Mencintainya begitu mudah. Lebih mudah dari membalikkan telapak tangan.
Berhenti mencintainya tidak akan bisa kulakukan. Seumur hidup bahkan tidak cukup untuk melakukannya. - Kim to Aldwin.
---
Kim mengangkat tangannya untuk menyentuh dadanya pelan. Dada yang masih berdebar kencang akibat ciuman penuh hasrat yang baru saja dia alami. Debar yang sesungguhnya bercampur dengan rasa sakit yang ditahannya sedari tadi. Tepatnya, sedari menyaksikan pria idamannya bercumbu mesra dengan wanita yang terlihat cantik dan dewasa.
Oh, jangan pikir Kim tidak sakit melihat adegan tadi. Jangan pikir Kim tidak merasa rendah diri melihat fisik dan pembawaan wanita yang tadi bermesraan dengan prianya, Aldwin. Namun dia bisa apa? Punya hak apa dia untuk marah, atau sekalipun untuk menjambak rambut halus wanita itu sebagaimana yang berputar di otaknya tadi?
Kim menghela nafas pelan.
Semangat, sugestinya pada dirinya sendiri.
Kim kembali ke dapur untuk menyelesaikan masakannya yang tertunda tadi. Bagaimanapun, Kim tidak mau makan Aldwin tertunda. Pria yang memang sudah berumur itu harus sehat, hingga Kim berhasil merebut hatinya dan hidup bersamanya sampai nanti. Setelah beberapa lama sibuk menyelesaikan masakannya, tanpa malu Kim mengetuk pintu ruang kerja Aldwin.
"Aldwin. Masakan sudah siap," teriaknya dari balik pintu. Kim masih memiliki etika untuk tidak membuka pintu ruang kerja pria itu tanpa permisi. Mungkin pria itu sedang sibuk dengan pekerjaannya, atau mungkin sedang mengurusi jenazah korbannya di dalam ruangan kerjanya? Kim tertawa dengan pemikiran bodohnya.
"Tidak lapar," sahut pria itu dari dalam. Kim berdecak.
"Meskipun aku kecil, jika hanya untuk mendobrak pintu ini aku masih sanggup," kata Kim.
Satu menit. Dua menit. Lima menit,
Akhirnya pintu di hadapannya terbuka, dan Kim segera menyiapkan senyum termanisnya untuk pria itu. Pria tersebut mengernyit mendapati senyum Kim.
"Apa?"
"Tidak apa-apa. Ayo kita makan!" Kim tanpa ragu menggandeng Aldwin dan menariknya menuju meja makan. Seperti yang sudah-sudah, Kim menyiapkan nasi dan lauk untuk pria itu, beserta air putih sebelum mengambilkan dirinya sendiri makanan.
"Siapa perempuan tadi?" tanya Kim mencoba santai. Aldwin berhenti dari kegiatan makannya sejenak untuk mengamati ekspresi Kim, membuat Kim salah tingkah.
"Partner seks."
Kim tersedak. Dia meneguk airnya hingga habis dalam sekejap. Pria ini!
"Sejak kapan?"
"Lupa. Sudah lama," jawab Aldwin tenang seraya melanjutkan makannya. Kim memandang Aldwin dalam diam, sebelum Aldwin balas memandangnya dengan tatapan menantang. Seolah pria itu berbicara "Lihat, aku sudah punya wanita di sampingku. Kamu tidak kubutuhkan."
Tanpa sadar, Kim membanting sendoknya, membuat keduanya terlonjak.
"Maaf," bisik Kim pelan. Aldwin menggeleng dan memilih mengabaikan gadis itu.
Berpikir, Kim. Berpikir. Ajak Aldwin berbicara.
"Tadi pagi kamu ngapain saja?"
"Have sex?"
Shit! Maki Kim dalam hati.
"Siapa namanya?"
Aldwin mendelik padanya. Kim mengulang pertanyaannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gone Baby, Gone (completed)
Romance21+ Kimberly Isabel bertemu kembali dengan cinta pertamanya setelah terpisah 13 tahun lamanya. Ternyata, 13 tahun tidak cukup untuk melupakan pria itu, seorang pembunuh bayaran yang membunuh kedua orangtuanya. Pria itu masih sama di mata Kim. Dingin...