Kim - Another Him

52.2K 2.8K 17
                                    

       

"Café latte 1 with extra shot!" teriak Kim begitu pelanggan di depannya menyelesaikan transaksi pembayaran. Ronny mengacungkan jempolnya pertanda telah menerima pesanan dengan baik.

"Pesan Americano 1 ditemani dengan penjaga kasir, bisa?" Kim menoleh dari kegiatannya yang sedang menghitung uang saat suara familiar memenuhi pendengarannya. Tak perlu waktu lama, Kim tersenyum lebar pada pria di hadapannya.

"Tian!! Rasanya sudah begitu lama sejak terakhir kita bertemu!" teriak Kim seraya berlari keluar dari bilik kasir untuk menerjang pria itu.

"Marcel, gantikan aku dulu ya," kata Kim saat teringat dengan pekerjaannya.

"Siap, nona," sahut Marcel. Kim pun membawa Tian duduk di tempat kesukaan mereka. Mereka menyebutnya "basecamp", karena sejak Kim mengenalkan Tian pada Kofestop, Kim selalu mengajaknya duduk disana.

"How's life?" tanya Kim antusias. Tian memutar bola mata seraya mengacak rambut Kim.

"Miss, kita baru tidak bertemu 1 minggu. Bukan 1 tahun."

"Bukankah 1 minggu itu cukup lama? Biasa kita bertemu tiap hari hingga aku bosan denganmu. Sepertinya kita memang perlu sedikit jarak agar aku memiliki waktu untuk merindukanmu," kata Kim lagi.

"Mungkin aku harus mulai menjauhimu. Ternyata kekasihku benar dengan mencurigaimu. Jangan-jangan kamu menyimpan perasaan untukku," sindir Tian yang dihadiahi ketukan pelan pada kepalanya. Tian mengaduh meskipun sebenarnya tidak sakit. Astaga, kepalan tangan Kim mungkin hanya sebesar jari jempolnya.

"Taruhan, kamu tidak bisa hidup tanpaku," seru Kim bangga. Membuat Tian mendegus namun menarik gadis itu dalam pelukannya. Kim menerima saja pelukan Tian, dan menikmati usapan pelan pria itu pada kepalanya.

"Ya, aku tidak bisa hidup tanpamu. Makanya, jangan macam-macam ya? Tidak perlu mendekati pria itu lagi. Firasatku kuat kamu akan tersakiti dengannya," kali ini suara Tian melembut. Namun Kim tetap mencebik.

"Jangan jatuh cinta kalau tidak mau sakit hati, itu kan katamu dulu?"

"Tapi kenapa harus bersama dengan orang yang tidak mencintaimu, Kimmy? Kamu bisa mendapat yang lebih baik dari dia."

"Kamu bahkan belum mengenalnya, Tian."

"Dari ceritamu saja aku sudah tidak suka. Bagaimana dia bisa berlaku begitu dingin pada Kimmy ku?"

Kim mendengus.

"Aku lupa kamu bisa begitu protektif."

"Hanya padamu, Kimmy. Jika saja bisa, rasanya aku ingin menjadikanmu istriku. Agar bisa ku awasi terus. Sayangnya takdir berkata lain, dan aku mencintai kekasihku."

Kim memukul pelan dada pria itu dan beringsut menjauhinya.

"Jadi bagaimana?" tanya Tian.

"Bagaimana apanya?"

"Satu minggu tinggal dengan pria itu."

Kim mendelik. Belum ada kemajuan, pasalnya. Selain saat pria itu mengalah dan membiarkannya membeli televise. Selain saat pria itu menahan tubuhnya yang hampir terjatuh. Atau saat pria itu melumat bibirnya penuh gairah. Juga saat tangan besar dan hangat milik pria itu menyelusuri tu...

"Shit!! Jangan bilang kalian sudah melakukannya?"

"Darimana kamu tau?" tanya Kim sengit.

"Your face, Kimmy, for God's sake! Mupeng begitu, astaga," seru Tian tidak percaya. Kim tertawa.

"Tidak, tidak. Salah paham. Kami belum melakukannya. Doakan aku berhasil membuatnya melakukannya, oke?"

Tian mendesah pasrah, lelah menasehati gadis itu.

Gone Baby, Gone (completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang