I never meant to cause you any sorrow.
I never meant to cause you any pain.
I only wanted to one time see you laughing.
I only want to see laughing in the purple rain.
I only want to see you bathing in the purple rain.
- Purple Rain by Prince
Aldwin hanya bisa merutuki diri sendiri atas ketakutannya untuk pulang. 1 minggu sudah dia tidak berani menginjakkan kakinya di rumahnya sendiri hanya karena menghindari Kim. Kim harus pergi dari hidupnya, itu harga mati. Hidup Kim terlalu berharga untuk dihabiskan dengan pembunuh sepertinya, ditambah papanya sudah mengetahui tentang Kim. Tidak perlu waktu lama hingga papanya mendapatkan informasi lengkap mengenai Kim, dan bukan tidak mungkin Kim dalam bahaya.
Tugas Aldwin sekarang, sebelum meyakinkan Kim untuk pergi dari hidupnya, adalah meyakinkan papanya Kim bukan siapa-siapa baginya. Aldwin juga memikirkan cara untuk mengancam papanya secara halus agar tidak mengusik Kim. Keduanya bertolak belakang. Jika Aldwin mengancam papanya untuk tidak mengusik Kim, papanya yang cerdas dan licik akan segera tau bahwa Aldwin menaruh kepedulian untuk Kim. Namun jika Aldwin hanya diam, Aldwin tidak akan membayangkan rencana apa yang akan disusun papanya untuk Kim.
"Kamu banyak melamun," suara khas bangun tidur dari wanita di sebelahnya memecahkan lamunan Aldwin. Aldwin menoleh ke samping, pada Amber yang menatap Aldwin sayu. Menanggapi diamnya Aldwin, Amber merapatkan diri pada Aldwin dan mengalungkan tangannya di leher kokoh Aldwin.
"Setelah terakhir kita bertemu dan kamu memasukiku dengan gairahmu yang tidak biasa, sekarang kamu seperti kehilangan gairah terhadapku," kata Amber lagi.
Aldwin mendelik, masih tidak bisa terbiasa dengan keblak-blakan Amber. Tapi ucapan wanita itu memang benar. Selama 1 minggu tinggal dengan Amber, tidak satu kalipun mereka berhubungan badan. Padahal Aldwin merasa membutuhkan pelampiasan, selain pada rokok dan alkohol. Hanya saja setiap mencium Amber, Aldwin membayangkan bibir manis Kim. Setiap menyentuh Amber, kulit halus bak porselen Kim lah yang Aldwin inginkan. Setiap ingin bercinta dengan Amber, Aldwin merasakan perasaan bersalah dalam hatinya. Ya, damn Kimberly. Wanita sekecil itu yang akhirnya membuat Aldwin takluk.
"You love that little girl, don't you?"
Aldwin tersentak kali ini.
"She's not a little girl," bantah Aldwin. Amber mendengus.
Kim memang jauh lebih muda darinya, namun umur 23 bukan lagi umur yang termasuk kategori "little". Dan astaga, Kim bukan gadis lagi. Salahkan kegilaan Kim sendiri karena menyerahkan tubuhnya pada Aldwin.
"Really, Win? I talk about you love her dan kamu malah mengomentari hal kecil seperti itu? Pengecut. You're too scared to talk about it, right?"
"Diam, Amber."
"You love her for sure," kata Amber santai, sedangkan Aldwin mulai bergerak tidak nyaman di tempatnya. Amber mendesah dan memutuskan untuk duduk. Kedua mata almond nya menatap Aldwin prihatin.
"Love isn't that scary," kata Amber. Kali ini mata Aldwin sudah berkilat, menahan amarah.
"Love is the scariest thing ever!"
"Not commitment?"
"I'm not afraid of marriage, for God's sake!"
"Karena kamu memang pernah menikah."
"Dan aku juga pernah mencintai," balas Aldwin dingin.
"Bukan karena kamu mencintai orang yang salah satu kali, kamu bisa menyimpulkan cinta itu mengerikan."
KAMU SEDANG MEMBACA
Gone Baby, Gone (completed)
Romance21+ Kimberly Isabel bertemu kembali dengan cinta pertamanya setelah terpisah 13 tahun lamanya. Ternyata, 13 tahun tidak cukup untuk melupakan pria itu, seorang pembunuh bayaran yang membunuh kedua orangtuanya. Pria itu masih sama di mata Kim. Dingin...