki Kim untuk dirinya sendiri. Bahkan Aldwin pernah bilang, ia hanya ingin berdua dengan Kim, tanpa orang lain. Aldwin merasa tidak memerlukan orang lain selama Kim ada bersamanya.
Kim juga merasa seperti itu, sungguh. Tapi ia sadar mereka tidak bisa seperti itu.
"Kamu memikirkan apa?" tanya Aldwin tiba-tiba. Kim tergagap.
"Tidak. Aku hanya berpikir belum memisahkan oleh-oleh untuk temanku dan Tante May."
"Temanmu siapa?"
"Tian."
"Siapa Tian?"
"Temanku?" jawab Kim bingung.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gone Baby, Gone (completed)
Romance21+ Kimberly Isabel bertemu kembali dengan cinta pertamanya setelah terpisah 13 tahun lamanya. Ternyata, 13 tahun tidak cukup untuk melupakan pria itu, seorang pembunuh bayaran yang membunuh kedua orangtuanya. Pria itu masih sama di mata Kim. Dingin...