Ald - Seorang Kim

53.5K 2.9K 78
                                    

       

"The hummingbirds tell me

you've changed your hair.

I tell them I don't care,

while listening to them describe every detail"

- Rupi Kaur

Aldwin menyeringai puas menatap pisau penuh darah miliknya beserta pria tua tak bernyawa di hadapannya. Misi dari klien yang cukup cerewet, dengan permintaan yang cukup aneh menurut Aldwin. Meminta Aldwin melaksanakan tugasnya pukul 11 malam, di sebuah gang tempat sang korban lewat dengan mobilnya, dan dengan pisau. Lumayan jarang klien yang meminta pembunuhan dengan pisau karena resiko yang lebih tinggi.

Korban ini pun sama menyebalkannya. Tubuh gempalnya yang ternyata cukup kuat melakukan banyak perlawanan hingga Aldwin membutuhkan waktu lebih lama untuk menyelesaikan tugasnya. Pemberontakan pria itu pun mau tidak mau membuat Aldwin menancapkan pisau secara kasar hingga darah korban menguar dan mengenai bajunya.

Setelah menghubungi anak buahnya untuk membereskan mayat korbannya, Aldwin memasuki mobilnya. Diambilnya kain lap yang sudah tersedia untuk membersihkan pisau dan tangannya.

Shit! Maki Aldwin dalam hati saat menyadari kaos yang ia kenakan berwarna putih. Dia tidak akan bisa mampir kemana-mana lagi setelah ini jika tidak mau membuat dirinya tertangkap secara cuma-cuma.

Tangan Aldwin sudah ingin memindahkan gigi mobil dari netral menuju gigi 1 saat menangkap layar ponsel yang ditinggalnya di mobil sedari tadi menyala-nyala. Sebuah nomer yang tidak disimpan namun mulai dihafalnya tertera disana. Aldwin pun mengambil ponselnya, menimbang perlukah dia mengangkat panggilan gadis itu atau tidak perlu.

Aldwin menghembuskan nafas kasar, kemudian memutuskan mengabaikan panggilan tersebut. Begitu panggilan tersebut mati dengan sendirinya, Aldwin cukup terkejut saat menemukan puluhan panggilan tak terjawab dari gadis itu beserta pesan-pesannya. Jari Aldwin bergerak membuka salah satu pesan gadis itu.

"Aldwin, kamu dimana?"

Pesan-pesan lain berisi pertanyaan serupa. Juga permintaan agar Aldwin membalas pesannya untuk memberinya kabar.

Aldwin pun melempar ponselnya ke kursi di sebelahnya.

Satu sisi hatinya sengaja tidak ingin membalas agar gadis itu tau Aldwin benar-benar tidak menginginkannya. Namun saat memikirkan gadis itu mungkin saja belum tidur dan menunggunya pulang membuat Aldwin sedikit resah.

Aldwin pun memutuskan menjalankan mobilnya dan menuju rumahnya. Aldwin mendesah lega saat melihat rumahnya sudah di depan mata. Matanya sudah sangat mengantuk dan badannya mulai lelah. Mungkin efek karena bergadang semalam. Padahal Aldwin termasuk pria yang teratur jam tidurnya jika diluar hal pekerjaan.

Begitu mobilnya sudah memasuki halaman, Aldwin melihat pintu rumahnya terbuka dan gadis itu sudah berdiri di depannya. Gadis itu tidak menyembunyikan kecemasannya sama sekali karena Aldwin dapat melihat dengan jelas kecemasan itu di wajah mungilnya. Aldwin pun mematikan mesin mobil dan segera turun.

Namun belum sempat berjalan selangkahpun, Aldwin dibuat terkejut oleh air mata yang turun pada pipi mulus gadis itu. Kim. Sangat asing bagi Aldwin untuk menyebut namanya. Kehadiran gadis itu dalam hidupnya saja masih aneh baginya. Otaknya berpikir lebih keras untuk menyadarkan gadis itu dari kegilaannya. Demi Tuhan, Aldwin bertaruh itu bukan cinta. Itu hanya obsesi bodoh seorang gadis kecil yang belum tau apa itu cinta.

Aldwin pun memilih melangkah masuk tanpa bertanya alasan di balik air mata Kim. Kim pun mengikuti langkah Aldwin dalam diam.

Saat Aldwin duduk di sofa, Kim segera melepas sepatu serta kaos kaki milik Aldwin sebelum Aldwin sempat mengelak. Kim pun menaruh sepatunya di rak sepatu yang gadis itu bawa saat datang ke rumah Aldwin dan menaruh kaos kakinya di keranjang khusus pakaian kotor. Itu pun keranjang yang dibeli Kim saat pergi berbelanja, karena sebelumnya Aldwin selalu memakai jasa laundry untuk mencuci seluruh pakaian kotornya.

Gone Baby, Gone (completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang