Kim menatap jengah pria paruh baya di hadapannya. Setitikpun rasa takut tidak muncul untuk pria ini. Setitik pun. Pria tua di hadapannya juga hanya menatapnya, menilai. Sesuatu di dalam mata pria tua itu sangat mirip dengan mata Aldwin, meskipun Aldwin mengatakan mereka tidak sedarah.
Kim mendengus ketika Roy, papa Aldwin, kembali menyesap kopinya setelah menatapnya penuh penilaian. Sedari tadi mereka duduk, hanya itu yang dilakukan Roy. Menatapnya, menyesap sedikit kopinya. Kembali menatap Kim, lalu meminum lagi sedikit kopinya. Kim hingga mempertanyakan seberapa milliliter kopi yang dihirup karena nyatanya kopi Roy masih tersisa setengah.
Kim bahkan sudah menghentakkan kakinya karena mulai kehabisan stok kesadaran.
"Kamu bukan tipe gadis penyabar," kata Roy untuk pertama kalinya.
"Saya pikir Anda bisu," sindir Kim. Kali ini, Roy terbahak-bahak, membuat Kim semakin kesal.
"Saya tidak memiliki banyak waktu. Saya akan menghargai bila Anda segera mengatakan tujuan Anda ingin bertemu dengan saya."
"Bukan tipe gadis yang suka basa basi. Saya suka itu. Jauhi anak saya," kata Roy. Raut wajahnya tiba-tiba berubah menjadi serius. Kim tidak terkejut. Sedikit banyak Kim tau tujuan pertemuannya dengan Roy hari ini tidak lain dan tidak bukan adalah untuk menjauhkan dirinya dari Aldwin. Hah, Kim sudah gila jika menuruti kata Roy. Apalagi setelah Aldwin mengatakan pria itu juga mencintainya. Kim teringat kemarin. Segalanya masih teringat jelas di kepalanya, bahkan jejak ciuman pria itu masih terasa basah di bibirnya. Tangan Kim secara refleks terangkat, menyentuh bibirnya. Melupakan kehadiran Roy di depannya.
"Demi Tuhan, saat-saat seperti ini kamu malah berpikir jorok mengenai anak saya?!" kata Roy tidak percaya, membuat Kim tersentak dan seolah tersadar. Kim berdeham malu dan sedikit bergerak risih.
"Maaf," kata Kim.
"Jauhi anak saya," ulang Roy.
"Saya tidak mau," balas Kim tenang.
"Kimberly Isabel. Berumur 23 tahun, memiliki butik, sering membantu di sebuah coffee shop. Lulus dengan predikat cum laude, yatim piatu. Saya lihat kamu sudah mapan. Untuk apa mendekati anak saya? Uangnya? Uangmu cukup untuk hidupmu. Atau balas dendam? Atas kematian orangtuamu? Saya tidak segan-segan menghancurkan hidupmu"
Dan Roy berpikir Kim takut?
"Saya cinta sama Aldwin."
"Omong kosong!" Roy menjadi sedikit tidak sabar.
"Saya cinta sama Aldwin, Aldwin juga cinta sama saya. Apanya yang omong kosong?" kata Kim tersinggung. Kali ini, Roy tercengang.
"Dia bilang dia cinta kamu?"
Kim mengangguk senang. Roy sedikit terdiam, kemudian menyesap kopinya, seperti berpikir.
"Saya berani kasih kamu berapapun untuk jauhi anak saya,"
"Cinta saya tidak bisa dihargai dengan uang, maaf," ketus Kim.
"Saya bisa membunuhmu, Kim, kamu tau itu."
"Tau, Aldwin sudah peringatkan saya."
"Apa kamu sudah tau tentang Kinasih?"
Kim mengangguk. Roy sedikit terkejut saat Kim mengaku mengenai Kinasih.
"Sudah tau kenapa Aldwin membunuhnya?"
Kali ini, Aldwin terdiam. Kim memang belum pernah menanyakan perihal hal itu. Lawrenzo dan Jay selalu menghindar setiap kali Kim melayangkan pertanyaan mengenai Kinasih. Sosok Kinasih seolah haram dibicarakan dalam hidup seorang Aldwin. Dengan berat hati, Kim menggeleng.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gone Baby, Gone (completed)
Romance21+ Kimberly Isabel bertemu kembali dengan cinta pertamanya setelah terpisah 13 tahun lamanya. Ternyata, 13 tahun tidak cukup untuk melupakan pria itu, seorang pembunuh bayaran yang membunuh kedua orangtuanya. Pria itu masih sama di mata Kim. Dingin...